01. Patah Hati

468 26 9
                                    

Seorang gadis langsung berlari keluar dari lift yang terbuka lebar. Dia berlari kencang, berusaha keluar dari Apartemen mewah tadi tanpa memperdulikan orang-orang yang lalu-lalang disekitarnya.

Hatinya sakit, terasa begitu nyeri. Sesak, dan sulit rasanya gadis itu bernafas. Seperti jantungnya dicabut secara paksa, rasa keduanya begitu mendominasi.

Apa yang mereka katakan adalah benar, patah hati memang semenyakitkan ini. Sekarang Alara tahu kenapa banyak manusia yang memilih untuk bunuh diri hanya karena perihal patah hati.

Menentang takdir Tuhan, untuk menghilangkan rasa sakit yang dirasa. Alara mulai paham tentang itu ... dan mulai mengutuk orang-orang yang mengatakan 'lebay' saat ada seseorang bunuh diri karena patah hati.

Mereka belum merasakan bagaimana sakitnya jika seseorang yang sudah kita beri cinta akan tetapi, menghancurkannya begitu saja tanpa belas kasihan.

Mungkin jika orang-orang tahu tentang apa yang dia tangisi sekarang ... mereka akan bilang; kamu terlalu muda untuk merasakan luka.

Maka Alara akan menjawab; Luka tidak pernah memandang umur.

Mereka datang begitu saja. Tidak ada yang bisa menduga. Rasanya dikhianati ternyata setidak enak ini ya? Alara baru tahu.

Sakit rasanya saat tahu jika orang yang kita cintai mendua. Begitu menyesakan.

Adanya orang ketiga memang selalu menghancurkan segalanya. Alara membenci mereka.

Saat sudah sampai diluar Apartemen, Alara langsung berjalan menuju halte Bus. Tempat ini sepi karena hanya akan ramai pada siang hari dan paling lambat jam dua sore.

Alara mengetikan sesuatu di ponselnya—meminta seseorang untuk menjemputnya disini. Setelah selesai, Alara langsung memasukan ponselnya kembali ke dalam tas.

Alara terduduk di kursi halte karena pening yang tiba-tiba mendera kepalanya. Penglihatannya seakan berputar. Suara dering dari ponselnya—pertanda ada telepon masuk—tidak dia hiraukan.

Kepalanya terasa begitu sakit. Sangat sakit, Alara tidak berbohong. Semua yang ada disekitarnya berputar dan perlahan mengabur.

Alara tidak ingat apa-apa lagi karena kegelapan langsung menyergapnya begitu saja.

🕊🕊🕊

"Makanya, gue tuh enggak pernah setuju kalau lo pacaran sama kak Adit ya karena ini! Dia sama kak Elsa tuh keliatan mencurigakan! Tapi elonya terus aja nyangkal!" omel Fanya pada Alara yang saat ini sudah terbaring lemah di brankar rumah sakit.

"Papi sama bang Luka enggak tau tentang ini kan, Sha?" tanya Alara pelan pada Shanen tanpa memperdulikan omelan Fanya.

Membuat Fanya yang duduk di sofa yang tersedia disana, mendengus lalu melipat kedua tangan di dada.

Shanen yang duduk dipinggir ranjang Alara menghela nafas. "Enggak kok, mereka enggak tau"

Fanya berdecak. Kemudian berdiri dari duduknya dan berdiri disisi lain Alara. Gadis itu mengangkat tangan kanannya untuk mengelus rambut Alara.

"Masih pusing enggak?" tanya Fanya pelan. Tersirat nada khawatir dalam kalimatnya.

Alara tersenyum tipis dan terkesan jahil. "Gue gak papa elah. Khawatir banget" ucapnya.

"Ish--tau ah!" Fanya menarik kursi dibawah brankar dan duduk disana dengan bibir merengut.

Alara terkekeh geli sebentar sebelum kemudian tersenyum, "Ini gue yang lagi patah hati, tapi kok lo yang marah-marah?"

"Lo masih tanya?!" marah Fanya. Oke, sepertinya mood cewek itu sedang sangat tidak baik.

"Lo pikir aja sih. Sahabat gue tiba-tiba sms minta jemput di halte deket Apartemen pacarnya. Pas gue jemput, lo udah pingsan tanpa ada yang nolongin! Terus tadi lo cerita kalau kak Adit selingkuh sama sahabatnya sendiri. Lo pikir gue bisa tenang-tenang aja?! Enggak, Ra!" ucap Fanya dengan wajah memerah.

"Fanya, language" peringat Shanen.

Fanya langsung mengatupkan bibirnya dan menghembuskan nafas.

Shanen menatap Alara yang kini terlihat murung. Gadis itu mengusap punggung tangan Alara. "It's okay to not be okay Ra." ucap Shanen pelan.

Alara membalas tatapan sendu yang diberikan Shanen.

"Keluarin semua rasa sakit hati lo sama kita. Biar kita juga bisa rasain apa yang lo rasain sekarang. Gue yakin, lo sebenernya udah tau dari lama kan tentang perselingkuhan kak Adit dan kak Elsa? Tapi lo diem aja seakan enggak terjadi apa-apa. Kalau aja tadi Fanya enggak paksa lo buat cerita tentang kejadian hari ini, mungkin lo juga akan diem aja kan? Lo bakal pendam semuanya sendiri" ucap Shanen yang membuat Alara menjatuhkan setetes air matanya.

Shanen menghapus air mata itu. "Mungkin didepan semua orang terutama Kak Adit, lo bisa akting dan pura-pura enggak terjadi apa-apa. Tapi didepan gue sama Fanya, lo gak akan bisa sembunyiin masalah lo. Kita kenal lo dari kecil. Susah senang kita jalanin bareng. Lo bisa cerita apapun sama kita tanpa harus takut kita ledekin. Kita paling cuma bakal omelin dan nasehatin lo, itu juga kita lakuin buat kebaikan lo, biar lo juga enggak terus-terusan jadi cewek bego. Yang diselingkuhin bakalan diem aja seakan enggak ada apa-apa"

Fanya mengangguk mendengar ucapan Shanen. Sedangkan Alara, kini gadis itu menangis sejadi-jadinya dengan kedua tangan menutupi wajah.

Kedua sahabatnya merasa tidak tega. Jadi mereka hanya bisa terdiam dengan hati sesak saat mendengar isakan memilukan yang dikeluarkan Alara.

🕊🕊🕊

What Is The Difference? - 2021 | Republish✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang