"Mamaa!" pekikan Divya menyambut kepulangan Kalya dari kampus. Seperti biasa, Divya minta digendong ketika Kalya baru akan melangkahkan kaki masuk ke rumah mertuanya.
"Semangat banget sih, Nak? Udah bobok belum?"
Gelengan Divya membuat poninya bergoyang. Kalya mencium puncak kepalanya anaknya kemudian menoleh pada Nevan.
"Kamu nggak langsung berangkat?"
"Nggak, sekitar jam empat aku baru gerak." Nevan mengecup jari-jari Divya, wajah balita itu tersembunyi di lekuk leher mamanya. "Mama kok dikekepin gini banget? Nggak bakal Papa ambil kok mamanya Divy," canda Nevan, "Nggak tahu kalau entar malam."
Kontan Kalya memelototinya. "Bercandanya tahu tempat dong." Tak lupa disertai pukulan di lengan Nevan.
"Makan dulu, Nak. Sini, Divya sama Eyang aja, Mamanya Divya mau makan dulu," kata sang Mama Mertua yang memberikan dot susu kepada cucunya.
"Sama Eyang, mau?" Kalya menunduk pada Divya, tetapi hanya gelengan yang diberikan oleh anak itu.
Terpaksa Kalya makan sambil memangku Divya yang tak mau lepas darinya.
"Kamu udah makan belum? Mau aku suapin?" Kalya mengulurkan sendoknya ke depan mulut Nevan.
"Nggak repot emang nyuapin aku sambil mangku Divya kayak gitu?" Nevan sih terima-terima saja kalau Kalya mau menyuapinya, sukarela saja dia memakan nasi lewat sendok yang sama dengan istrinya.
"Nggak kok."
"Baik banget emang istri aku."
"Biasa aja," sungut Kalya.
Nevan memakai sepatunya dan bersiap-siap untuk menghadiri pertemuan dengan rekan bisnisnya di sebuah mal. Kalya mengikuti Nevan ke ruang tamu.
"Sabtu lusa aku bakal berangkat ke Bali ngecek lokasi, entar kamu nginap sama Mama aja, ya?"
"Papa nggak ikut?"
Papa maksud Kalya adalah Pak Surya, papa Nevan.
"Nggak. Aku cuma dua hari kok di sana." Nevan merapikan rambutnya sebelum mencolek lengan Divya yang masih bersama Kalya. "Tumben anak Papa diam-diam aja? Divya kenapa?" Nevan merapikan anak rambut Divya.
"Udah, berangkat buruan."
Kalya mendorong lengan suaminya, Nevan justru berbalik dan memberikan kecupan ringan di dahi Kalya. "Entar malam aku jemput."
"Divya nggak mau cium Papa?" goda Nevan merendahkan wajah pada Divya yang langsung menghadiahinya kecupan di pipi
"Bilang apa?" pancing Kalya.
"Dipi sayang Papa," gumam Divya.
"Senyum dong biar Papa semangat."
"Gini, Mama?" Divya memperlihatkan senyum lebarnya kepada Kalya sebelum menatap papanya, matanya bahkan ikut menyipit.
"Senyumnya kelebaran, Nak," canda Nevan meninggalkan satu pelukan hangat untuk istri dan anaknya.
***
Sepulang meeting, Nevan tak langsung pulang sebab Kaesar menghubunginya bahwa ia sedang bersama Raihan di Skyra.
"Ngapain lo ngajak ngumpul jam segini?"
Pukul sepuluh malam. Harusnya Nevan sudah di rumah saat ini, bertemu anaknya, atau mungkin kelonan dengan Kalya. Menganggu saja.
"Ya elah, nggak asyik banget ini Papa Muda!" seru Kaesar dengan gerakan memukul udara.
"Kalya sama Divya masih rumah Mama gue soalnya, gue mesti jemput mereka."
"Kalya mah sabar, nggak bakal ngamuk cuma karena lo telat jemput dia. Nggak kayak bini gue, beuh untung gue sabar dan tampan."
"Kenapa emang?" tanya Nevan.
"Tahu nih, orang di resto gue nggak ada menu belalang goreng malah dia ngotot pengin dimasakin. Nyusahin karyawan gue aja," kesal Raihan.
Kaesar berdesis.
"Gila ya, masa bini gue ngidam makan belalang goreng? Iya sih ada proteinnya dan boleh dimakan, tapi nggak bisa apa ngidam makanan lain aja?"
"Awas lho, setahu gue, cewek hamil atau suami nggak boleh nyela-nyela sesuatu, apalagi hewan. Nggak takut nanti anak lo mirip belalang gitu gara-gara nggak suka bini lo ngidam serangga?" Raihan menakut-nakurti Kaesar.
"Astagfirullah, naudzubillah min dzalik! Jangan sampai, Ya Allah!"
"Udahlah santai aja. Ya emang sih, kalau istri hamil tuh rada-rada bikn deg-degan. Anak istri kita bakal selamat nggak ya pas lahiran? Bayi kita bakal sehat nggak ya? Berdoa yang banyak aja kalau kata gue."
"Mantan tukang selingkuh ternyata bisa deg-degan juga istrinya hamil," sindir Kaesar.
"Bacot lo ah, gue mau balik. Divya dari tadi udah beberapa kali nge-video call gue pas di jalan."
Sebenarnya Divya belum tahu cara mengoperasikan ponsel, tetapi seiring perkembangan kognitifnya dalam memperhatikan kebiasaan orang di sekelilingnya yang mayoritas akan melakukan panggilan telepon jika mencari keberadaan seseorang, pemahamannya pun mengikut. Menyuruh mamanya menelepon papanya ketika Divya mulai rindu dan tak menemukan keberadaan Nevan di sekitarnya.
Nyatanya, Divya sudah tertidur saat Nevan menjemputnya di rumah orang tuanya.
"Boleh nggak aku posting foto ini di akun kamu?"
Kalya menunjukkan foto itu pada Nevan, tidak ada yang spesial sebenarnya dari foto tersebut, hanya berupa tampak wajah tersenyum keduanya dalam frame yang sama tanpa ditambah Divya.
"Tumben."
"Nggak boleh?"
"Terserah kamu sih."
Nevan memeluk hangat pinggang Kalya, yang setengah duduk dengan memasang bantal di punggung. Karena Divya sudah tidur, bolehlah dia memanfaatkan waktu untuk dekat-dekatan dengan bebas dengan istrinya. Divya sudah aman di ujung sisi ranjang yang berbatasan langsung dengan tembok dan juga guling.
"Kamu takut ya ada komen aneh-aneh masuk ke akun kamu kalau aku upload foto yang ada muka aku?" Kalya ikut membaringkan tubuh menghadap Nevan.
"Hm. Lebih ke takut kamu down sih, Yang. Makanya dulu aku pernah suruh kamu kurangin online di media sosial dan jangan sembarang terima permintaan following yang masuk di akun kamu. Karena hal yang menurut mereka bercandaan justru sangat berefek buruk di kehidupan kita."
"Aku udah nggak terlalu peduli apa kata orang sekarang. Cuma bikin capek, nggak bikin bahagia."
"Pinternya istri aku, jadi makin sayang," goda Nevan mengecup sudut bibir Kalya.
"Kamu kayak bicara sama Divya aja ngomong pinter-pinter. Dah ah." Kalya berbalik membelakangi Nevan yang meringis, misi malam Jumatnya gagal.
Nevan patut berbangga diri karena bisa membuat Kalya tidak terlalu mementingkan komentar negatif yang datang, tetapi tetap saja, penyebab itu semua masih jadi bayang-bayang buruk yang membebani hari-harinya.
»---------------------------------------«
Follow Instagram:
@fairypatetic
»---------------------------------------«
Cerita ini dipersembahkan untuk onty-onty online kesayangan Dipi✨
»---------------------------------------«Spam komen sebelum membaca part selanjutnya🌈
KAMU SEDANG MEMBACA
Interdependencia (Tamat)
Romance(FOLLOW AUTHOR SEBELUM MEMBACA! BEBERAPA PART DIPRIVATE SECARA ACAK) Sebelum baca ini mending baca Dependencia dulu ----- Tiba saatnya benang kusut terurai. Cukup dulu aku menyakitimu begitu dalam. Sekarang, bolehkah kita menuai bahagia bersama? Sta...