01

20.3K 874 68
                                    

Heyoo!!!

Jangan lupa untuk selalu meninggalkan jejak, apapun itu aku sangat menghargainya.

Stay safe!!

Sorry for typo!!

Enjoy!!

✨✨✨

"Ara!"

Orang yang bernama Ara pun menghela nafasnya, ia mengepalkan tangannya namun wajahnya tersenyum, senyum paksa lebih tepatnya.

Ara berbalik, menatap orang yang memanggilnya.

"Kenapa?" Tanya Ara saat laki-laki tinggi itu berada di depannya.

"Ngantuk" melasnya membuat Ara ingin sekali menggeplak kepala laki-laki di depannya ini.

"Ya tidur dong Jevri, kenapa kamu malah ngadunya ke aku?" Geram Ara.

"Tidurin" rengek Jevri.

"Ya udah, pergi ke kamar nanti aku susul" ucap Ara yang langsung di angguki dengan semangat oleh Jevri.

Ara menatap punggung Jevri yang kini menaiki tangga dengan semangat, sesekali Jevri bernyanyi atau tertawa kecil.

Ara mendengus kesal, Jevri itu pacarnya. Sudah 2 tahun pacaran dengan Jevri membuat Ara tidak terkejut dengan tingkah Jevri yang terkesan kekanakan itu.

Sebenarnya Ara itu sudah sangat jenuh dengan Jevri, ingin sekali ia mengakhiri hubungan mereka tapi lagi-lagi semua itu tak terealisasikan karena ada saja tingkah Jevri yang membuat Ara gemas dan urung memutuskan hubungan mereka.

Dan sekarang ia berada di rumah besar milik Jevri, ini bukan kali pertama ia kesini bahkan Ara rasa dirinya lebih sering berada di sini dari pada di apartemennya.

Jevri selalu merengek agar Ara terus berada disini, sedangkan Ara bahkan mati-matian agar dirinya tidak menginjakkan kakinya di rumah ini.

Karena setelah Ara menginjakkan kakinya di rumah ini, dirinya akan bertranformasi menjadi baby sitter nya Jevri.

"Ara!" Panggil Jevri membuat Ara berdecak.

Dalam hatinya Ara mengumpat sumpah serapah, dengan dongkol ia menaiki tangga dan masuk ke kamar Jevri.

Terlihat Jevri yang sudah berada di atas kasur dengan selimut yang menyelimutinya sebatas perut. Senyum Jevri mengembang saat melihat Ara yang masuk ke dalam kamarnya.

Ara memutar bola matanya malas, lalu mendekati Jevri dan duduk di samping laki-laki itu.

"Peluk Ara" ucap Jevri sambil merentangkan tangannya membuat Ara mau tak mau masuk ke dalam pelukan Jevri. Jevri menarik tubuh Ara agar ikut masuk ke dalam selimut yang ia kenakan, Ara hanya diam malas untuk berdebat ataupun menolak perlakuan Jevri. Jika ia menolak Jevri pasti akan merajuk dan itu tidak baik untuknya. Merajuknya Jevri itu membuat dirinya lebih susah dari ini maka dari itu ia memilih untuk diam saja.

Bisa Ara cium bau badan Jevri yang masuk ke indera penciumannya, karena laki-laki itu memeluknya erat dengan menenggelamkan kepalanya di dada Ara.

"Tadi di sekolah buk guru ngasih tugas banyak banget" ucap Jevri.

"Ya terus?" Ucap Ara ogah-ogahan menanggapi cerita Jevri.

"Aku jadi males ngerjainnya" ucap Jevri sambil tangannya masuk ke dalam kaos yang Ara kenakan.

"Ya udah jangan di kerjain, itu kok repot"

"Tapi tugasnya udah selesai, aku kira harus di kumpul hari ini juga jadi pas pulang sekolah aku langsung ke ruang guru buat ngumpulin tugasnya" ucap Jevri membuat Ara jengkel.

"Kalau udah di kumpul tugasnya kenapa ngeluhnya sekarang?" Ketus Ara.

"Biar ada topik aja" jawab Jevri polos dengan tangannya yang mengusap lembut perut rata Ara.

"Dedek bayi nya bunyi Ara" ucap Jevri membuat Ara mengernyit heran.

Dedek bayi? Dirinya kan tidak hamil!.

"Bunyi lagi Ara" ucap Jevri semangat.

Plak!

Ara menggeplak kepala Jevri membuat laki-laki itu mengaduh.

"Kenapa kepala aku di pukul" tanya Jevri.

"ITU SUARA CACING DI PERUT GUE BAMBANG!" kesal Ara membuat Jevri mengusap telinganya.

"Jangan teriak Ara, nanti dedek bayinya bangun" ucap Jevri membuat Ara ingin sekali membenturkan kepala Jevri ke tembok.

"Gak ada dedek bayi! Gue gak hamil!" Ucap Ara kesal.

"Mau aku hamilin?" Polos Jevri membuat Ara ingin bangun namun di cegah oleh Jevri.

"Hati-hati bangunnya Ara, nanti dedek bayinya terguncang"

Tenggelamkan Ara sekarang!.

"Jevri, gue gak hamil ya! Stop deh bilang ada bayi di perut gue, gue ini laper makanya perut gue bunyi" ucap Ara menjelaskan dengan nada penuh penekanan.

Jevri hanya mangut-mangut saja, lalu kembali Jevri bermanja-manja pada Ara.

"Sekolah Ara gimana?" Tanya Jevri.

"Ya gitu deh" jawab Ara malas karena masih kesal dengan Jevri.

"Gitu gimana?"

"Ya gitu"

"Ya gitu gimana Ara?"

Ara menipiskan bibirnya kesal, kenapa Jevri kepo sekali.

"Ya gimana orang sekolah ya gue juga gitu! Masak gue-"

"Aku, Ara. Jangan bilang gue" larang Jevri.

Ara mendengus kesal, menarik nafasnya mencoba untuk bersabar.

"Aku belajar di sekolah, main sama temen, ke kantin buat makan" jawab Ara sok di manis-maniskan padahal hatinya sudah dongkol setengah mampus.

"Gitu aja?" Tanya Jevri.

"Iya lah, ke sekolah mau buat ngapain emangnya? Ternak ayam?" Sinis Ara.

"Ara gak ada mikirin aku? Aku aja setiap detiknya pasti mikirin Ara" ucap Jevri sambil tangannya merambat ke arah gundukan kembar milik Ara.

Ara menepis tangan Jevri membuat laki-laki itu mendongak dengan mata yang berkaca-kaca dan bibir yang mengerucut seperti ingin menangis.

Ara lagi-lagi menghela nafasnya, ia membiarkan tangan Jevri melakukan apa yang laki-laki itu mau. Sedangkan Jevri hanya memasang wajah polosnya dengan senyum lebar yang menampilkan gigi rapinya.

Benar, mereka menjalani hubungan yang tidak sehat. Ya bagaimana lagi, tidak mau munafik Ara pun menikmatinya.

Jevri sibuk bermain dengan tubuh Ara, sedangkan Ara sendiri mati-matian menahan gejolak dalam dirinya.

"Ara, nenen boleh?" Tanya Jevri dengan polosnya.

Plak!

"Lambe mu, lambe mu!" Ucap Ara sambil memukul mulut Jevri.

"Tidur atau gue mutilasi?" Ucap Ara membuat Jevri kicep.

Kenapa dia terlihat seperti ibu yang sedang mengurus anaknya?. Huh, dasar Jevri si bayi besar ini!.

Mungkin ada yang mau mengadopsi Jevri bisa hubungi Ara, Ara ikhlas kalau ada yang mau mengadopsi Jevri.

|||

Jangan lupa selalu patuhi protokol kesehatan ya!!.

Salam sayang,

Auto pencinta rebahan💙

JEVRI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang