03. Duan - Garis Terdepan

495 59 26
                                    

Tentang :

Duan Ramadhan
as
Lai Guanlin - Ex-wannaone

Kalau boleh memilih peran, mungkin Duan berniat menolak jadi tokoh protagonis, setidaknya sesekali dia punya keinginan untuk jadi cowok brengsek. Sayang, dalam kisah ini peran Duan adalah sebagai tokoh protagonis.

Konsekuensi dari perannya adalah dia harus mengulas senyum bagus ke perempuan dengan pipi tembem yang tingginya tak seberapa didepannya.

Pada Kian Yesa, Duan menatapnya lekat. Sekali lagi memberikan senyuman yang jauh lebih bagus dari sebelumnya.

"Jadi bagaimana ?" Tanyanya ke Kian.

Perempuan itu merunduk membuat semacam ekspresi lesu, dengan sorot mata tak terbaca. Ada banyak makna lewat tatapan Kian, "Aku nggak yakin akan baik-baik saja" lirihnya.

Duan meraih tangan kanan Kian pelan. Diantara ramainya murid berlalu lalang di taman sekolah Duan mengehela nafasnya ke udara. Dia bilang "Aku bakal tetap ada"

Kian terkejut. Pada pemuda yang usianya lebih muda dua tahun darinya itu Kian semakin merasa tak enak hati, "Aku nggak enak sama kamu"

"Nggak apa-apa"
"Kenapa kamu nggak marah aja sekalian. Atau ngamuk ke aku atau apa saja yang kiranya ---" kalimat Kian yang diucapnya dengan intonasi berburu dan perasaan getir itu diputus oleh Duan.

"Hey...tenang. Coba lihat kesini ? Ekspresiku bagaimana ? Apa aku tampak kesal ?" Katanya mencoba memperbaiki runyamnya perasaan Kian.

Ekspresi Duan yang masih terlihat tenang itu justru semakin membuat Kian dipenuhi rasa bersalah. Seolah perannya adalah tokoh antagonis yang akan jadi bajingan di cerita Duan.

Duan meraih jemari Kian untuk ia rapatkan, dalam ikatan itu dia bilang ke Kian untuk "Nggak perlu merasa bersalah lagi pula ini sudah batasnya, untuk apa bertahan kalau hati kamu masih dibawa Gaduh. Setidaknya kita sudah pernah mencoba. Aku nggak apa-apa, karena setidaknya kita sempat punya waktu pada level lebih dari sekedar teman"

Inilah kisahnya, sebuah cerita tentang pelarian. Melarikan diri dari hati yang patah kepada hati yang justru akan dipatahkan pula atas adanya pelarian ini.

Korbannya adalah Duan, adik kelas yang sudah lama menyukai Kian. Sudah lama menyatakan perasaannya ke Kian, juga sudah sering pula ditolak Kian. Hingga di satu bulan lalu Kian membuka hatinya yang telah patah untuk Duan.

Duan tahu, resiko dari memasuki hati yang telah patah dan terbawa sebagian oleh masa lalu adalah bersiap untuk terpatahkan oleh hati itu sendiri. Satu bulan yang lalu Duan sadar, bahwa menyatakan perasaannya saat Kian sedang patah hati, saat Kian separuh hatinya telah terbawa oleh Gaduh akan beresiko bahwa Duan bisa mengalami patah hati yang serupa.

Tetapi rasa cintanya ke Kian sudah mendominasi dari segala resiko didepan alam sadar. Jadi bukan masalah lagi baginya, walau tetap saja diakhir dia kalah dengan jenuhnya situasi.

Duan kalah dengan proses semacam Kian yang masih terus menyukai Gaduh. Duan kalah dengan situasi bahwa dia memang memiliki Kian, hanya saja tidak dengan seluruh hatinya. Seperti lirik lagunya Armada yang bilang bahwa dirasa Kian masih memikirkan tentang Gaduh. Tak perlu berbohong pula, sekalipun Duan tahu Kian masih menginginkan Gaduh.

Maka Duan rela melapas Kian. Asal dia bahagia,

"Apa kita akan baik-baik saja setelah ini ?" Tanya Kian dengan ragu.

Seantagonis apapun Kian di cerita Duan, nyatanya pemuda itu masih lagi membuka banyak maaf dan kesempatan untuk Kian, "Aku bakal tetap jagain kak Kian" katanya yang sudah mengganti panggilannya dengan tambahan kata 'kak' diawal. Ini artinya, Duan telah sungguhan membebaskan Kian. Dia telah melepaskan Kian untuk masuk ke kesempatan jadi lebih bahagia lagi.

Walau kamu, saya, Kian dan siapapun yang membaca tahu bahwa Duan akan terluka besar-besaran atas sikap protagonisnya melepas Kian.

"Duannn~~" tangis Kian pecah, sampai berdiripun tak sanggup. Dia berjongkok, menangis sejadi-jadinya. Belum terpikir sebelumnya bahwa dia akan jadi sosok bajingan begini di cerita Duan. Keegoisannya membuka hati untuk Duan disaat yang tidak tepat justru menjadi ending payah dihubungan pertemanan baik mereka.

Padahal Duan Ramadhan tidak kurang sekalipun, dia tampan, dia tinggi, dia pintar, dia adik kelas yang cukup populer di sekolah dan bagusnya lagi, dia Duan yang selalu ada di garis terdepan saat Kian butuhkan.

Kian pula tak bisa disalahkan, namanya hati, manusia tidak pernah tahu kapan ia berbolak balik atau menetap di tempat yang sama, katanya, cinta itu tidak boleh dipaksa. Walau berat seperti keberatannya Duan melepas Kian yang sedang menangis sejadi-jadinya ini.

Duan mengimbangi Kian dengan sama-sama berjongkok, lalu maju mendekap perempuan yang lebih tua dua tahun darinya dan kebetulan pula disukainya dengan sangat itu.

"Jangan nangis, semua akan baik-baik saja.  Aku lepasin kak Kian dengan tujuan supaya nggak ada kesedihan dan air mata di mata bagus kak Kian. Kalau kak Kian malah nangis begini, rasanya usahaku bakal sia-sia" bujuknya ke Kian yang masih menangis di pelukan Duan.

Punggung perempuan itu diusapnya pelan perlahan, sembari ia terus berusaha meyakinkan Kian bahwa semua akan baik-baik saja.

Kalau ada salah satu diantara kalian yang bilang Duan payah, tidak berani memperjuangkan cintanya. Itu kekeliruan.

Ya inilah perjuangan Duan yang sesungguhnya, karena dia cinta Kian maka dia melepas Kian untuk berbahagia. Selagi Kian masih bisa dijaganya tidak masalah, walau dalam level teman.

"Sudah..jangan nangis lagi. Bukan kak Kian atau siapapun yang salah. Tidak ada yang salah, tidak ada yang antagonis, semua akan baik-baik saja" kata Duan yang masih saja tidak bisa menjadi sosok brengsek untuk Kian. Lalu hebatnya lagi, dia justru bilang "Kak Kian bisa balik ke aku kapan aja selama kak Kian sudah siap betulan buka hati kak Kian. Aku masih ditempat yang sama, anggaplah aku sebuah rumah. Kak Kian silahkan jalan-jalan kemana saja, lalu setelahnya kak Kian bisa pulang ke jalan yang sama, menuju rumah"

Itulah cerita pendek dari kisah Duan yang punya kisah cinta carut marut.

Untuk penutup, pada kalian semua yang sedang membaca cerita ini Duan berpesan, bahwa, "Melepaskan seseorang yang kamu paling sukai juga adalah salah satu cara memperjuangkan cinta. Ingat, cinta itu tidak egois. Dia tidak tumbuh di hati seseorang karena keterpaksaan. Cinta berkembang banyak dengan caranya sendiri"

Selamat menguap bagi yang mengantuk, selamat berjuang, bertahan dan melepas bagi yang cintanya tak imbang- bertepuk sebelah tangan. Selamat makan bagi yang sedang berusaha mengisi tenaga untuk tetap bertahan di hubungan yang tak sehat, lalu mari bergandengan tangan dari Daun untuk semua yang hatinya sedang patah.


Ingat, dia Duan, bukan Daun. Kalau gugur kelak akan bangkit lagi.

-●● Juara Bertahan●●-

a/n :
Suporter Lai Duanlin mana ?😂💕

Juara BertahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang