JKTS | Bagian Empat

35 22 7
                                    

Selamat pagi siang sore malam untuk kalian yang baca ini

Alhamdulillah masih mau mampir ke sini')

Semoga kalian sehat selalu yhaa

Yang belum vote bab sebelumnya boleh di vote dulu yhaa

__________________________

Selamat menyelami dunia ku yang mungkin agak berantakancanda berantakan><

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat menyelami dunia ku yang mungkin agak berantakan
canda berantakan><






Jam istirahat tiba, tak sedikit siswa berjalan malas menuju kantin. Kara memilih tetap ditempat dan memakai sweater rajutnya. Kipas angin masih menyala dan cuaca di luar masih hujan. Amanda yang baru saja sampai dari kantin dan melihat Kara sedikit kedinginan pun berinisiatif untuk mematikan kipas angin yang terletak tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang ini.

“Heran deh, hujan-hujan gini malah nyalain kipas.” Gumamnya.

Lalu ia menghampiri Kara dan kemberikan sesuatu.

“Diminum biar anget.” Ujarnya seraya memberikan sebuah cup teh hangat.

“Makasih.” Kara menggenggam cup tersebut dengan kedua tangannya agar rasa dingin yang menjalar ke seluruh tubuhnya sedikit berkurang.

“Aku mau baca, boleh?” Tanya Amanda.

“Lebih baik jangan, berantakan banget tulisannya.”

“Nggak masalah, namanya juga pemula. Aku juga gitu kok.”

Kara memandang Amanda dan layar laptopnya secara bergantian.

“Boleh ya?” Amanda masih memohon.

“Ya udah deh boleh.” Kara menggeser laptopnya ke depan Amanda.

Sambil menunggu Amanda selesai membaca, Kara menyeruput teh hangatnya. Sekilas Azel muncul di otaknya. Kara menggelengkan kepalanya agar bayangan Azel hilang dari otaknya, namun itu hanyalah perbuatan yang sia-sia.

Tulisannya baru mencapai beberapa halaman tetapi Amanda terlihat menikmati tulisan tersebut.

“Aku ke toilet bentar.” Kara setengah berlari pergi dari kelas.

Hujan masih terlalu deras, namun apa boleh buat? Ia menerobos koridor yang sedikit basah karena cipratan air hujan untuk sampai ke tempat yang hendak ia kunjungi. Sesampainya di depan wastafel, segera dirinya membasuh mukanya dan bercermin.

Jika Kita Tak SemejaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang