Anna menundukkan kepalanya setelah hakim mengetuk palu beberapa kali. Sakit sih, namun sekarang dirinya seolah bebas. Walaupun begitu Anna tidak bisa menahan air mata yang keluar dari pelupuk matanya.
Jeffrian melirik pada Anna lalu bangkit dari duduknya. Ada rasa menyesal, tapi memang sudah seharusnya seperti ini. Anna harus bahagia, tapi bukan dengan dirinya.
"Rumah yang kita tinggali dulu itu atas nama kamu, jadi kamu bisa dengan bebas memakai rumah itu kapan aja." Ujar Jeffrian pada Anna yang masih terduduk di tempat.
Perempuan itu sedikit mengangkat kepalanya untuk melihat Jeffrian. "Iya, akan aku pakai."
"Makasih Anna, dan —Maaf."
"Gak apa apa. Aku gak ingin menjadi penghalang untuk kamu melanjutkan hidup dengan bagaimana semestinya."
"Aku harap setelah ini gak ada yang namanya permusuhan di antara kita. Kamu masih aku anggap seperti keluarga sendiri."
Anna tersenyum. "Makasih sebelumnya, tapi aku rasa setelah ini kita gak akan bisa berhubungan lagi Jeff. Aku akan sibuk sama dunia aku sendiri, sama halnya kayak yang kamu lakuin saat ini."
"Anna, perceraian bukan berarti memutus semua hubungan."
"Dengan cara kamu mengajukan surat perceraian itu udah jadi bukti kalau kamu emang mau memutus hubungan sama aku kan. Jadi udah ya, cukup."
"Anna aku minta maaf." Ujar Jeffrian dengan tatapan memelas.
"Iya. Aku permisi." Anna berjalan keluar dari pengadilan mendahului Jeffrian.
Sekali lagi Anna menghela nafasnya berat, lalu Anna berjalan ke toilet untuk membasuh wajahnya. Sampai akhirnya Anna tidak bisa lagi menahan isak tangis dari bibir cantiknya.
Padahal sebelumnya Anna dan Jeffrian hampir kembali, namun entah kenapa tiba tiba Jeffrian mengajukan surat perceraian. Jelas Anna sangat terpukul, hubungan yang awalnya Anna kira akan membaik nyatanya malah berujung perpisahan.
Sekarang Anna sadar, yang Jeffrian dulu lakukan bukan mempertahankan hubungan tapi malah menunda perpisahan. Tapi tak sampai di situ, Jeffrian malah melibatkan orang ketiga dalam hubungan mereka.
Lagi lagi Anna hanya bisa menghapus air mata yang keluar serta isak tangis yang ia tahan sekuat mungkin agar tidak mengeluarkan suara apapun. Tangannya menggenggam erat wastafel menahan rasa sakit yang Anna rasakan.
"Kamu jahat Jeff." Gumam Anna. Perempuan itu menangis dalam diam sendirian.
----
Pukul 3 pagi tadi Sera di larikan ke rumah sakit karena sebentar lagi proses kelahiran bayinya. Abi panik bukan main, mengingat bagaimana raut wajah kesakitan Sera. Walaupun Sera selalu bilang kalau dia baik baik saja namun tetap saja Abi khawatir. Lelaki itu tidak bisa menyembunyikan rasa takutnya saat ini.
"Ih mas Abi muka nya kok gitu banget, aku aja enjoy ini." Ujar Sera saat melihat raut wajah khawatir dari Abi.
"Udah kamu jangan banyak ngomong, mas tau itu perutnya pasti sakit."
Sera terkekeh. "Iya, sakit. Tapi kan mas Abi pernah bilang ke aku supaya jangan panik, gimana sih. Eh malah kamu yang panik."
Masih pembukaan 6 tapi rasanya sudah sakit bukan main. Keringat sudah bercucuran dari kening Sera namun perempuan itu selalu berusaha terlihat biasa saja. Sera hanya takut jika dia panik nanti Abi semakin khawatir.
"Mas elusin punggungnya ya." Ujar Abi lalu mengelus elus punggung Sera.
Melihat itu Jida tersenyum manis, tidak beliau sangka kalau cucu kesayangannya sekarang sudah menjadi seorang ayah yang hebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
IDEAL HUSBAND [Completed]
FanfictionGimana sih rasanya punya suami modelan Abimanyu Lingga Pandega? Ft. Kim Doyoung Cerita ini hanya fiksi yang tidak ada hubungannya dengan tokoh asli, organisasi, kelompok, kejadian tertentu dan lain sebagainya. Harap pembaca bijak dalam menanggapi...