Seperti kata Fiersa Besari, dalam liriknya yang seolah meledek betulan saya.
Saya adalah pesaing terkuat laki-laki dalam posisi pertama itu. Saya pesaing paling tangguh yang sanggup menahan suka, tak terbalas.
Saya, ialah juara bertahan, bertahan da...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gara tidak memprediksi akan mengenal dan akrab dengan dua saudara kembar yang bertolak belakang karakternya, sebagaimana pula Erza yang juga tidak menyangka akan jadi sedekat ini dengan perempuan yang di sukai Gaga.
Erza juga tidak pernah menyadari bahwa ternyata dia punya sisi hangat sebagai teman curhat Gara tentang Gaga yang suka menaruh banyak perhatian ke dia, tentang Gaga yang mengajarinya banyak rumus dengan lebih sederhana, atau pula tentang dia yang mulai menyukai Gaga--sepertinya.
Erza tahu semua cerita Gara tentang Gaga karena dalang dari segala bentuk tindakan Gaga ke Gara adalah berkat dia dan ajaran-ajarannya. Tapi point terakhir soal Gara yang mulai menyukai Gaga--sepertinya, adalah yang paling mengejutkan Erza. Kurangajarkah bila Erza menyebut perasaannya tak enak mendengar soal Gara menyukai Gaga ? Layakkah bila Erza menamai rasa tak enak itu sebagai cemburu ?
"Lo suka Gaga ?" Gara menarik senyum simpul lalu bilang "Hm..kayanya"
Erza diam lama, jawaban Gara serasa mencekat lehernya tajam. Haruskah perannya adalah sebagai secondlead saja ? Sebuah tokoh pokok yang nyatanya cuma untuk jadi bumbu peran utamanya. Toh, yang setiap kali ada untuk Gara bukan cuma Gaga, yang setiap kali menaruh banyak perhatian ke Gara bukan cuma Gaga, yang oh ..benar sih satu poin soal mengajari rumus memang cuma Gaga yang bisa lebih kompeten. Tapi selebihnya Erza juga bisa diandalkan. Erza juga serasa mulai bosan dengan hal yang ditemuinya selama 18tahun ini tentang Gaduh Biru Langit yang selalu juara pertama dalam banyak hal, sementara dia hanya juara pertama dalam beberapa hal.
Setelah Gara bilang mulai menyukai Gaga. Maka semenjak malam itu dan seterus-terusnya Erza jadi ingin menghindar sejauh mungkin dari Gara beserta Gaga. Senyumnya kecut serasa menertawai perannya yang cuma seorang secondlead sebuah tokoh yang seringkali di mention namanya sebagai tokoh penting tapi sayang kalau dicermati dan dipersempit kembali artiannya cuma sebagai 'penjaga jodoh orang'. Erza ingin menuntaskan rasa kasihan pada dirinya sendiri, ingin sejauh mungkin tak bertemu baik dengan Gaga maupun Gara. Searah pula dengan sifat Gaga yang belakangan juga kian pendiam, obrolannya makin ringkas berupa "hn" "iya" dan "nggak" saja pada Erza.
Dua saudara kembar ini seolah saling dorong dan menarik diri sejauh mungkin lewat sikap dingin masing-masing.
Sampai pada sebuah titik temu yang mulai menguraikan segala macam klimaks masalah mereka, dimana Segara Mayang Ayu yang juga makin dihindari keduanya mulai menarik lengan Erza yang menekuk muka dengan malasnya.
"Za...mau kemana ?" "Pulang" katanya tak acuh "Bolos lagi ?" "Ya" balasnya yang mulai melepas pelan jemari rapat Gara dilengan kanannya. "Lo ngehindar dari gue Za ?" Tanya Gara singkat yang menjerat. Membuat langkah Erza terhenti hening sejenak. "Nggak. Gue males dengerin pelajarannya Agus aja" balas Erza yang kukuh langkahnya-- pergi dengan dalih pulang walau bukan tujuan utamanya. Bahwa sebetulnya Erza tidak benar-benar malas dengan suara dan pelajaran pak Agus. Atau pulang bukan tujuan utama, melainkan menghindari Gaga dan Gara adalah arah utama perginya Erza membolos dari sekolah.