---tiga---

15.9K 1.6K 21
                                    

Cerita ini hanya fiksi yang tidak ada hubungannya dengan tokoh asli, organisasi, kelompok, kejadian tertentu dan lain sebagainya. Harap pembaca bijak dalam menanggapi cerita.

----


Udara pagi hari begitu menyegarkan, burung burung berkicau dan tanaman tanaman terlihat begitu segar serta basah karena guyuran air hujan semalam. Sera menyeka keringat yang membanjiri keningnya, berlari lari selama 30 menit lumayan menguras tenaga ternyata. Sera tidak sendiri, dia ditemani Abi pastinya.

Sudah jadi kebiasaan dari dulu, kalau Abi pergi ke rumah sakit malam hari maka dia akan mengajak Sera lari pagi terlebih dahulu. Sementara cafe akan di buka oleh pegawainya.

"Udah dulu mas, capek." Ujar Sera lalu menghentikan langkahnya. Jantungnya berdebar debar sekarang karena merasa lelah. Mungkin karena efek Sera sudah jarang berolahraga.

"Ayok satu puteran lagi, masa kalah tuh sama anak kecil." Ujar Abi sambil menunjuk ke arah anak anak yang sedang berolahraga dengan para orang tuanya.

"Bentar deh duduk dulu, kaki aku sakit." Sera duduk di salah satu bangku yang memang di sediakan di dekat taman bermain.

Abi kemudian ikut duduk di sebelah Sera, lalu ia meminum air dari botol yang Abi pegang sedari tadi. Sementara Sera memijat kaki nya yang kelihatan sangat kecil, berbanding terbalik dengan kaki milik Abi.

"Makanya biasain olahraga. Kamu bangun nya siang terus sih." Abi mengambil alih kaki Sera sehingga berada di atas pahanya.

"Mana ada, mas tuh yang kalo di bangunin suka susah."

"Enggak kok. Buktinya kalo kamu cium saya langsung bangun."

"Kamu kan emang suka modus, dari dulu hih."

Abi hanya tertawa kecil. Lagipula laki laki mana sih yang tidak suka modus, apalagi posisinya pada istri sendiri.

"Ini kenapa? Kok luka?" Tanya Abi saat melihat ada bekas luka yang memanjang di kaki Sera. Terlihat seperti goresan namun lukanya sedikit lebih lebar.

"Kemarin aku jatoh di depan cafe, malu banget tau. Mana di liatin sama pegawai. Citra aku turun gitu aja."

"Tuh kan. Makanya kalo jalan tuh hati hati ra, jangan meleng. Pasti yang diliatin handphone aja terus."

"Mana ada liatin handphone terus, orang aku gak sengaja kesandung."

"Nanti olesin salep, biar memarnya ilang." Kata Abi.

Alih alih suami istri, mereka kini malah terlihat seperti dua orang yang tengah berpacaran. Apalagi pakaian Abi saat ini terlihat seperti anak muda.

"Kamu sore ini ke rumah sakit?" Tanya Sera.

"Iya." Abi mengangguk sebagai jawaban.

"Sebel banget kalo kamu kebagian shift malem. Takut tau sendirian di rumah."

"Terus mau gimana, masa iya gak pergi. Emangnya pas jaman masih koas, kebagian pagi terus. Sekarang udah ada giliran."

Sera tidak bohong saat dia bilang takut sendirian di rumah. Apalagi komplek tempat mereka tinggal itu selalu sepi.

"Tidur di rumah mamah mau? Nanti saya jemput pagi pagi." Tawar Abi.

"Ng-nggak deh, malu kalo di rumah mamah kamu."

"Kenapa harus malu segala."

Kalau disuruh memilih antara sendirian di rumah atau tidur di rumah ibunya Abi, maka Sera pasti akan lebih memilih untuk sendirian di rumah. Karena rumah orang tua Abi sama saja neraka dunia untuknya.

IDEAL HUSBAND [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang