26

1.4K 130 27
                                    

SCANDAL

...

Naruto belongs to Masashi Kishimoto

...

Story created by me

Happy reading!

.
.
.

🌼💚

Helaan nafas berulang kali terdengar mengusik telinga. Sasuke berdiam begitu lama di depan pintu apartemen miliknya——dan Hinata.

Kerongkongannya terasa sakit, begitu sakit hingga menyesakkan dadanya. Perlahan tangannya menekan password apartemen

Bip

Suara pintu terbuka,

Suasana di dalam begitu suram, seakan menghantui dirinya. Ntah siap atau tidak dengan apa yang akan terjadi dengan dirinya. Dari kejauhan terlihat Hinata tengah duduk sendiri di sofa coklat dekat ruang tengah.

Hatinya sakit, ketika melihat Hinata. Sakit karna rasa takut yang menghujaninya.

Hembusan nafas, seakan tak mampu membiarkan hatinya lega. Sasuke bersimpuh di depan Hinata yang sedari terlihat diam. Menatap kosong ke arah yang ntah bermuara kemana. "Maaf." Satu kata yang lolos dari mulut Sasuke.

Air mata Sasuke bebas lepas bersamaan dengan ucapannya yang begitu menyesakan. Sakit hatinya terus menusuk ketika melihat pipi Hinata yang penuh air mata. Suara sesenggukan mengisi penuh ruangan yang kosong.

"Maafkan aku Hinata." Ucap Sasuke tergetar, menahan tangisnya yang setelah ini hendak meledak.

Sasuke menggenggam tangan Hinata, yang begitu terasa dingin. Kepala Sasuke tertunduk terbenam di antara paha Hinata. "Nat.. Maaf.."

Ucapan Sasuke bagaikan pisau yang begitu tajam menghunus hati Hinata.

Apakah cukup sampai sini?

Apakah masih sanggup ia bertahan?

Hinata menangis, menangis sejak semalam.

Maaf?

Bahkan, Hinata tidak tau — apakah ia akan memaafkan Sasuke?

Apakah itu sanggup menghilangkan rasa sakitnya, yang begitu menusuk hatinya.


Bahkan jika maaf itu menjadi obat bagi hati Hinata yang sudah hancur, maka Hinata siap menutup mata dan menelan rasa pahit yang kini ia rasakan.

"Hinata.. tolong, jangan diam." Ujar Sasuke. "Aku salah, maafkan aku."


Tatapan Hinata seakan kosong. Sekosong harapannya pada pria yang ada di depannya. Sasuke bersalah? Sasuke meminta maaf padanya? Haaaaa——— dunia Hinata seakan gelap.

"Ku harap —— kau hidup menderita." Ucap Hinata setelah lama terdiam. Mata Hinata terpejam, merasakan rasa sakit yang kian menghimpit hatinya. "Ku harap—— kau menangis setiap malam, —— Ku harap kau merindukanku dan — tersiksa setiap malam." Ucap Hinata lirih. Membuat hati Sasuke seakan ikut tersiksa.

Helaan nafas Sasuke seakan berat menahan tangisnya yang kian bergemuru, merasakan sakit setelah mendengar suara Hinata yang begitu rapuh. "Ku harap aku mati, karena marah dan sakit hati.—

Hingga.." Suara Hinata semakin bergetar, "Kau dihantui penyesalan seumur hidupmu." Bibir Hinata bergetar, air matanya seakan menetas tanpa bisa ia hentikan.

Suara tangisan Sasuke pun mengisi ruangan yang begitu sunyi.


Hinata melirik ke arah ponselnya, di sana sebuah gambar suaminya—dengan wanita yang begitu Hinata hafal warna rambutnya. Bersama. Menghabiskan waktu bersama.

Hah

Hati Hinata kembali terluka.

Apakah Hinata bisa menutup mata dan melupakan apa saja yang baru saja terjadi. Hinata berharap hari ini, hanya mimpi buruk. Hinata ingin bangun dari tidurnya yang begitu menyakitkan.

Hah.. Sasuke puaskah? Puaskah kau mengancurkan hatiku? Hinata ingin melupakan semuanya. Semua kenangan buruk, bahkan semua kenangan yang pernah ia lalui bersama Sasuke. Semua tak terkecuali kehidupannya yang penuh bunga.


"Sakit——tapi sakit."


"Jika begini, kenapa kau ada dalam hidupku, Sasuke—— Kenapa?! Kenapa kau masuk dalam hidupku? Kau yang paling tahu betapa putus asanya aku. — melihat aku terpuruk?"























——————



4 bulan kemudian













Seorang wanita tersenyum memandangi penampilannya di depan kaca. Perut buncit yang kini terlihat menonjol. Dress hitam terbalut pas di tubuhnya. Hari ini adalah waktunya ia pergi ke rumah sakit, jadwal kontrol mengecek kehamilannya.


"Sas— bisa tolong ambilkan sepatuku?" Pria yang duduk di pinggiran ranjang, hanya terdiam tatapannya tak bersinar. Kantung mata yang hitam bahkan terlihat jelas di wajahnya. Tubuhnya terlihat kurus dari sebelumnya.

"Sas!" Sasuke tersentak ketika suara berisik ini terus mengusiknya.

Membunuhnya?

Mencekiknya?

Bahkan niatan itu tak pernah hilang dari pikirannya. Andai saja wanita ini bukan kuncinya. Sasuke benar-benar akan menbunuh wanita yang ada di depannya.






























Tbc.

SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang