04. Maaf

386 55 0
                                    

"Terimakasih pak," ucap Ryu pada bapak ojek yang ia tumpangi.

Ryu berjalan memasuki area kampus. Seperti biasa tatapan orang-orang terhadap Ryu tidak pernah terlihat biasa.

Tidak sedikit juga Ryu mendapat ucapan dan lontaran yang bisa saja menyakiti hatinya. Namun untungnya, sejak masa kuliah ia bisa lebih terbiasa dengan itu.

Sebenarnya Ryu pun heran. Apa yang salah dengannya? Apa Ryu merugikan mereka? Kan enggak.

Tapi Ryu menangkap satu penyebabnya...

"Kemaren kemana?" tanya seseorang yang ternyata sudah berdiri dibalik dinding tikungan. Dengan tangan dimasukkan disaku, orang itu menatap Ryu dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

Jujur saja Ryu cukup terkejut. Namun bagaimana pun ia harus menjaga image didepan orang ini. "Bukan urusan lo."

Ryu memutar bola matanya dan memilih berlalu dari hadapannya. Enggan menyerah orang itu mengejar Ryu dan menarik pergelangannya membuat Ryu memutar badan.

"Lo gak beneran mabok kan?"

Maka dengan tatapan tajam, Ryu berdecak dan melepaskan tangannya dengan paksa. Namun siapa sangka tangan Ryu malah terkena wajahnya seolah ia melakukan tamparan.

Demi apapun Ryu tidak melakukannya dengan sengaja. Akan tetapi Ryu tidak menggubris tindakannya dan melanjutkan niatnya untuk meluapkan emosinya.

"Bisa gak sih lo diam?!" tekan Ryu. "Gue mau tenang please," dan ucapan ini terdengar lembut.

Ryu beralih menatap sekitar. Dan ternyata cukup banyak yang melihat aksinya pagi ini. Benar-benar awal buruk dipagi hari.

Dengan dada yang naik turun Ryu pergi meninggalkan orang tersebut.

"Dih apa banget nampar-nampar orang. Cih," sindir seseorang saat Ryu melewati mereka.

Mereka salah kalau berpikir kali ini Ryu akan diam seperti biasanya. Maka saat ini Ryu berhenti didepan orang yang bahkan Ryu pun tidak kenal itu. "Lo juga diam." tunjuk Ryu. "Itu gue lakuin biar dia jauh dari gue. Itu kan yang kalian mau?! Kalian gak suka kan dia deket-deket gue?! SAMA! GUE JUGA GAK SUKA!"

Nafas Ryu memburu. Orang dihadapannya malah menunduk. Melihatnya, Ryu tersenyum sinis. "Gak usah takut. Ini pertama dan terakhir kali gue marah marah didepan banyak orang kayak gini."

Lagi-lagi Ryu menatap sekeliling. Dan semakin banyak yang melihat aksi nya ini. Matanya mulai berkaca-kaca, dengan begitu orang yang memulai ini semua meraih jemari Ryu. "Maafin gue."

Maaf. Lantas Ryu tertawa dan pergi setelah berhasil melepaskan tangannya dari genggaman itu.

-------------

Mungkin beberapa orang pernah berada diposisi dimana ia lelah dengan hidup. Perihal dendam yang belum bisa ia selesaikan.

Beberapa orang mungkin bisa dengan mudah memaafkan. Tapi untuk Ryu rasanya begitu sulit untuk melakukan hal itu.

Ok dimaafkan. Ini memang mudah diucapkan, namun siapa yang tahu pada nyatanya jauh dilubuk hatinya ia masih belum mengikhlaskan.

Sudah cukup letih merasakan dendam yang tak kunjung usai. Hatinya yang mulai merasakan sesak, Ryu tidak bisa lagi menahan air matanya untuk turun.

Tidak segan bagi Ryu untuk menangis sesenggukkan. Dia duduk dibawah pohon besar tanpa alas dan menelungkup wajahnya dengan lutut.

Siapapun bantu gue untuk bertahan. Batin Ryu. Ternyata pikiran tentang menyerah dari orang semalam beneran terlintas diotak Ryu.

WishesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang