[ Nine ]

267 51 7
                                    

Didalam ruangan besar dengan jendela kaca yang lebar, terdapat dua gadis dewasa tengah menikmati Soju dengan sepiring potongan timun dan wortel.

"Kau sungguh sudah melihat semuanya?"

"Ne. Aku melakukan survei bersama anggota devisi yang lain. Sepertinya tempat itu tidak terlalu penting hingga pemerintah mau mengeluarkan dana untuk membangun lagi wilayah itu"

"Arraseo. Pastikan tidak ada yang melakukan survei ke tempat itu lagi atau mengadakan observasi apapun. Kau paham maksudku, Pengacara Kwon?"

"Paham, Presdir Kim"

"Aigoo, Yuri-ah. Kau jangan sampai kelepasan menyebutku seperti itu saat didepan adikku. Itu berbahaya"

"Sangat berbahaya. Karena adikmu pasti akan bertanya mengapa sang Unnie memiliki banyak sekali jabatan." Sindir Yuri.

"Sejauh ini aku melakukannya dengan baik"

"Yah Kim Taeyeon! Astaga. Kau tau? Adikmu sudah menerorku. Dia pura-pura merasa bosan agar bertemu denganku. Dan menanyakan semua yang ada dikepalanya. Jinjja, padahal kau paham sendiri bagaimana adikmu" sungut Yuri.

Taeyeon terkekeh. Ia kembali meletakkan potongan timun yang baru digigitnya. Melihat itu, Yuri dengan sigap kembali menuangkan Soju ke gelas kecil milik Taeyeon.

"Aku sangat paham. Makanya aku menyerahkan semuanya padamu" ujarnya.

"Aish, Jinjja." Kesal Yuri. "Kau sudah menemui Presdir Yoo?"

"Presdir Yoo yang mana? Aku mengenal dua orang yang memiliki nama dan jabatan yang sama" jawab Taeyeon.

"Tentu saja Presdir Yoo Siwon."

"Ne. Aku kira dia hendak melakukan kampanye ketimbang mengajak bekerja sama. Aku tidak tertarik dengan hal-hal berbau hiburan. Dia berniat mengajak perusahaan kita menjadi salah satu investor dalam bisnis pembangunan hotelnya." Taeyeon kembali meneguk Soju nya. Ia bukanlah seorang yang tahan minum alkohol, tapi kali ini, ada sesuatu yang berhasil mengganggu pikirannya.

Dan dengan cara seperti inilah ia menyalurkan perasaannya.

"Dia mengenalmu sebagai apa?" Tanya Yuri.

"Aniya. Maksudku sebagai Dokter, Barista, Presdir, Direktur, atau pelayan Club mungkin?" Sambungnya.

Taeyeon mendelik. "Menurutmu? Apa masuk akal seorang Dokter diajak kerjasama membangun hotel?"

"Mungkin saja dia membutuhkan tenaga medis untuk para pekerjanya" gumam Yuri pelan.

"Namja itu bahkan tidak tau kalau aku mengenal kakaknya"

"Kau juga tidak tau siapa adiknya. Aku dengar dia memiliki seorang kakak dan adik."

"Aku tau semua tentangnya. Hanya saja, entah mengapa aku tidak pernah bertemu dengan adiknya. Padahal dia sudah keluar dari asrama"

"Apa adiknya itu seusia dengan Dahyun?"

Taeyeon menoleh kearah Yuri.

"Aniya. Maksudku, seusia Dahyun yang sekarang?" Ralat Yuri.

"Sepertinya iya. Ah, sayang sekali aku tidak pernah melihatnya."

"Apa mereka benar-benar manusia?"

Taeyeon kembali menoleh kearah Yuri. "Yah! Jaga bicaramu. Kau tau, mungkin saja ada yang mendengar obrolan kita"

"Siapa yang berani menguping diruangan Presdir? Lagipula, ruanganmu kedap suara. Bodoh"

"Yah! Beraninya kauㅡ"

MEMORIES BRING BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang