6

182 2 0
                                    

#ISTRIKU_BOCAH_6

Pov Al

Kemarin gak suka bunga, sekarang tiba-tiba suka. Fix, wanita memang aneh. Sekarang calon istriku yang kekanakan itu senyum-senyum sembari mengendus sebuket bunga mawar ungu, aku tau dia begitu karna cemburu.

Cemburu? berarti dia sudah suka sama aku.
Ah, aku memang bodoh soal cinta. Selama ini yang kutahu hanya kerja, uang, karir dan sukses.

Tidak seharusnya aku memberikan bunga untuk temanku kuliahku itu, untung saja kami belum menikah. Jadi, ini tidak akan kuulangi lagi. Bisa-bisa dia minta cerai karna cemburu.

"Ngel ...."

"Apa Om," sahutnya tanpa menoleh, mungkin masih terpesona pada bunganya.

"Kamu cinta ya sama aku?"

"Emang Om tau, cinta itu apa?" Dia malah bertanya balik. "Om kan gak pernah pacaran ya?" ledeknya, sambil cekikikan.

Cinta? Aku jadi teringat Rania, pacarnya Rio. Dia dekat denganku, tapi pacarannya sama Saudaraku. Apa aku cinta dia ya? atau hanya sebatas rasa tidak ingin kalah dari Rio.

"Emang kamu tau tentang cinta?" selidikku, jangan-jangan bocah ini sudah sering gonta-ganti pacar. Melihat sifatnya yang begitu mudah akrap.

"Kata ibu ... cinta itu menyakitkan Oom! jadi, aku gak mau mencintai siapapun."

Deg!
Entah kenapa hatiku berdenyut ngilu, tak terima rasanya saat dia mengatakan itu. Hampa!

"Angel, cinta itu tidak menyakitkan. Terkadang, cara mencintainya saja yang salah." Aku bisa puitis juga ya! Bravo Alvino! tingkatkan!

Angel diam, aku ikut diam juga.
Sesaat suasan hening, iris matanya bergerak-gerak saat memandangku. Kuulurkan tangan kearah pipinya, lalu mengusap setitik air yang jatuh disana dengan ibu jariku.

Entah beban apa yang dia tanggung selama ini, sehingga pembicaraan serius selalu membuatnya menangis. Ingin rasanya kuselami kehidupannya dalam-dalam, agar aku melihat semua yang dia alami.

Lalu memilih kata yang cocok dibicarakan dengannya, sehingga dia tidak menangis lagi seperti saat ini.

Kubelai lembut pipinya yang cubby, dia tersenyum tapi air matanya mengalir. Saat wajahku mendekat, dia memejamkan kedua matanya. Sekali saja! aku ingin itu ...!

Ding ding dong ding ding dong (anggap saja nada dering :v)

Matanya terbuka lagi, kedua tangannya mendorong bahuku. "Astaghfirulloh hampir saja, telepon Om!"

Jantungku memompa lebih cepat, mau copot rasanya. Bisa-bisanya aku tergoda, untung gak jadi!

Angel menutup wajahnya dengan ujung jilbabnya, sementara aku buru-buru mengangkat telepon. Tak lupa kaca mobil kuturunkan, mendadak gerah.

"Halo!" sapaku.

"Al, besok kan ulang tahunmu. Jangan lupa mampir ke rumah, bawa calon menantu sekalian."

"Ck, lain kali lah Pa," tolakku malas.

"Pokoknya besok, titik segede gaban!"

Tuuuut. Telepon langsung dimatikan, tanpa sempat mengelak lagi.
Astaga Bambwaang!

"Siapa Om?"

Angel menarik ujung kemejaku, sementara aku sudah malu melihatnya. Pasti dia mengira aku ini pria ngeres, atau sebangsanya.

"Papa," jawabku, dengan wajah pokus melihat ke depan.

"Oh!"

Oh doang Suketi?
Kupasang senyuman selebar mungkin, lebih tepatnya cengiran yang dipaksa.

ISTRIKU BOCAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang