***

263 31 0
                                    

Paramita mendudukkan Soren di depan beauty case Masami Shouko. Cewek itu lalu sibuk mengubek-ubek isi tas perlengkapan, sementara dia menatap bayangannya sendiri di depan cermin. Dia memiliki wajah persegi, hidung mancung, dan bibir tebal. Darah Denmark dari keluarga ayahnya menganugerahinya sepasang mata biru dan tubuh tinggi menjulang. Dia juga memiliki bahu tegap, dada bidang, dan six packsthanks to semua waktu yang dihabiskannya berolah raga selama ini.

Sejak awal karier, nggak pernah ada perubahan berarti dalam penampilannya. Manajernya yang menyuruh begitu, bahkan sangat menentang keras Soren untuk 'menodai' barang sejengkal pun tubuh berkulit pucatnya dengan tato maupun tindik. Paling banter, hanya pernah mengecat rambut—itu pun cuman dua kali. Setelah gunting-potong-gunting-potong berulang kali, rambut Soren kembali ke warna asli: pirang madu.

Tanpa bilang-bilang sebelumnya, Paramita muncul di hadapan Soren dan menatapnya lekat-lekat. Masih dengan mata menyipit serius, cewek itu bertanya, "Mas Soren kepengen tetep terlihat ganteng atau yang bener-bener manglingin?"

"The latter. Apa gunanya pake jenggot palsu kalo tetep dikenalin."

"Hehehehe, bener juga ya, Mas."

Paramita lalu mengeluarkan plastik ziploc dari dasar tas. "Tadinya ini buat karakternya Mas Ringgo, karena aku berusaha ngikutin deskripsi yang ada di novel: hipster look. Ternyata Mas Raden maunya lebih ke wardrobe-nya aja yang dibikin hipster, nggak mau Mas Ringgo sampe didandani ala-ala penebang kayu wannabe gitu. Jadi nganggur deh ini jenggot—padahal biaya sewanya lumayan mahal lho." Cewek itu menatap Soren. "Mas mau pake ini?"

"Terserah. Aku nurut-nurut aja."

"Okay then!"

Prosesnya ternyata lebih simpel dari dugaannya. Paramita menyapukan kuas yang sudah dilumuri lem ke beberapa titik di sekitar mulut. Dia lalu mengulangi prosesnya sekali lagi, memastikan lemnya cukup kuat untuk menahan jenggot palsu itu di wajahnya.

Ketika Paramita selesai, Soren melihat tampilan barunya di cermin beauty case.

"Anjrit! Bener-bener bikin pangling." Soren sama sekali nggak melebih-lebihkan pujiannya. Dia masih terlihat seperti dirinya, hanya saja lebih seperti penyuka musik-musik indie dan hobi bikin kombucha di dapur rumahnya ketimbang orang yang pernah dikontrak satu miliar sebagai brand ambassador produk pembersih muka.

"Makasih ya!" Ditambah topi, Soren yakin dia akan semakin sulit dikenali.

Cewek itu tersenyum puas. "Sama-sama. By the way, supaya lebih meyakinkan, lebih baik ganti baju dan sepatu deh, Mas."

"What's wrong with myoh!"

Soren nggak pikir panjang saat keluar dari kamarnya tadi, hanya mengenakan yang menurutnya nyaman saja. Tapi sekarang, dia menyadari kekeliruannya. Kaus berkerah Versace, celana jeans Dsquared2, dan Air Jordan kolaborasi Dior-nya adalah kebalikan dari 'orang biasa'. Kalau benar-benar nggak ingin menyolok, dia juga harus menyesuaikan penampilan dari ujung kepala sampai ujung kaki—nggak cukup dengan jenggot palsu ini saja.

"Mau aku bantuin, Mas, pilihin bajunya?"

"In case aku masih terlihat kayak bocah kaya?"

Paramita nggak menjawab, hanya nyengir.

"Boleh deh. Yuk! Tapi aku harus keluar dari hotel ini sebelum maghrib. Biar nanti pulangnya nggak terlalu malem."

"Lho, emangnya Mas mau ke mana sih?" Paramita kembali memasang tampang kepo.

"Kan udah aku bilang tadi... nyamar!" balasnya sambil mengedipkan mata.


--

SHAMELESS PROMOTION ALERT~

Siapa yang belum punya buku terbaru Bangse, TOO SEXY FOR MY EX? Kamu bisa beli online di sini:

https://shopee.co.id/TOO-SEXY-FOR-MY-EX-i.96678481.8801390244

Bagi yang udah punya, makasih ya udah preorder. Dukungan kalian bikin Bangse semangat nulis~


*gif mikkel sebagai pemanits hihihi*

*gif mikkel sebagai pemanits hihihi*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happiness Can't Buy Money (PREORDER NOW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang