Yooo!!
Jangan lupa untuk selalu meninggalkan jejak, apapun itu aku sangat menghargainya.
Sorry for typo!
Stay safe!
Enjoy!
✨✨✨
"Ara, perut aku sakit"
"Ara, usap-usap"
"Ara, Ara, Ara, Ara!"
Ara mendengus kesal dengan tangan yang sudah mengepal kuat. Ara melirik tajam ke arah Jevri yang kini tengah bersandar di kursi sambil menatap perutnya.
"Ara, kayaknya aku mau lahiran. Perut aku sakit" ucap Jevri.
Di cari penjual otak, jika ada tolong hubungi Ara secepatnya.
Ara yakin sekali jika otak Jevri kosong melompong.
"Ara-"
Ucapan Jevri terpotong saat tangan Ara memegang bibirnya membuat bibir Jevri mengerucut seperti bebek.
"Denger ya Jevri, lo gak hamil! Stop deh bilang hal yang engga-engga sebelum gue tendang" ucap Ara geram.
"Perut lo sakit karena kebanyakan makan!" Ucap Ara sambil melepaskan bibir Jevri.
Ara itu sudah mewanti-wanti Jevri agar tidak berulah di tempat umum, mereka ini sedang makan di mekdi. Apalagi pengunjung sedang ramai-ramainya, bahkan orang yang duduk di depan mereka sempat melirik ke arah Jevri tadi.
"Bibir aku jadi kayak di filler gitu gara-gara kamu" gerutu Jevri sambil memegang bibirnya.
Bodo amat, Ara tidak kenal.
"Ayo Ra, kita ke rumah sakit buat konsultasi" ucap Jevri memegang tangan Ara.
"Ngapain sih? Jangan aneh-aneh ya lo" peringat Ara sambil memakan kentang gorengnya.
"Mau konsultasi tentang kehamilan aku, kan ini anak kamu juga" ucap Jevri menunjuk Ara.
Ara tersedak sambil melotot menatap Jevri.
Ini Jevri kenapa makin parah sih? Jevri kenapa? Ganteng-ganteng kok bego.
"Kamu gak mau tanggung jawab?" Cerca Jevri.
Ara terdiam sambil menatap Jevri tak percaya.
"Fiks lo harus ke rumah sakit jiwa, fiks!" Ucap Ara sambil mengambil hp nya.
"Bentar Jev, gue nelpon mama lo dulu. Gue kasihan banget sama mama lo, mana anak satu-satunya lagi duh gue harus cari pacar baru lagi kalau lo di rumah sakit jiwa" ucap Ara sambil jarinya mengetik nama Citra di hp nya.
"Kamu mah gitu, masa aku mau di bawa kesana" ucap Jevri dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Ara menoleh ke arah Jevri yang kini sudah menatapnya seperti anak kecil. Tatapan memelas dengan bibir merah yang mengerucut.
Kan Ara jadi mau nerjang si Jevri, eh astagfirullah.
Gimana ya, Jevri itu udah kayak godain iman kalau udah kayak gini. Tapi gimana ya, Jevri itu gemesin.
"Aku mau pulang aja" ucap Jevri sambil berdiri, ia mendengus menatap Ara lalu berbalik meninggalkan Ara.
"Haduh anak paud ngambek lagi" gerutu Ara
Ara mengehentikan langkahnya saat melihat Jevri berbicara dengan laki-laki.
Ara membulatkan matanya saat mengenal siapa laki-laki itu. Fajar! Ya ampun kenapa harus ketemu disini sih?
KAMU SEDANG MEMBACA
JEVRI [END]
Teen FictionSiapa itu Jevri Megantara Wijaya? Cowok soft boy nan childish. Harus extra sabar jika menghadapi Jevri. Bila perlu jangan dekat-dekat Jevri kalau gak mau di templokin terus! Pokoknya kalau lihat Jevri mending kabur aja sebelum jadi baby sitter dadak...