07. Bahagianya Alara

235 18 3
                                    

Minggu pagi ini Alara dikejutkan dengan kedatangan Arda yang sudah duduk manis diruang tengah Rumahnya. Cowok itu terlihat memakai kaus berwarna putih gading berlengan panjang yang lengannya ditarik sampai batas siku. Celana hitam, juta sebuah topi.

Kalau saja Alara masih menjomblo dan tingkah Arda tidak menajiskan, mungkin Alara akan terpesona pada cowok satu itu. Sayangnya, Alara sudah mempunyai Aditya yang Alara tidak tahu bagaimana kabarnya. Alara memang merindukan Aditya, tapi Alara berusaha menepisnya.

Sebenarnya, Alara bukanlah gadis bodoh yang tidak peka terhadap perasaan Arda padanya. Dia tahu Arda menyukainya. Terlihat sekali dari mata cowok itu ketika menatapnya. Apalagi perlakuannya selama sebulan ini pada Alara. Tapi Alara pura-pura tidak tahu. Lagipula, apa yang harus dia lakukan?

Sekarang dia masih menjadi pacar Aditya. Mungkin kalau dia jahat, dia akan berusaha balik menyukai Arda dan menjalin hubungan dengan cowok itu. Tapi tentu saja Alara tidak bisa berlaku sejahat itu. Apalagi sekarang Aditya sudah mulai merubah sikapnya perlahan-lahan sampai Alara bingung ingin bagaimana.

Di satu sisi, dia ingin pergi dari Aditya. Tapi di sisi lainnya, dia tidak tega melihat perjuangan Aditya yang ingin membuat hubungan mereka seperti dulu. Sekarang pun Alara tidak tahu apakah hubungan antara Aditya dan Elsa sudah berakhir atau belum.

Alara menggelengkan kepala sembari menghembuskan nafas. Kepalanya menjadi pusing karena memikirkan hubungannya dan Aditya yang mungkin bisa dibilang sedikit toxic. Gadis itu memilih untuk berjalan mendekati Arda yang tampak sibuk dengan ponselnya.

"Ngapain lo?"

Arda sedikit tersentak dengan kedatangan Alara yang tiba-tiba. Bahkan ponselnya hampir jatuh. Memang, Arda tuh ganteng-ganteng tapi latahan. "Ngagetin anjir"

Alara mengerutkan alisnya. "Ngagetin apa sih? Gue ngomong santai aja"

"Kedatangan lo tuh kayak setan, tau gak?!" balas Arda sewot.

Alara melengos. "Serah lo. Jadi sekarang, lo mau ngapain pagi-pagi kesini?"

Saat Alara bertanya seperti itu, senyum Arda melebar. "Mau ngajak lo jalan-jalan!"

Alara menaikan sebelah alisnya. "Jalan-jalan kemana sih?"

"Dufan yuk!"

Alara terdiam sesaat. Dia menatap Arda, kemudian tersenyum. "Ayo lah!"

Arda ikut tersenyum. Dia menyuruh Alara untuk cepat bersiap-siap.

Alara berlalu ke kamarnya dengan senyum yang tak luntur. Mungkin Arda tidak tahu jika Alara sangat menyukai Dufan. Begitupun dengan sang Mami. Dufan adalah salah satu kenangan yang dia dan Mami-nya punya.

🕊🕊🕊

Setelah membeli tiket masuk, Arda langsung menggandeng tangan Alara dan berjalan berdampingan. Mereka berjalan menuju kompleks permainan amerika. Mereka terlihat seperti pasangan kekasih. Apalagi pakaian mereka terlihat serasi.

"Gue mau naik Niagara-gara dong, Ar.." Alara menggoyangkan lengan Arda.

Arda mendelik padanya. "Emang lo bawa baju ganti? Nggak kan?"

Alara menggeleng pelan dengan bibir mengerucut.

"Yaudah jangan. Daripada ntar lo basah kuyup. Kita kan masih mau keliling cari yang seru. Nggak lucu lah anjir kalo baju lo basah kuyup pas kita keliling. Lagian kita juga baru sampe, masa' langsung main basah-basahan?"

"Berisik ih, kok malah ngomel" Alara menggerutu.

Arda tertawa. Kemudian mereka kembali berjalan, mencari apa permainan yang sekiranya seru untuk mereka Naiki.

What Is The Difference? - 2021 | Republish✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang