8

210 2 0
                                    

#ISTRIKU_BOCAH_8

Sebelumnya https://www.facebook.com/groups/kbmfiksi/permalink/10157947771065945/

Jam satu lewat lima belas menit, aku masih rapat. Angel pasti sudah menungguku disana, bisa-bisanya pekerjaan hari ini begitu padat.

"Hans, masih ada jadwal gak setelah ini?"

"Ada Boss, dokumen di ruangan Boss menunggu di periksa."

"Setelah itu?"

"Tidak ada lagi."

Setelah selesai rapat, aku langsung keluar. Hans mengikuti dari belakang, sesuai perintahku. Dia membawa serta semua dokumen itu, akan kuperiksa di rumah saja atau di Apartement.

"Boss mau jemput si gemes lagi ya?"

"Ck, sudah berapa kali kubilang! berhenti memanggilnya seperti itu!" Aku mendelik kesal, jangan-jangan dia juga menyukai calon istriku itu.

"Dia memang menggemaskan kok Boss," kekehnya lagi.

"Hans, jika kamu ingin mencari pekerjaan lain. Bicaralah, tidak usah mencari gara-gara denganku."

Hans melotot, buru-buru dia memasukkan dokumen ke mobil. "Sudah beres Boss, mau kuantar?" tawarnya, mengalihkan pembicaraan. Tanpa menunggu dia mengoceh lagi, aku langsung masuk ke dalam mobil lalu melaju secepat mungkin.

Dari jarak lima meter, aku tersenyum saat melihat Angel menunggu disana. Tapi ada yang aneh, dia terusan menunduk, sementara beberapa siswi di belakangnya tertawa-tawa riang.

Saat aku turun, aku lebih terkejut lagi saat melihat matanya. Dia menangis!

Kenapa?
Kenapa dia lebih memilih menangis dibanding menghajar teman-temannya. Kalau tidak ingat hukum, ingin ku tendang satu-satu tukang bully itu.

Angel memilih mengabaikanku, dia diam saja saat kusuruh masuk. Dia bahkan melangkah pergi, wajahnya terluka bercampur kesal.

Setelah dia pergi, kerumunan siswi itu mendekatiku. Menggodaku dengan cara yang tidak pantas, bahkan mereka menghina-hina Angel didepanku.

"Bukannya Zulfikri itu papamu?" tanyaku sambil mendekati siswi berambut ikal.

"Iya Bang! Abang kenal ya? Papahku pengusaha kaya loh, jadi kita cocok. Sama-sama kaya, sederajat gitu!" sahutnya menyimpulkan, sesekali matanya melirik mobilku.

Aku sudah sering melihat gadis ini bersama Zulfikri, salah satu pria yang mengurus cabang perusahaanku.

Kupasang wajah datar. "Jika kamu masih menyayangi papamu, berhentilah mengusik Angel." Tekanku, dia melongo dan segera kutinggalkan.

***

"Kenapa kamu tidak membalas mereka?"

Angel diam, matanya melihat kearah langit yang hitam. Sekarang kami duduk di ayunan besi di depan rumah, ini salah satu permintaannya saat aku membawanya memilih perabotan.

"Sudah pernah Om, aku malah di skorsing seminggu."

"Kenapa?" Kuraih botol minuman dari tangannya, lalu menenggak setengah isinya.

"Memangnya aku siapa Om? Berani melawan anak kepala sekolah," lirihnya.

Anak kepala sekolah? Jadi salah satu dari mereka ada anak guru juga. Hmmmm, menyebalkan!

Angel meraih botol minumannya, giliran dia yang meminumnya. Senyum tidak dapat kutahan, tidak kusangka kami sudah seakrab ini.

"Om, lihat bulan dan bintang disana?" Angel menunjuk kearah langit, benar ada bulan separuh disana. Juga ... beberapa bintang yang mengelilinginya.

ISTRIKU BOCAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang