"Sini lo!"
Tubuhnya didorong hingga punggungnya merasakan hantaman yang cukup keras pada dinding.
"Udah miskin, nggak tau diri ya lo!" katanya dengan penuh penekanan. Tangannya mulai bermain di permukaan wajah Ryu.
Begitu ucapannya ketika pertama kali Ryu dapat keyakinan untuk melawan.
"Yang lebih nggak tau diri kalian sih."
Lantas segera pipi Ryu memanas akibat tamparan yang cukup keras. Wajah dua orang didepan Ryu menampilkan amarah. Luar biasa marah mungkin sebentar lagi berubah jadi iblis. Oh atau memang sudah jadi iblis? "Lo kurang ajar ya??!!! Udah berani lo lawan gue, HAH!"
Ryu sangat tenang layaknya ombak dipantai. "Saya nggak pernah takut sama kalian kok."
Si ketua tertawa, diikuti dengan anak buahnya yang Ryu herankan mau saja dibabukan. "Lucu banget sih. Lucu banget sampe rasanya mau gue matiin."
"Kayaknya kamu yang mati duluan."
Tak ada habisnya Ryu memancing amarah dua perempuan didepannya. Satu tangan sudah terangkat untuk kembali meninggalkan jejak diwajah Ryu tapi rencana nya gagal karena seseorang menahan pergelangan tangannya.
Kekuatan tangannya jauh lebih besar dari perempuan itu, tentu saja si pembully langsung menghempaskan tangannya dengan emosi.
"Nggak usah ikut campur lo!"
"Ternyata sekolah sebagus ini punya murid pembully?" cowok itu perkata dengan sarkas.
Ryu tak henti-hentinya memandangi cowok itu. Karena ini pertama kalinya ada seseorang yang membantu Ryu ketika dirundung oleh dua perempuan menjijikan ini.
"Kita nggak ada urusan sama lo, jadi mending lo minggir."
"Gue maunya lo yang pergi. Bisa?"
Satu perempuan yang sepertinya kenal dengan cowok itu berdecak sebal. "Akh rese lo!"
Kedua perundung itu akhirnya pergi dengan hentakan kaki yang keras. Setelah mereka menghilang di tikungan. Cowok itu beralih memandang Ryu. "Lo nggak apa-apa?"
Ryu mengangguk kaku.
"Kalau dia mukul lo lagi, lo pukul balik. Jangan diem aja." ucapnya sebelum akhirnya berlalu meninggalkan Ryu sendiri.
Ya, itulah pertemuan pertama Ryu dengan Jendikia Sultan Maheswara.
Seorang yang berhasil membuat Ryu bangkit dan mau berubah untuk tidak lagi menjadi lemah.
-----------------------------------------
Sekitar jam 9, Ryu sudah siap dengan pakaian rapih nya untuk segera berangkat ke kampus.
Tapi setelah keluar dari kamarnya, Ryu masih menemukan sang kakak duduk disofa depan tv.
"Lho kok belum berangkat mba?" Ryu mengernyit sembari menutup rapat pintu kamarnya melupakan bahwa beberapa hari kebelakang ia sempat ada ribut dengan kakaknya.
Antensi Rania teralih dari ponselnya. "Mba masih jam 10 berangkatnya."
"Mba dipecat?"
"Heh!" Rania menentang. Enteng sekali bicaramu Ryu. "Enak aja."
"Terus? Biasanya jam 7 aja udah jalan."
Rania meletakan ponselnya diatas meja. "Mba lagi ada job diluar toko Cici."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wishes
FanfictionBagaimana kehidupan Rania yang merawat dan menghadapi adiknya, Ryu, yang bagi Rania penuh dengan rahasia dimasa lalunya. Harapan besar Rania untuk mengembalikan sikap adik nya yang dulu. Namun Rania tidak pernah paham alasan Ryu menjadi yang sekaran...