Masa Lalu

32 14 9
                                    

Terindah di antara yang terbaik

••••• ••••• ••••• ••••• •••••

Ada beberapa teman dekat percaya masa lalu mereka mempengaruhi masa depan,
di hati kecilku sepertinya setuju. Masa lalu adalah prolog. Di masa lalu ada kisah-kisah kecil hingga menjadi sebuah cerita. Cerita yang dimulai dari pemikiran dan tindakan orang-orang. Orang-orang yang merasa dirinya tokoh utama cerita.

Terkadang aku merasa lucu, bagaimana mereka bisa menyebut dirinya sebagai tokoh utama. Sedangkan, mereka belum bisa mencerminkan karakter dari tokoh utama yang sebenarnya. Ah, sepertinya aku juga sama, berpikir diriku adalah tokoh utama dalam cerita. Aku menatap ruang kerjaku, cukup berantakan. Lebih menghabiskan waktu dengan berpikir dan duduk diam daripada bertindak melanjutkan aktivitas kerja.

'Aku belum memberikan judul yang tepat untuk kisah hidupku,' gumamku sembari meminum secangkir kopi di atas meja kerjaku.

Di seberang meja kerja, pekerja baru mengawasiku. Aku menatapnya sambil pura-pura mengatur berkas-berkas kantor. Tenyata dia tidak berhenti mengawasi dan berjalan ke arahku. Sontak aku berdiri dari kursi.

"Pak, ada bisa saya bantu? Sepertinya bapak kurang sehat,"katanya.

"Oh, gak papa. Saya baik-baik saja," balasku.

Mendengar tanggapanku dia mengerti lalu kembali ke meja kerjanya, tapi sepertinya sekarang aku butuh teman yang tepat untuk memecahkan pemikiran rumitku selama ini.

"Tunggu! Saya mau ngomong. Bentar aja, kok." Panggilku.

"Ada apa, Pak?" jawabnya sambil menarik kursi di depanku lalu duduk.

"Mungkin pertanyaan saya cukup aneh. Jika seseorang menganggap dirinya tokoh utama dalam cerita dan dia masih percaya masa lalu adalah kunci dari cerita itu dimulai. Gimana?"

Dia menatapku tidak paham. Diam sejenak.

"Gini, Pak kurang paham maksudnya, tapi saya nyoba jawab sebisanya. Bapak sekarang berada di depan saya sebagai rekan kerja. Sekarang posisi bapak adalah masa depan. Masa lalu kunci cerita. Yang menggerakkan cerita tokoh utama," jawabnya," "tokoh utamanya bapak. Ini hanya pemikiran saya, Pak. Mungkin ini yang membuat beberapa orang masih mengingat masa lalunya."

Aku tersentak karena jawabannya. Berarti aku masih mengingat masa laluku. Aku percaya.

"Sepertinya saya selalu melihat masa lalu saya. Namun, saya yakin jawaban kamu dan benar."

Dia tersenyum.

"Saya juga pun, Pak. Masih mengingat masa lalu hingga proses gimana saya bisa bekerja di sini. Saya gak mungkin lupa."

"Berarti gak salah dong saya punya pendapat kalo masa lalu adalah prolog," timpalku.

"Ada epilognya, Pak?" tanyanya.

"Ada, kematian ... penutup sebuah cerita dalam kehidupan."

Selesai

Limerence, Memories Never DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang