"Yah! Bukankah kita sudah empat kali melewati pohon itu? Kenapa kita terus berputar-putar disini?" Jeongyeon menunjuk sebuah pohon besar didepannya, lalu menatap Nayeon dengan curiga. "Jangan bilang kalau kau lupa jalan pulang, Rapunzel!"
Nayeon mendesah pelan, ia juga merasa jika mereka terus kembali ke jalan yang sama. Ini aneh, padahal, saat perjalanan berangkat tadi, sepertinya jalannya tidak sepanjang ini, didepan sana seperti tidak ada jalan keluarnya.
"Lihat" Kini giliran penumpang di jok belakang yang bersuara. "Kemana bangunan-bangunan itu pergi? Tadi bukankah kita sempat melihat ada beberapa bangunan di jalan menuju restoran?"
Jeongyeon ikut mengangguk. "Benar apa kata si buldo. Ini sangat janggal. Yah, kalau tidak tau jalan, bilang dong, kita bisa pakai maps kan. Tetap tenang, girls" dengan penuh percaya diri, Jeongyeon mengeluarkan ponselnya. Namun beberapa detik kemudian langsung memasang wajah panik. "Astaga! Tidak ada sinyal!"
"Kita coba kembali ke restoran. Walaupun menakutkan, tapi Professor Ok pasti mau membantu kita. Gimana?" Jeongyeon memberi usul yang langsung disetujui oleh Dahyun.
"Tidak" Nayeon menjawab dengan cepat. Ia lalu menatap kedua temannya bergantian. "Nanti kalau kita dipaksa untuk masuk kesana bagaimana? Aku tidak mau"
"Benar juga" Dahyun menyetujui ucapan Nayeon, yang tentu saja dibalas tatapan sinis oleh Jeongyeon. Terkadang, sebagai penengah, ia tak boleh memiliki pendirian yang teguh. Begitulah yang dilakukan Dahyun sekarang. Meski ya, lebih terlihat seperti ia mencari aman saja.
"Sepuluh menit" Nayeon kembali bersuara, ia juga melempar jaketnya keluar, membiarkan nya tergeletak di jalanan. "Berikan aku waktu sepuluh menit untuk menjalankan mobil ini, jika kita kembali ke tempat ini lagi, berarti memang ada yang salah dengan tempat ini" ujarnya. Jeongyeon dan Dahyun hanya mengangguk, mereka ikut memperhatikan sekitar dengan cemas.
Sepuluh menit kemudian, ketiganya menghela nafas panjang. Lihatlah, didepan sana, terlihat jaket yang tadi Nayeon lempar, itu artinya, mereka memang hanya berputar-putar di tempat ini. Tidak ada jalan keluarnya. "Bahkan, jika kita kembali ke restoran itu pun, kita tidak tau jalan yang mana. Kalian tidak merasakan sesuatu?" Nayeon menatap kedua temannya, lalu mengusap tengkuknya yang tiba-tiba terasa dingin.
"Aku tidak percaya adanya hantu" kilah Jeongyeon.
"Mungkin tempat ini dibuat seperti labirin. Jangan cemas, kita hanya tidak melihat jalan dengan jelas. Bisa saja, ada belokan yang tertutupi pohon atau apalah, kalau sudah terang pasti kelihatan" Dahyun menambahkan dengan santai, ia bahkan sempat membuka bungkusan permen lalu memakannya, ia seorang pemikir, bahkan saat Jeongyeon melarang nya untuk berpikir, otak Dahyun masih tetap bekerja. "Kalau dipikir-pikir, kenapa kita tidak keluar dari mobil saja? Terkadang, ada jalan yang tersembunyi yang bisa kita temui ketika kita mulai mendekatkan diri dari masalah. Hutan ini adalah masalah bagi kita, jadi, ayo, kita keluar" ujarnya lagi. Sepertinya, jalan buntu yang menghadang mereka juga tak menghalanginya untuk terus berpikir.
"Sudah berapa kali aku meminta mu untuk tidak berpikir?" Jeongyeon membalasnya dengan sinis. Masih enggan untuk menggeser duduknya barang sesentipun. Bahkan ketika Nayeon bergerak melepas sabuk pengaman nya. "Yah, Rapunzel, kau tidak termakan dengan omongan si buldo, kan? Dia memang suka berpikir, tapi, tidak semua yang ia pikirkan itu benar" protesnya.
Nayeon berdecak pelan. "Kita tidak perlu mencemaskan apapun. Kan ada kau yang tidak takut hantu. Jika kita bertemu dengan salah satu dari mereka, kau bisa langsung bertanya dimana jalan keluar nya, kan?"
"Itu point nya!" Dahyun berseru senang, lalu bergegas keluar mobil setelah membawa tasnya.
Melihat kedua temannya keluar dari mobil, Jeongyeon pun segera menyusul mereka. "Yah, astaga, entah mimpi buruk apa aku semalam." Gumamnya ketakutan. Tentu saja takut, mereka hanyalah tiga gadis biasa, tanpa senjata apapun, berada di hutan yang entah apa saja isinya, dalam keadaan gelap, sunyi, tanah yang lembab, juga, aish, seharusnya Jeongyeon tidak mengatakan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORIES BRING BACK
FantasíaGenre fantasy, tentang persahabatan, perjanjian, konsekuensi, balas dendam yang semuanya berasal dari masa lalu. Dahyun mengira ia hidup seperti manusia pada umumnya. Tapi siapa sangka, setelah bertemu dengan dua teman baru, kehidupan nya jadi beru...