---tigabelas---

9.5K 970 68
                                    

komen komen jusseyooOoo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

komen komen jusseyooOoo

Abi terbangun dari tidurnya sekitar pukul 7 pagi. Dia bangun dengan keadaan rumah yang benar benar sepi, hanya ada semangkuk sereal yang di sediakan di meja. Tidak biasanya Sera menghilang pagi pagi begini, bahkan Abi pun tidak menemukan keberadaan Jida.

Karena merasa lapar akhirnya Abi mulai menyantap sereal di lengkapi susu cair. Bedanya disini dan di Jakarta itu jika pagi pagi Abi bangun di sambut oleh ramainya kendaraan, disini malah di sambut oleh kicauan burung burung.

"Assalamualaikum." Sera dan Jida datang ke rumah dengan membawa beberapa belanjaan yang sangat banyak.

"Waalaikumsalam, dari mana aja?" Tanya Abi.

"Dari pasar nih, Jida belanja banyak banget." Ujar Sera sambil menata satu persatu belanjaan tersebut di dapur.

"Jida ngapain ke pasar, katanya lagi gak sehat. Kan ada mbak Ayu, kenapa gak minta tolong aja." Ujar Abi.

"Gak apa apa, sekali sekali. Lagian kasian kalo harus nyuruh Ayu terus." Ujar Jida yang sepertinya tidak masalah harus pergi ke pasar.

"Mas mau makan sama apa?" Tanya Sera.

"Apa aja, lagian ini udah di ganjel pakek sereal kok." Ujar Abi.

"Jida tuh lebih seneng kalo di masakin Sera dari pada di masakin ibumu toh Bi." Ujar Jida lantas duduk di sebelah Abi.

"Bedanya apa?"

"Iya kalo di masakin Sera tuh masakan lokal saja, jadinya Jida nikmat makan nya. Coba kalo ibumu yang masak itu biasane makanan ala luar negeri ngendi aku bisa mangan, wong rasane beda."

Abi terkekeh pelan. "Iya nanti kalo Jida ke Jakarta yang masakin nya Sera bukan mamah. Lagian mamah kan emang gitu, katanya kalo makanan lokal gak level."

"Ndak level endasmu, ibu kamu tuh gaya nya wes selangit. Seperti yang iya saja, di pikir lahirnya dimana toh."

Abi mengangguk. "Emang, selangit banget gaya nya. Abi aja gak suka. Tapi ya mau gimana lagi udah begitu karakter nya."

"Dia tau kamu kesini sama istrimu?"

"Enggak, lagian Abi udah jarang komunikasi sama mamah. Kalo mamah tau pasti mamah ngelarang Abi kesini, Jida kan tau mamah seperti apa."

Jida tersenyum lalu mengelus punggung Abi. "Putu wis gedhe, wis pengen dadi bapak. Jida doakan semoga bahagia dunia akhirat."

"Aamiin, semoga juga Jida sehat sehat terus ya biar nanti bisa liat anak nya Abi."

Sera yang mendengarkan pembicaraan mereka dari dapur hanya tersenyum. Dari cara berbicara Abi dengan Jida itu beda di banding dengan caranya berbicara dengan orang tua nya. Jelas saja, sejak dulu Abi hanya di manja oleh Jida setahu Sera bahkan yang mendukung Abi kuliah di luar negeri itu hanya Jida.

IDEAL HUSBAND [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang