[ Four ]

213 49 9
                                    

Nayeon merebahkan tubuh diatas ranjang king size nya setelah mengerjakan pekerjaan yang sempat ia tinggalkan karena sibuk mengurus pendaftaran masuk universitas seorang diri.

Ia tidak main-main dengan ucapannya dua hari yang lalu untuk terus berada didalam kamar sebelum pekerjaannya usai. Dari sarapan, makan siang, makan malam semua ia lakukan didalam kamar. Karena memang para pelayan yang bekerja dirumahnya sudah ia beritahu untuk mengantar makanan sesuai jamnya.

Menjadi seorang anak bungsu, hidup bergelimang harta layaknya putri raja, tidak lantas membuat kehidupan nya begitu sempurna. Tidak ada kehangatan yang bisa ia rasakan didalam mansion besar ini.

Setelah hampir belasan tahun menjalani sistem homeschooling, akhirnya Nayeon mendapat kebebasan untuk keluar dari mansion yang seperti penjara baginya.

"Benarkah aku seorang Rapunzel? Jikapun iya, siapa pangeran yang akan menjemputku? Membawaku keluar dari menara ini? Atau menculikku lantas mengajakku hidup bahagia berdua?" Nayeon bergumam. Menatap pemandangan langit dari lantai 4 kamarnya.

Monolid abu-abu nya terlihat terang ketika berpantulan dengan sinar sang rembulan.

Siapa yang tahu. Gadis degan rambut panjang berwarna coklat terang dan menguasai 4 bahasa asing seperti bahasa Inggris, Jepang dan Jerman hanya karena hobi membaca cerita fantasy itu benar-benar kesepian. Semasa mudanya ia hanya bermain dengan para pelayan yang ada di mansion nya. Nayeon benar-benar tidak tau bagaimana kehidupan luar.

Hingga suatu hari, saat ia ditinggal seorang diri dirumah dengan usahanya yang merayu ketua pelayan yang sedari kecil menjaganya, Nayeon bisa keluar dari Mansion itu.

Betapa perasaan senang begitu membuncah saat Nayeon benar-benar bisa melihat kehidupan luar. Melihat dengan jelas sungai Han yang ternyata lebih indah dari bayangan nya. Jalanan macet yang entah mengapa justru terasa meramaikan hatinya. Pun pada jajanan pinggir jalan yang rasanya lebih enak dari makanan mewah yang sedari dulu ia konsumsi.

Bertemu dengan orang-orang baru. Melihat ada banyak rupa dari mereka justru membuat Nayeon semakin ingin tahu bagaimana mereka bisa hidup berdampingan.

Ngomong-ngomong soal itu, Nayeon jadi teringat dengan dua gadis yang ditemuinya di kampus. Nayeon akui, saat itu dia sangat gugup bertemu dengan orang asing sehingga ia bersikap sedikit kasar.

Nayeon hanya tidak tau harus bagaimana. Terlebih itu kali kedua ada orang lain yang berbicara dengannya. Setelah orang itu, orang yang benar-benar menghancurkan hati Nayeon dua tahun lalu.

"Apa mereka sungguh mau jadi temanku? Atau---ah! Aku tidak boleh gampang percaya dengan mereka. Bagaimana kalau mereka sama saja dengannya yang hanya memanfaatkan hartaku saja? Ah sialan. Kenapa aku harus pusing begini?"

Nayeon kembali merebahkan diri. Membiarkan jendela tetap terbuka dan ia bisa melihat bulan sampai menemui mimpi indahnya.

Seperti baru sebentar ia memejamkan mata, suara deringan alarm membangunkan tidur nyenyak nya.

Nayeon berdecak. Mengambil bantal kemudian melempar alarm itu hingga jatuh dan berserakan dilantai.

Tok! Tok! Tok!

"Nona ireonaaa!"

Lagi-lagi, ia harus terganggu karena mendengar suara bising dari luar kamar.

"Aku sudah bangun!" Teriaknya.

Suara pintu terbuka namun Nayeon masih enggan membuka matanya.

"Nona. Hari ini kau harus berangkat pagi. Ada kelas umum yang harus kau ikuti jika---"

MEMORIES BRING BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang