BAB 16|Cinta Balon Udara

65 7 0
                                    

"Setelah melewati tahap jatuh cinta. Ada satu tahap lagi yaitu; takut. Takut kehilangan."

***

Sekarang, Ratu merasa lebih membaik dari sebelumnya. Raja pula tidak lagi terlalu cemas saat meninggalkannya pergi ke kampus. Sebelum berangkat pun lelaki itu memberi pesan pada sang gadis untuk menunggunya beberapa jam. Lagipula jadwal di kampus setahunya tidak akan begitu padat. Ada salah satu dosen yang hanya memberikan tugas.

Ratu menurut saja, lagipula saat tubuhnya lemas setelah sakit seperti ini akan mustahil baginya keluar dari kawasan rumah sakit.

Gadis berambut panjang itu terduduk di kursi roda, menepikan kedua roda yang didorongnya sendiri tepat di ujung jendela. Menampakkan pemandangan pepohonan yang sengaja ditanam oleh pengurus rumah sakit.

Banyak orang yang berlalu lalang dengan mengenakan seragam beratribut rumah sakit sepertinya. Sudah tak aneh lagi bagi Ratu berada di lingkungan seperti saat ini. Dia sudah terbiasa keluar masuk rumah sakit hanya karena masalah yang sama. Mama dan Papanya.

Entah mengapa, setelah mimpinya dalam masa penyembuhan beberapa hari lalu membuatnya selalu teringat pada kedua orang tuanya. Meski pun mereka selalu menolaknya dalam kehidupan masing-masing, tapi Ratu yakin keduanya akan tetap menyayanginya.

Jemarinya mengelus lembut setiap helai rambutnya yang dibiarkan tergerai. Lalu meniliknya sepersekian detik setelahnya tersenyum senang.

"Mama suka sekali dengan rambut panjang. Papa pula, aku pula. Lalu, Raja?" tanyanya lirih entah kepada siapa.

Ketukan pintu membuatnya menoleh ke arah belakangnya. Tepat saat itu celah pintu terbuka sempurna menampakkan tiga gadis yang tengah berdiri dengan membawa buah tangan. Siapa lagi kalau bukan Vera, Putri juga Asya.

Bibir Ratu naik ke atas membentuk bagai bulan sabit, secercah kebahagiaan kembali menimpanya dengan kehadiran ketiga sahabatnya yang selama beberapa hari ini dia rindukan.

"Kaliannn!" Kedua tangannya diregangkan siap tuk mendekap tubuh sahabatnya.

Mereka bertiga berlari menghampiri Ratu dengan senang. Melepaskan kerinduan menyalurkannya dengan pelukan.

"Gue kangen lo tau!" Asya berteriak seraya mengeratkan pelukannya.

"Kakak ipar akhirnya lo sehat lagi!"

Ratu berusaha untuk melepaskan dirinya dari dekapan ketiga sahabatnya. Apalagi dekapannya Asya yang nyaris mencekiknya, jika saja gadis itu tidak mendorong tubuhnya bisa-bisa nyawanya melayang.

"Gue nungguin kalian pada dari kemarin," ucap Ratu lirih, bibirnya kembali cemberut saat mengingat hanya ada Raja yang ada di sampingnya.

"Kita nungguin lo setiap hari, Ra. Meski pun hanya di luar. Karena dokter ngebolehin satu orang aja yang masuk ke ruangan lo." Vera menjelaskan, kedua sahabatnya yang lain mengangguk mengiyakan.

"Uhhh sosweet banget sih sahabat gue!" pekik Ratu senang. Kedua matanya menyipit kala senyumannya merekah memperlihatkan deretan gigi putihnya.

"Peyukkkk lagi!" Asya kembali meregangkan kedua tangannya, siap tuk mendekapnya. Tapi, Ratu menjauhkan tubuhnya.

"Gue susah napas kalau dipeluk terus."

Serempak, tawa mereka pun pecah begitu saja. Bersamaan dengan itu, ketiga lelaki berparas mempesona berdiri tepat di ambang pintu. Menatap mereka dengan tatapan datar.

Ratu menaikkan sebelah alisnya ke arah mereka yang kemudian diikuti oleh ketiga sahabatnya. Mengarahkan pandangan pada ketiga lelaki itu yang tengah berpose layaknya seorang model papan atas.

RAJA MILIK RATU ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang