Surat Terbuka, dari Tafasya untuk Abrisam

82 11 0
                                    

Selamat malam langit kota Bandung
Sebuah kota yang terkenal dengan suhu dingin yang menyejukkan.
Sebuah kota yang menjadi tempat 'pria' saya tinggal.
Sebuah kota yang menjadi saksi perjalanan.

Malam ini, aku hanya ingin menyampaikan rinduku saja
Rindu yang cukup lama terpendam. Mungkin sudah membusuk?
Perasaan-perasaan yang dipaksa mati, rindu yang terus hinggap dan enggan pergi
Sulit, sangat sulit. Semua ini menyesakkan hati

Jejak-jejak perjalanan yang menyisakan kenangan terus saja berputar di otakku
Jantungku selalu berdegup kencang saat teringat itu
Kenapa perasaan ini belum juga mereda? Kenapa debar ini terus saja berdetak?

Kita selesai tapi belum selesai

Kita memaksa hati untuk mati
Kita memaksa perasaan untuk terpendam
Menutup relung-relung hati, menguncinya dari luar.

Sekarang, siapapun tak bisa masuk.
Termasuk dirimu.

Namun, aku menginginkan dirimu.

Terlelap dengan harap memimpikan kenangan indah kita berdua
Terbangun dengan angan menjalani hari bersama
Tersadar dengan sebuah tamparan, kalau kita sudah tak lagi bersama

Hatiku tak tumbuh
Perasaanku mati
Pikiranku terhenti hanya sebab rindu

Rindu, rindu sekali rasanya.
Bagaimana cara menyampaikan rindu ini?
Bagaimana cara memeluk orang ini?
Bagaimana menghentikan semua gejolak perasaan yang menyesakkan dadaku ini?
Bagaimana? Bagaimana caranya?

Malam ini aku menangis karena rindu
Malam ini hatiku hidup karena rindu
Malam ini pikirku nyala karena rindu
Semuanya berwarna seperti semula
Terima kasih rindu, walaupun tak tersampaikan sepenuhnya

Tuhan, lindungi dia
Kabulkan semua doa dan harapannya
Sehatkan selalu dia
Aku tak bisa bertemu dengannya lagi

Hanya Engkau yang kuharapkan, Tuhan.
Maha Cinta

Naik Tahta [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang