01. Wildan - si Sekedar Penjaga

707 77 50
                                    

Tentang :

-Wildana Ramandanu-
as
Jeon Wonwoo - Seventeen

Berawal dari candaan berakhir jadi rasa suka. Sialan. Gue tidak sebaper itu, tapi tidak bisa pula membatah bahwa memang terlanjur bawa perasaan atas candaan teman-teman kampret gue.

Diawali oleh ledekan mulut-mulut Valdo, Dika dan Miko yang celamitan itu gue jadi betulan suka dengan 'Kahayang Ramandana' berkat nama mirip gue dan dia dari sanalah mulut-mulut jahil mereka meledek gue dan perempuan cantik dengan rambut panjang terurai yang sering duduk di bangku nomor tiga ini.

Ayang, panggilannya. Yang buat gue jadi keterusan pakai S di depan ke dianya sekarang, terlanjur sayang. Iya, oke oke. Dengan jujur gue mengaku suka Ayang, suka yang sudah pakai perasaan.

Bagaimana gue nggak suka dia. Tingkahnya bagus, dianya cantik dan baik, ramah pula. Lalu yang paling bikin jengkel adalah dia punya senyuman yang buagus. Buagus sekali sampai gue ngilu untuk menghadapi senyuman Ayang yang seolah minta dibalas senyum balik ini.

Setiap Ayang senyum entah bagaimana cara kerjanya tapi bibir gue juga otomatis ikut senyum sendiri. Ayang memang hebat, dengan cuma senyum dia sudah membuat gue jadi seperti orang gila. Gila banget banget, ini agak berlebihan tapi memang demikian adanya, efek senyum Ayang itu luar biasa.

"Wil, nanti malam beneran nggak bisa nonton ?" Katanya merajuk. Padahal setahu gue konsep merajuk itu negatif disertai wajah sinis yang tidak enak dilihat, tapi kalau Ayang yang merajuk jatuhnya adalah menggemaskan membuat usus dua belas jari gue jadi menggeliat liar seakan-akan.

"Nggak bisa Yang" kata gue. Salah satu poin bikin senang lain dari dia adalah, saat manggil penggalan nama Ayang. Seolah-olah sedang memanggil pacar dengan sebutan sayang.

Ayang cemberut, tapi masih terus-terusan terlihat cantik dimata gue.

"Yaudah deh" ucapnya lesu. Jelas-jelas ada raut kecewa diwajah cantik itu.

Untuk sementara ini, maaf Ayang.

"Nanti gue ajak ke tempat baguslah Yang"
"Kemana ? Ke Monkasel lagi ? Nggak ah nggak mau gue"
"Haha ..enggak, tenang aja bagus pokoknya"
"Beneran ya"
"Iya, nanti malam gue ke rumah elo. Tapi setelah gue ujian praktikum dulu"
"Jam berapa emang ujian lo ?"
"Jam 5 sore sampai jam 7 malam, mungkin"
"Mau gue temenin ?"
"Jangan"
"Kenapa ?"
"Nanti gue nggak konsen. Elo ngeriweuhin. Ganggu, berisik bawel pasti" kata gue, alih-alih mengakui bahwa ketidakkonsenan itu karena akan lebih fokus ke keberadaan Ayang di tempat praktikum yang membuat gue khawatir digoda teman-teman gue. Dan mungkin benar, kalian boleh menamakan ini posesif. Tidak masalah, gue mengakui.

Lagi pula ujian praktikum yang gue bilang ke Ayang itu sebenarnya tidak ada. Hari ini gue free, tidak ada ujian praktikum.

Semua cuma rekaan untuk kejutan Ayang nanti malam.

Hari ini adalah satu hari spesial Ayang. Perempuan cantik dengan mata bulat bagus itu terlahir tepat di hari ini, 1 Februari 2019, Ah, lalu ala-ala pemuda lain yang ingin terlihat bermakna bagi perempuan yang disukai, gue sengaja membuat beberapa kejutan kecil, salah satunya dengan bilang nggak bisa nonton Naruto sama dia. Padahal sudah booking tiket sejak jauh-jauh hari, karena gue tahu ulang tahun Ayang cukup dekat dengan dirilisnya film kartun favoritnya, Naruto.

Selain tiket nonton gue juga sudah beli satu kotak besar berisi kado untuk surprise ulang tahun Ayang nanti malam.

Akan datang pula temen-temen gue dan Ayang ke rumahnya, yang memang juga bagian dari rencana gue.

Iya gue yang baperan ini, punya banyak usaha untuk bikin senang hatinya Ayang.
Gue mau dia banyak senyum di hari ulang tahunnya lagi.

Dan momen itu tiba, setengah jam lagi gue akan menuju ke rumah Ayang bersama teman-teman lainnya seperti Miko, Dika dan Valdo untuk memberi kejutan ke Ayang.

"Ayang nelpon. Diam ya lo semua jangan berisik" tukas gue ke lainnya yang sejak tadi rusuh di dalam mobil gue.

"Ciee Ayangnya telepon" ledek Dika dan Valdo. Gue lempar mainan didasbor ke mereka berdua dengan asal.

Inilah penyakitnya, dari ledekan cie-cie namanya kembaran, eaaakkkk jodoh nih kayanya, Ramandana Ramandanu eaaakkk cieeee jodoh.. atau ceng-cengan asal dari mereka inilah yang menjadi dasar awal perasaan gue muncul walau sebenarnya gue juga sudab suka dengan Ayang sejak awal. Tapi jadi kian tumbuh subur karena ceng-cengan mereka yang terus menerus itu.

"Hallo"
"Dimana Wil ?"
"Di kampus Yang, masih praktikum. Agak telat kayanya ke rumah" bohong gue ke Ayang.

"Oh gitu... eh Wil, ingat nggak hari ini hari apa ?"
"Ingatlah Yang, hari Rabu kan"
"Ih bukannn"
"Ya emang hari apa ?" Goda gue ke Ayang yang padahal saja gue sudah tahu maksud arah pertanyaannya.

"Nggak tau ah ..sebel" Ayang mungkin kesal. Diputusnya sambungan telepon itu.

Gue pikir rencana gue berhasil, dan atas hal itu gue mengulas senyum kecil ke udara. Sampai kemudian gue benar-benae berhenti tersenyum saat tiba di rumah Ayang.

Pada pintu rumah yang terbuka, kedatangan gue dengan surprise kecil, kue ulang tahun, kado dan tiket nonton ini seolah tidak ada artiannya saat apa yang gue lihat sudah dapat gue tebak.

Didepan mata gue sekarang, Ayang sedang ada di pelukan cowok yang gue tahu adalah anak fakultas kedokteran di kampus gue, Huang Dirga. Kebetulan sekali pula gue kenal Huang yang fakultasnya bersebelahan dengan fakultas gue, teknik.

Ayang yang sekarang sedang tersenyum sumringah dan menatap lekat ke Dirga, senyuman dan tatapan yang gue paham betul maknanya, senyum dan tatapan Ayang ke Dirga ini adalah senyum dan tatapan yang biasa pula gue tujukan ke Ayang. Cara gue menatap mata Ayang sama seperti sekarang Ayang menatap Huang Driga. Selesai, tandanya, Ayang suka dengan cowok itu.

Maka inilah cerita sesungguhnya. Di 1 Februari 2019 yang mana harusnya Ayang yang terkejut pada hari ulang tahunnya, justeru tergantikan oleh gue. Gue dikejutkan oleh Ayang dihari ulang tahunnya.

Gue senyum, maju untuk memberikan kue ulang tahun ke Ayang. Walaupun dia betulan terkejut atas kedatangan gue dan lainnya, tapi gue sudah terlanjur tidak bersemangat lagi.

Gue peluk Ayang untuk ucapan 'Selamat ulang tahun Yang' sekaligus pamit, pamit mundur.

Semoga Kahayang Ramandana bahagia dengan pilihannya.

Bukan berarti gue cemen tidak berani bersaing, mau gue hanya satu, Ayang senang. Untuk diri gue sendiri, gampanglah, urusan nanti.

Siapalah gue, yang cuma sekedar cowok baper. Cowok yang nggak berani terus terang diawal ke Ayang kalau gue suka dia.

Atas ketidakberanian gue itu, maka inilah resiko yang harus gue tanggung.

Selamat beruntung banyak Dirga.
Selamat ulang tahun Ayang.

Gue pamit.

-Juara Bertahan ●●-

a/n :
Jangan kaget atau berharap lebih wahai saudara saudaraku yang berbudi luhur. Karena buku ini tidak bercerita tentang kisah-kisah yang membahagiakan. Ini adalah buku untuk kalian yang tinggal terlalu jauh dari realitas. Kesinilah, baca dan hadapi bahwa seringkali realitas bertolak dengan harapan.

Ya begini, arus ceritanya akan serupa. Sebagai pengawal cerita yang maju duluan adalah mas Wonu svt yang kalem-kalem bodor itu. Wkwk dan ini request dari ananda  newbielike

Semoga suka wahai para pembaca💕

Juara BertahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang