Kalya mengikuti langkah Divya yang berlari memegang balon helium Hello Kitty dengan bawahan hanya berupa celana dalam pink. Divya tak mendengarkan panggilan mamanya, mungkin menurutnya, mainan barunya lebih menarik dibanding menanggapi mamanya. Balon itu dibeli oleh Nevan sepulang dari bertemu teman-temannya, Divya merengek menunjuk keluar kaca mobil kala melewati penjual balon gas yang bentuknya memang dibuat untuk menarik hati bocah-bocah yang gampang terpincut melihat apa saja.
"Pakai celana dulu yuk, Nak. Dalamannya Divya diliatin cecak tuh, mereka ngintip-ngintip tahu dari tadi."
Divya menoleh. "Mana, Mama?"
Kalya lantas mendongak pada penjuru ruangan, berharap segera menemukan seekor cecak. Ah, padahal tadinya ia hanya bercanda tentang kehadiran hewan pemangsa nyamuk itu agar Divya mau memakai celana.
"Tuh, cecaknya di dekat gorden. Divy liat nggak?"
Huh, untung saja ada cecak yang nongol dan membantunya tidak memperpanjang masalah.
Divya mendudukkan pantat dengan kaki selonjoran, tangannya yang mungil berusaha memeluk penuh balon gas yang ukurannya hampir sama dengan badannya, sesungguhnya ia takut balonnya dimakan cecak.
"Ini punya Dipi," katanya dengan raut serius terpampang di wajahnya. "Papa beli tadi."
"Iya iya, ini punya Divya."
Kala Divya tengah bermonolog tentang cecak yang tidak boleh mengambil balonnya, hal itu dimanfaatkan oleh Kalya untuk segera memakaikannya celana.
"Tadi Divya ketemu Om Kaesar, ya?"
"Om Jelek?" jawab Divya.
Sontak Kalya mengerutkan dahi. Anaknya mendengar siapa sampai menyebut Kaesar dengan sebutan 'Om Jelek'? Apa setelah ikut papanya tadi? Astaga, lain kali Kalya akan melarang Nevan membawa Divya ke tongkrongan om-om yang obrolannya tidak cocok didengar oleh anak yang dalam masa perkembangan mengenal dunia seperti anaknya.
Divya menggosok kasar hidungnya menggunakan telunjuk. "Temu ante juga."
"Tante?" Kalya memperbaiki tatanan poni Divya yang berantangan usai lari-lari tadi. "Tante siapa emangnya? Tante Eya ikut?"
Divya mengangkat bahu, ia justru menarik tangan mamanya melewati ruang tamu kemudian berhenti tepat di hadapan pintu. Mungkin benar, istri Kaesar tante yang Divya maksud. Toh, kan kata Nevan itu acara makan-makan merayakan kenaikan jabatan Kaesar.
"Ayo, Mamaaa!"
Tubuh mungilnya berusaha mendorong pintu yang jelas-jelas masih terkunci rapat.
"Mau apa sih sebenarnya?"
Kalya membuka pintu dengan terheran-heran. Sumpah ya, dia belum sempat ganti baju dari tadi. Sepulang dari kampus, Kalya mampir ke rumah mertuanya dulu menjemput Divya yang lebih dulu sampai di sana diantar oleh Nevan yang kemudian keluar kembali untuk menghadiri pertemuan. Jadilah Kalya cuma pulang berdua dengan Divya ke rumah.
"Mau main," gumam Divya memasang sendal kebesaran di sepasang kakinya yang kecil. Begini, bagaimana tidak kebesaran, orang sendal yang dia pakai itu punya mamanya, wajar jika langkahnya terkesan menyeret-nyeret sendal abu-abu tersebut.
Helaan napasnya tertarik pelan melihat Divya berjalan ke sana kemari memegang balon gas yang mengudara satu meter di atas kepalanya dengan seutas tali yang diikatkan pada bungkusan batu sebagai penahan agar tidak terbang. Kalya menyenderkan bahu di tiang penyangga di sampingnya.
"Ini mata." Tunjuk Divya pada kedua mata yang ada wajah Hello Kitty pada balon tersebut.
"Matanya gede, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Interdependencia (Tamat)
Romance(FOLLOW AUTHOR SEBELUM MEMBACA! BEBERAPA PART DIPRIVATE SECARA ACAK) Sebelum baca ini mending baca Dependencia dulu ----- Tiba saatnya benang kusut terurai. Cukup dulu aku menyakitimu begitu dalam. Sekarang, bolehkah kita menuai bahagia bersama? Sta...