15. What's Feeling?

220 32 2
                                    

Perasaan macam apa ini?

Rania bahkan tidak tau apa yang ia rasakan tadi. Dari dulu, Rania sama sekali tidak berpengalaman dengan semua ini.

Karena sejauh ia sekolah, empat belas tahun menuntut ilmu, teman dekatnya tidak ada satupun laki-laki. Rania memang sekolah di sekolah umum, tapi Rania hanya sekedar menyapa, mengobrol perihal pelajaran dan tidak lebih.

Lebih tepatnya, Rania sedikit menghindari. Rania tidak ingin setiap malamnya menangisi laki-laki yang ia pikir belum tentu menjadi sosok pendampingnya dimasa depan.

Namun itu sudah tidak berlaku setelah Rania mulai memasuki dunia perkuliahan. Yaa walaupun Rania hanya bisa sampai D3 saja...

Tapi tetap saja Rania belum merasakan perasaan ini.

Begitu tiba di rumah nya Rania langsung merebahkan dirinya di kamar. Rania diam -lebih tepatnya berpikir memandangi langit langit kamarnya.

Ahh- Rania benci perasaan seperti ini. Kenapa juga ia deg-degan dengan perilaku Jefri tadi.

Rania menggeleng sembari memukul kepalanya pelan. Ia tidak ingin ini terus berlanjut. Rania tidak ingin ketika bersama Jefri ia justru merasa canggung akibat perasaan tidak jelas ini.

Masalahnya, untuk beberapa bulan kedepan Rania akan dihadapkan terus dengan Jefri.

"Nggak boleh, nggak boleh!" Rania menggeleng. "Lo apaan sih?! Ngapain coba pake acara deg-degan gitu?!"

"Jefri tuh cuma ngambil daun yang nyangkut di rambut lo, apa yang bikin lo deg-degan begitu sih Ran?"

"Duhhh, tapi tuh tadi wajahnya Jefri deket banget!"

Rania mengacak rambutnya gusar.

Tidak pernah sekali pun Rania berada dijarak sedekat itu dengan seseorang. Terlebih lagi dengan lawan jenisnya.

Lantas Rania mulai tersadar, kenapa juga Rania memusingkan ini semua. Menyusahkan diri saja.

"Oke Ran, mending sekarang lo mandi," putus Rania seraya bangun untuk duduk di tepi ranjang.

Tapi sebelum Rania benar-benar melangkah ke kamar mandi, ponselnya yang masih berada di dalam tas berdering.

Tidak ingin menunggu lama Rania langsung mencari keberadaan ponselnya dan mengabaikan niatnya untuk mandi.

Melihat nama 'Jefri' terpampang jelas di layar sontak membuat Rania mengerutkan dahi.

"Halo"

"Halo Jef, kenapa?"

"Ehmm," ada sedikit jeda pada ucapannya. "Nanti malam kamu sibuk nggak Ran?"

"Engg-- kayaknya nggak deh. Ada apa?"

"Kamu bisa bantu temanin saya nggak?"

Rania tampak berpikir, kenapa juga Jefri minta tolong sama dia...

"Nggak lama kok! Saya cuma mau beli beberapa kebutuhan Kak Ital"

"Boleh, tap--"

"Kalo kamu cape saya pergi sendiri aja deh"

Mendengarnya malah membuat Rania tertawa.

"Jef, aku tuh belom selesai ngomong ih!"

"Yaaa takut aja, daritadi tuh saya bingung takut ganggu kamu..."

"Yaudah tapi saya dijemput kan?" tanya Rania membumbui ucapannya dengan candaan.

"Siap!! Habis maghrib aku jemput ya!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WishesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang