[ Six ]

254 52 4
                                    

Waktu terus berganti, tidak terasa hubungan persahabatan antara Jeongyeon, Nayeon dan Dahyun pun semakin erat setiap harinya. Mereka mulai saling terbuka, mencoba memahami karakter masing-masing.

Dahyun yang notabene nya lebih waras dari dua temannya itu, seringkali dipusingkan untuk hal-hal sepele yang tidak dimengerti oleh dua orang mantan penghuni goa. Dimana si Jeongyeon yang sejak kecil berada di asrama dan Si Nayeon yang memang hidup bak anak Raja.

Mereka tidak tau apapun. Tentang bagaimana caranya memesan makan di restoran, mengisi bahan bakar mobil, menggunakan transportasi umum dan lebih parahnya---mereka juga sering tersesat karena hanya bermodal SIM dan mobil mewah saat berkendara.

Seperti sekarang, Dahyun tengah berada di kereta bawah tanah menuju Itaewon. Entah apa yang dilakukan salah satu temannya itu hingga bisa sampai disana. of course, ia tidak bisa pulang dan meminta Dahyun untuk menjemput nya.

Dahyun berjalan dengan murka setelah melihat sebuah mobil Lexus Ls berwarna Silver yang tengah terparkir didekat supermarket. Ia segera mendekat dan mengetuk kaca jendela mobil itu.

"Yah! Sudah pernah kubilang jangan pergi kalau tidak tau jalan! Lihatlah kau---"

"Hiksss..."

Dahyun membelalak saat mendengar suara isakan tangis. Dengan cepat, ia masuk kedalam mobil disamping kursi kemudi.

"Na-nayeon? Hei, kau kenapa?"

Gadis berambut cokelat itu tidak menjawab, ia masih menunduk dengan suara isakan yang semakin membuat Dahyun cemas.

"Tenanglah. Kau kenapa? Jangan buat aku cemas begini. Apa kau terluka? Seseorang berusaha melukai mu?" Dahyun mengecek semua barang yang ada di mobil. Juga membalikkan tubuh Nayeon, mencari barangkali ada bagian yang hilang--ah, maksudnya terluka.

"Dia kembali" lirih Nayeon.

"Dia? Nugu?"

"Dia kembali, Dahyun. Eotokhae?" Tangisnya bukannya mereda, malah semakin kencang.

Nayeon tetap tidak mau menjawab. Membuat Dahyun ingin sekali meninggalkan gadis yang dengan sesuka hati menyuruh nya kesini.

"Hei. Jangan seperti ini, aku tidak tau harus melakukan apa." Melas Dahyun.

"Dan kenapa kau bisa menangis? Ku kira ice princess sepertimu---"

"Mwo? Jangan pernah memanggilku dengan sebutan itu!!!" Teriak Nayeon yang sontak saja membuat Dahyun berjengit kaget.

"Eh? A-aku..."

"Keluar!"

Dahyun terbelalak. Apa ia tidak salah dengar? Nayeon mengusirnya?

"Nayeon kau---"

"Aku bilang keluar ya keluar!!!" tangan Nayeon mencengkram kuat kemudi, menatap tajam kearah Dahyun dengan wajah yang semakin memerah.

"Kau gila?! Kau sendiri yang menyuruhku datang kesini. Apa kau tidak tau seberapa jauh Seoul ke Itaewon hah?! Sialan" kesal Dahyun kemudian segera keluar dari mobil dan menutup pintunya dengan kencang.

Nayeon termangu. Lebih tepatnya, ia sendiri juga tidak tau kenapa bisa semarah ini karena mendengar panggilan itu lagi.

"Kau sangat berharga bagiku. Biarlah aku menjadi satu-satunya orang yang berada dihatimu"

"Ice princess, bagaimana pun dirimu, aku tidak akan pernah menyerah untuk meluluhkan hatimu. Akan ku guncang dunia dan----"

"Sial!" Nayeon mengumpat saat tiba-tiba saja ucapan dari seseorang kembali terngiang dikepalanya.

MEMORIES BRING BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang