5

178 2 1
                                    

#ISTRIKU_BOCAH_5
Pov Angel 2

Hari ini aku kesiangan, biasanya di rumahku yang dulu. Satria selalu membangunkanku, karna rumah kami dekat. Sekarang aku sendirian, tidur di kasur empuk membuat tidurku begitu pulas.

Buru-buru aku mandi, beruntung pas pindahan semua baju sudah kubawa. Setelah selesai, aku langsung berlari ke bawah. Lalu terdiam saat melihat Oom Alvino duduk di ruang tamu, sambil menyantap semangkok bubur ayam.

"Oom!"

"Sudah siap, kamu perempuan apa laki sih? bangunnya lama banget!"

Duh, masih pagi Oom! Jangan ngomel dulu napa, entar gantengnya hilang.

"Sini sarapan!" ajaknya.

"Gak usah Oom, aku udah telat nih! Satria pasti nungguin aku disana."

KLONTANG!
Aku terkejut saat sendoknya tiba-tiba jatuh. Gak mungkin kan tenaganya rapuh, ototnya kekar begitu. Sampai menonjol, menjiplak kemeja putihnya yang di gulung sampai siku.

"Satria yang mana?"

"Yang kemaren, waktu Oom ngasih nasi bungkus."

Oom Alvino mengernyitkan keningnya, sedetik kemudian dia tergelak keras. Apa yang lucu?

"Oooh, jadi namanya Satria? bukan Bang ...."

"Oom! dia temanku loh," aku gak terima dong, dia jelek-jelekin nama temanku. Aku tau jelas arah sambungannya.

"Kamu bela dia? emang dia siapa, pacarmu?"

"Teman akrap Oom, dulu sih dia pernah berjanji akan nikahin aku."

Wajah Oom Alvino cemberut, berkerut delapan. Apa dia marah? ah, dasar Om-Om posesif.

"Berangkat sama aku sekarang! masa bodoh dengan si Sat itu!"

Lah, dia kenapa sih. Aku melongo di ambang pintu, sementara Oom Alvino memasang sepatunya dengan buru-buru.

"Oom, buburnya belum habis loh."

"Bodo imit!"

Dih!

"Oom, sarapanku gimana?"

"Berangkat sekarang, bukannya kamu tadi buru-buru?"

Oom Alvino menarik lenganku, lalu menyuruhku masuk ke mobilnya. Wajahnya ditekuk sedemikian rupa, salahku dimana coba! di cemberutin begini.

Sepanjang jalan, dia terus diam. Tidak meledek lagi seperti biasa, suasana seperti ini membuatku tak nyaman.

"Oom, marah ya?"

"Gak."

Aku harus gimana dong, gimana kalau dia tiba-tiba berubah pikiran. Tidak jadi menikahiku, terus rumah yang dia beli dijual lagi.

"Oom ganteng, deh."

"Udah tau dari dulu!"

Dih! dia kenapa sih woy?

Hingga tiba di sekolah, dia terus-terusan diam. Bicara saat aku bertanya saja.

"Pulang sekolah tunggu disini, akan ku jemput."

"Iya Oom, makasih ya udah nganterin Angel."

Sudut bibirnya terangkat sedikit, aku tau dia mau senyum. Tapi ditahan, mungkin masih kesal.

"Ngel, tunggu!" perintahnya, membuatku urung membuka pintu. Aku segera berbalik kearahnya, tangannya terulur kearah jilbabku.

"Jilbabnya berantakan." Om Alvino menarik sedikit ujung jilbabku, lalu merapikannya dengan telaten. Aku sampai menahan napas, apalagi saat aroma parfumnya berhembus memabukkan. "Begini lebih baik," ucapnya dengan wajah puas setelah merapikannya.

ISTRIKU BOCAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang