3

222 3 0
                                    

#ISTRIKU_BOCAH_3

Bab 4  https://www.facebook.com/groups/kbmfiksi/permalink/10157933773515945/

"Wuaaah! gede Oom!" seru Angel dengan mata berbinar-binar, begitu aku menunjukan kamarnya di rumah baru hasil ancaman kemarin.

"Apanya yang gede?" Asisten Hans melongokkan kepalanya lewat pintu, sementara aku memandangnya dengan mata menyipit.

"Kepo bener."

Asisten Hans nyengir, kemudian keluar lagi. Lanjut memasukkan perabotan untuk Angel.

"Oom, kamar sebelahnya buat aku juga?"

"Buat aku."

Angel melotot, kubalas dengan pelototan juga.

"Kita belum nikah Oom! mana boleh tinggal bersama," protesnya, kubalas dengan senyuman miring.

"Dua bulan lagi, buat persiapan."

"Kalo udah nikah, ya sekamar Oom!" Angel memajukan bibirnya dua senti, ingin ku sentil rasanya dengan yang seperti itu. Astaga, terlalu lama melajang membuatku makin gila.

Sadar Al ... sadar!
Itu anak dibawah umur.

"Kamu bilang keahlianmu bisa masak?"

"Iya Oom," sahutnya sambil meloncat-loncat di kasur, kekanakan sekali!

"Sana! masakin aku makanan."

"Aku gak bisa masak makanan Oom."

"Lah, terus masak apa bisanya?"

"Masak aer," jawabnya santai.

Haiiissssshh! ingin ku lempar tuh bocah lewat jendela, aku benar-benar tertipu habis-habisan.

"Mulai besok, ikut kursus memasak!" perintahku dengan nada jengkel.

"Angel masih sekolah Oom, gak bisa kursus-kursusan. Lagian Oom kan kaya, masa makan di restoran aja gak mampu."

Astaga bocaaaah.
Kuelus dadaku sendiri, entah sanggupkah aku menikah dengan ABG labil ini. Jangan sampai aku struk diusia ini.

Sanggup Al, demi posisi!

Aku memilih diam di sofa kamar Angel, memperhatikan setiap gerak-geriknya. Dari mulai meloncat-loncat di kasur, sampai mengotak-atik lampu tidur.

Hingga Asisten Hans masuk lagi, kali ini wajahnya serius. Tidak konyol lagi seperti tadi, dia memberi isyarat untuk mengikutinya.

"Apa? kek mau pacaran aja, disuruh mojok segala," ketusku, sambil menatapnya dengan risih.

"Tuan Rio, datang Boss."

"Rio? Haiiiiss, kenapa dia tau sampai kesini?"

"Gak tau Boss, sepertinya dia punya indra keenam."

Bushet tuh mulut!
Punya saudara laki-laki satu, sukanya nguntit terus. Kepo bener sama hidup orang, tidak bisakah dia bersaing secara sehat.

Dengan enggan kuikuti Hans, dan benar saja. Dia sedang berdiri sambil menggandeng seorang wanita, yang senyumnya sangat menjijikkan menurutku. Penuh kematrean, dan juga keegoisan.

"Alvino, adikku tersayang! mana calon adik ipar, hasil seleksi." tawanya dibuat-buat, seakan meremehkanku.

"Apa urusanmu?"

"Cuma mau kenalan aja, apa salahnya?" tanya wanita berpostur semampai disampingnya. "Siapa tau, dia kalah segalanya dibanding aku."

Hemh cih!

"Biasanya, mantan lebih cantik dibanding pacar baru."

Sabar ... orang sabar keteknya belukar.

"Hans!" Aku mengedipkan mata, dan langsung di tanggapi olehnya. Belum waktunya mengenalkan sikecil, nanti dia takut, trus kabur.

ISTRIKU BOCAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang