Sudah lima menit yang lalu kelas terakhir berakhir, namun Jeongyeon dan Dahyun seperti enggan meninggalkan area kampus. Mereka masih betah duduk sembari mengobrol di koridor yang menghubungkan parkiran dan gerbang kampus.
"Jadi kau bukan anak tunggal?"
Jeongyeon mengangguk. "Aku memiliki dua Oppa---"
"Jinjja? Apa mereka tampan?"
"Hei. Hilangkan niat burukmu. Kau tidak akan bisa mendapat perhatian mereka. Yang pertama sudah menikah dan tinggal di Berlin sedangkan yang kedua, dia seorang penggila kerja. Hampir tiap hari tidak ada waktu lain selain untuk bekerja"
Dahyun mengangguk. Menghabiskan soda yang ada ditangan nya kemudian melempar botolnya kedalam tempat sampah.
"Eh tunggu. Tadi Oppamu tinggal dimana?"
"Berlin."
"Wah. Aku juga pernah tinggal disana"
"Jinjja? Jadi kau bisa bahasa Jerman?"
Dahyun menggeleng. "Hanya tiga bulan. Itupun karena menemani Unnieku untuk perjalanan bisnisnya. Dia menjagaku, jadi aku tidak perlu belajar bahasa itu"
"Bahasa Inggris?" Tanya Jeongyeon lagi.
"Little bit" jawab Dahyun dengan aksen Korea nya yang kental.
"Aigoo. Hidup dijaman sekarang, setidaknya kita bisa menggunakan bahasa Inggris agar tidak ketinggalan jaman."
"Oh. Ucapanmu seperti Unnieku saja. Lagian aku tidak pernah punya keinginan untuk meninggalkan Korea. I love my country"
Jeongyeon terkekeh. "Kau akan menyesalinya nanti"
"Wae? Bukankah negara kita saja sudah cukup? Ada musim dingin, semi, gugur, panas. Kenapa tidak bersyukur?"
"Yaya. Terserah kau saja. Kajja pulang, ini sudah hampir jam tujuh. Bagaimana jika ketinggalan bus?"
"Aigoo. Kau sudah paham ternyata?"
"Sedikit. Aku tadi sempat mencari tau di internet. Rute dan waktu operasional bus" jawab Jeongyeon.
"Eh itu..." Tunjuk Dahyun pada seorang gadis yang tengah berdiri sembari berkacak pinggang disebelah mobil.
"Wah. Si gadis arogan lagi" gumam Jeongyeon.
"Ayo kita kesana"
"Eh. Untuk apa?"
"Aish. Kau tidak lihat? Sepertinya dia butuh bantuan"
Dahyun kemudian berjalan meninggalkan Jeongyeon yang bersungut-sungut.
"Uhm. Gwenchana?" Tanya Dahyun.
Well, mereka seperti mengalami Dejavu meski hanya berselang beberapa jam saja.
"Mobilku mogok" jawabnya dengan intonasi yang datar.
Dahyun tersenyum. Gadis didepannya ini memiliki sikap yang sama seperti Unnie nya.
Cold dan flat!
"Perlu bantuan?"
"Tidak perlu. Aku akan menunggu taksi"
"Tapi jam segini jarang ada taksi yang lewat" suara Jeongyeon mengambil atensi keduanya.
"Kau tau darimana?" Tanya Dahyun.
"Eh? Aku juga melihat nya di internet---barusan" Jeongyeon memelankan suaranya saat mengatakan kalimat terakhir.
"Uhm bagaimana kalau pulang bersama kami?" Tawar Dahyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORIES BRING BACK
FantasyGenre fantasy, tentang persahabatan, perjanjian, konsekuensi, balas dendam yang semuanya berasal dari masa lalu. Dahyun mengira ia hidup seperti manusia pada umumnya. Tapi siapa sangka, setelah bertemu dengan dua teman baru, kehidupan nya jadi beru...