15. Hari Ulang Tahun

19.5K 2.2K 234
                                    

Tanggal 26 Oktober hari ini merupakan hari ulang tahun Divya yang ketiga. Acara kecil-kecilan pun dirayakan di rumah dan hanya mengundang kerabat serta teman dekat saja, termasuk adik-adiknya di panti yang sekarang sedang Nevan jemput.

"Tante Kal, kuenya Dedek Divya bagus banget. Cantik. Zee pengin rasa," puji Zee tersenyum-senyum menatap kue ulang tahun Divya yang berkarakter deretan Princess Disney.

Raf berkacak pinggang sebal pada kembarannya. "Ih nggak boleh, Zee,  tunggu Dedek tiup lilinnya dulu. Ya kan, Tante?"

"Hmm iya, Sayang."

"Awas ya, kuenya jangan kalian rusakin, itu punya adek," kata Sarah, mama si kembar, tengah memperbaiki tatanan dekorasi dinding yang menjadi latar belakang bertuliskan "Happy Birthday Divya Pragita yang ke-3 tahun".

"Udah bagus kok, Kak."

Kalya merasa tak enak. Salahnya tak menuruti kata Nevan yang menyarankan agar ulang tahun Divya dirayakan di luar saja supaya mereka tidak terlalu kerepotan. Benar saja, ia telah merepotkan kakak iparnya dalam hias-menghias ruang tengah yang mereka sulap yang menjadi pusat diadakannya acara ulang tahun Divya.

"Zee rakus, Tante." Raf menjulurkan lidah, mengejek Zee yang langsung mencibir tak terima.

"Aku kan nggak bilang pengin coba sekarang," balas Zee memeletkan lidah.

"Tapi kamu pengin makan."

"Nggak!"

"Eh jangan berantem." Sarah memelototi kedua anaknya yang langsung ciut.

"Iya, Ma," tutur si kembar serempak.

"Entar kita makan kuenya sama-sama ya, semua pasti kebagian," kata Kalya mengelus bahu Raf dan rambut Zee.

"Iya, Tante."

Melihat mamanya duduk bersila di antara kedua kakak sepupunya, Divya segera mendekat dan duduk di pangkuan mamanya.

"Mama?"

"Ya, Sayang?" Kalya menunduk dengan alis terangkat.

Divya menunjuk birthday cake di meja kecil putih. "Itu punya Dipi," ucapnya tersenyum manis memangku dagu.

"Ya, punyanya Divya. Kan hari ini anak mama ulang tahun. Seneng nggak?"

Divya mengangguk semangat.

"Ciee yang bakal dapat banyak kado, entar bagi sama Tante Sarah, boleh?"

Divya mengernyitkan dahi. "Mama, boleh?"

"Boleh dong."

Para tamu mulai berdatangan, Nevan juga baru saja datang menjemput anak-anak di panti yang sejatinya berjumlah 16 orang. Oleh karena itu, Nevan meminta bantuan Pak Parman untuk membawa mobil lain ke panti agar semua anak-anak bisa ikut serta menghadiri ulang tahun putrinya.

Lagu anak-anak mulai membahana saat Nevan masuk ke rumahnya, seingatnya tadi sebelum meninggalkan rumah, alunan musik belum seheboh ini. Ruang tamu rumahnya seketika dipadati banyak bocah berkumpul memakai busana yang berbeda-beda dengan bando ulang tahun terpasang di kepala. Nevan jadi sulit mengenali di mana keberadaan Divya.

"Nevan, kamu dari mana aja, Nak? Tante cari-cari dari tadi."

"Habis jemput adek-adek di panti, Tan. Tante Nia datang sama siapa?" Nevan mencium punggung tangan Tante Nia.

"Tante datang sama Fina dan anaknya, namanya Tasya. Tuh di dalam lagi main sama anak kamu."

Benar saja, Nevan menemukan anaknya di ruang tengah sedang melempar-lempar balon bersama Zee dan beberapa anak perempuan yang tak dikenalinya, mungkin salah satu di antaranya adalah Tasya, cucu Tante Nia.

Interdependencia (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang