CHAPTER 3

150 26 4
                                    

Mahkota Aby Denandra dan Mutiara Jihan Denandra, si kembar yang asyik menikmati popcorn buatan stand Tafasya dan kawan-kawan. Di seberangnya sang Ayah, Abrisam Haikal Denandra sudah merasa lega ketika menyeruput es jeruk buatan Tafasya.

"Teteh," panggil Ara.

"Eh, iya?" jawab Tafasya lembut.

"Ara boleh minta es jeruknya?" tanya anak itu polos membuat Tafasya tersenyum gemas.

"Coba adek minta izin dulu sama ayah ya?" ucap perempuan berambut pendek ini sambil sedikit membungkuk.

Ara menengok ke arah ayahnya yang sibuk menatap ponsel. Mengetikkan sesuatu dengan wajah yang terlihat cemas. Tafasya seperti cenayang, dengan hanya menatap ia bisa tau apa yang orang lain rasakan. Matanya kembali menatap si polos Ara yang tertegun melihat ayahnya yang sibuk.

"Ayah sibuk, Teh. Kata ayah, kalau ayah lagi sibuk, gaboleh diganggu," ucapan anak polos ini sedikit menyentuh hati Tafasya.

"Ta, lu lagi nyari lowongan,kan? Nih, jadi baby sitter mau kaga lu?" tegur Rama sambil menunjukkan ponselnya.

"Baby sitter? Boleh, Om. Lumayan juga pengalaman pernah ngurus adek bungsu di kampung," jawab Tafasya sambil tertawa.

"Gua kirim ke elu ya, Ta. Cek aja ntar di WA," ucap Rama dan disahuti anggukkan oleh Tafasya.

Tanpa ia sadari, teman-temannya yang lain sedang berkumpul. Merundingkan sesuatu tanpa sepengetahuannya. Saling berbisik sambil menatap ponsel milik Hera. Mata mereka terlihat sendu.  Jijah dan Olip, para darah muda yang berapi-api sangat gatal ketika mengetahui hal ini. Hera dan Rama menghela nafas dan menunggu waktu yang tepat untuk memberitahu semuanya.

"Haiii! Korang ngomong apa tanpa aku?" pekikan yang tidak asing memenuhi stand yang kini sudah sepi.

"Wah, pak satpam baru pulang guys, kasian banget keringetan," tawa Hera saat melihat sahabat mereka Emji.

"Duh, Ta minta segelas dong, gerah nih," ucapnya sembari masuk dan bernaung.

"Bayar ya, jualan butuh modal," canda Tafasya membuat seisi tenda tertawa.

"Teteh lucu, bisa bikin ketawa," ucap Aby tiba-tiba dengan senyumannya.

"Lho? Teteh badut dong?" jawab Tafasya sambil tertawa.

Abrisam memperhatikan gadis ini. Ia mudah akrab dengan semua orang begitu cepat. Terkadang ia iri dengan orang-orang yang mudah bersosialisasi, tidak seperti dirinya yang ansos.

Hera menatap Emji. Matanya mengisyaratkan untuk pria itu mendekat. Mereka berdua kembali berembuk membentuk lingkaran. Abrisam sedikit heran, temannya sedang sibuk membuat minuman, mereka malah asik bergosip, batinnya.

Seorang pria datang menghampiri Tafasya. Senyuman mengembang di bibir tipisnya. Lain dengan teman-teman Tafasya yang bergegas kembali ke posisi awal.

"Hai, Kak Adnan yang ganteng!" sapa Jijah.

"Tapi boong," lanjut Olip dan mereka tertawa.

"Ck, serah lu berdua dah."

"Sayang, kamu pasti capek. Mau makan siang?" tawar Adnan pada Tafasya.

"Makan? Dimana?"

"Di hatimu," kekeh Adnan.

"Musik! Play!" teriak Rama dan Hera pun menyalakan musik DJ REMIX TERLALU BANYAK BACOT

Sungguh, momen yang pas dalam batin teman-teman Tafasya. Merasa heran dengan tingkah teman-temannya, Tafasya mengerutkan keningnya pertanda bingung.

Naik Tahta [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang