-Gamma Tetaharja-
as
Younghoon - The BoyzHari ini hormon serotonin, adrenalin dan endorfin mungkin sedang tumbuh berkembangbiak jadi banyak dalam sekujur tubuh saya sehingga efeknya adalah saya merasa campur aduk, senang, deg-degan dan kacau sekali. Tapi tenang, saya tegaskan bahwa roh saya masih berada didalam tubuh. Artinya saya masih diambang baik-baik saja.
Untuk ukuran hari paling berharga dari seumur perjalanan 25 tahun ini, tentu saja saya baik-baik saja. Saya, Yasmin Galilea berbobot 53kg dengan tinggi 160cm ini sedang mencoba sempurna dengan make-up dan gaun lebar ini sekarang.
Saya berhukum wajib untuk terus-terusan senyum disepanjang hari ini, saya berhukum wajib untuk berbahagia pada hari ini, 17 Desember 2018 sebuah hari sakral dimana Gamma Tetaharja akan menikah dengan saya di bangunan menjulang tua yang justru kian gagah bernama Masjid Agung Al Falah.
Gamma mantan pacar saya hari ini, dan akan memperbarui juga merubah statusnya jadi suami saya hari ini.
4 Maret 2018 kami bertemu tanpa sengaja di depan masjid, atas peristiwa sandal Gamma yang hilang, saya bertemu dia di depan masjid, sebuah pertemuan yang sudah Tuhan rencanakan.
Mengenal Gamma tidak memakan banyak waktu, cukup mudah beradaptasi dengan kepribadian baik Gamma yang sering menolak perempuan dan justru mendatangi mama saya pada 12 November 2018 bulan lalu.
Saya tidak pernah tahu rencana macam apa yang sudah tersusun rapi di pikiran Gamma, yang jelas 12 November itu Gamma datang dengan tujuan untuk melamar saya. Jelas saja, saya terkejut. Terkejut yang bikin senang.
Di hari yang sama itu pula saya dan Gamma yang sudah dapat restu mulai membicarakan dengan serius soal hubungan kami kedepannya.
"Kamu mau nikahnya kaya gimana ?" Tanya saya dengan sungguhan.
Gamma menoleh ke saya, "Kaya apa yang kamu inginkan. Kamu mau yang seperti apa ?"
Lalu saya sebutkan pernikahan impian saya yang terlalu muluk seperti keinginan mendatangkan band ini itu sampai rencana untuk menikah di bali turut pula masuk ke keinginan muluk saya. Tapi, dengan cepat saya merubah konsep muluk itu begitu dengar satu keinginan Gamma untuk pernikahan kami, dia bilang "Boleh kalau akadnya di masjid tempat kita kali pertama ketemu ?".
Sekonyong-konyong saya tertohok, dari banyaknya hal tidak masuk akal yang saya pinta ke dia dan tidak ditolak sama sekali itu seolah terpendam dalam-dalam atas keinginan ringkas Gamma. Saya tahu, ada filosofi dalam di permintaan Gamma yang sebelumnya tak saya pikirkan.
Maka ke bali dan keinginan muluk lainnya itu saya tunda, saya buang jauh-jauh, saya sepakati dengan Gamma bahwa kami akan menikah dengan sederhana di masjid tua tempat semua cerita di mulai.
Baik itu saya maupun Gamma melewati dengan baik masa sebelum menikah yang kata orang-orang adalah masa ujian, sejauh ini kami baik-baik saja. Mencari perlengkapan untuk menikah bersama dan mempersiapkan ini itu berdua.
Dua hari sebelum menikah kami bahkan mendatangi ulang masjid tua yang letaknya di tengah kota itu. Selepas sholat ashar berjamaah, kami yang duduk di depan masjid sembari menunggu saya mengikat tali sepatu Gamma bilang "Saya harap kamu akan bahagia" lalu senyum dan beralih ke depan saya.
Diambil alihlah kaki kiri saya, diikatnya tali sepatu kiri saya yang buat bibir saya jadi tertarik ke atas mengulas senyum.
Tentu, saya bahagia.
"Saya harap kamu nggak lupa jalannya ke masjid ini" celetuk saya bercanda. Gamma ketawa, tawa yang sering membuat perempuan lain cemburu ke saya.
"Doain, semoga saya bisa ucapin ijab qobul dengan benar"
"Amin.."Diantara obrolan sederhana itu, kami sebenarnya sedang menyusun doa-doa supaya terpanjat ke Tuhan, supaya diijabahnya. Kami juga jelas-jelas sedang deg-degan, menanti hari mendebarkan itu.
"Saya mau lihat kamu pakai gaun putih yang kemarin kita beli, saya mau lihat kamu jadi paling cantik nanti. Pokoknya saya mau lihat kamu senyum dan bahagia di hari itu" tukas Gamma yang tangan kanannya sedang saya rangkul erat-erat.
Saya menjawab dengan senyum "Pasti dong"
Dan hari inilah cerita tentang harapan-harapan Gamma akan berlangsung. Soal saya yang terus tersenyum dan saya yang bahagia, maka saya wujudkan keinginan Gamma sebagaimana mestinya. Saya terus senyum dan akan bahagia.
Saya juga kenakan gaun putih dan riasan bagus seperti keinginan lain yang Gamma harapkan, menjadi paling cantik hari ini
Di masjid tua, masjid Agung Al Falah yang jadi saksi dimulainya cerita saya dan Gamma ini pula akan jadi saksi lagi untuk cerita akhir kami.
Orang tua saya, orang tua Gamma, teman-teman saya, teman-teman Gamma akan juga jadi saksi bahwa saya sedang mewujudkan keinginan Gamma.
Semoga di surga sana dia melihatnya, mengetahui bahwa saya sedang berusaha senyum, sedang berusaha bahagia, saya juga sedang memakai gaun putih bagus dan berusaha jadi yang paling cantik hari ini seperti keinginan Gamma dua hari lalu di depan masjid ini.
Candaan saya dikabulkan oleh Tuhan, bahwa Gamma lupa jalan ke masjid ini. Dia justru jalan ke tempat yang lebih indah sendirian tanpa saya, ke surga. Kemarin, persis satu hari sebelum hari kami akan menikah ini, Gamma meninggalkan saya tanpa sempat pamit dengan benar. Menghembuskan nafas terakhirnya dirumah sakit saat serangan jantung tiba-tiba Tuhan datangkan tadi malam pada Gamma.
Beginilah sekarang adanya, saya yang berusaha mengabulkan keinginan Gamma tetap melangsungkan acara kami, tetap berusaha tersenyum, tetap berusaha berbahagia walau menjadi pengantin tunggal di masjid tua ini, tanpa dia si pengucap ijab qobul.
Tanpa dia yang kemarin minta didoakan supaya bisa mengucapkan ijab qobul dengan benar, tanpa dia yang kemarin masih mengikatkan tali sepatu saya, tanpa dia yang kemarin masih saya rangkul dan saya pegang erat lengannya di depan masjid. Lalu tiba-tiba saja malam harinya saya hanya bisa menatapnya dari ruang gawat darurat, yang kemudian hari ini hanya bisa mengenangnya lewat kenangan kami di masjid tua ini.
Gam, saya akui saya tidak baik-baik saja. Tapi terhadap tamu, saya masih harus tetap senyum kan ?
Maka walaupun tangisan pecah dalam masjid ini oleh beberapa tetamu yang merasa ironis dengan saya, saya harus bertahan sebagai pengantin tunggal.
Beberapa menangis, beberapa beranggapan saya gila atau pemikiran lain tetamu tentang saya bukan menjadi bahan beban untuk saya, yang paling penting saya sedang usaha. Usaha mewujudkan harapan Gamma.
Gam, saya rindu. Dan saya juga baru memahami kenapa kamu bilang 'Semoga kamu bahagia'
Baru saya sadari bahwa kamu tidak memasukkan 'kamu' sendiri dalam doa itu. Harusnya kamu menggunakan kata kita dalam harapan itu yaitu kamu dan saya. Gam, harusnya kamu bilang 'Semoga kita bahagia' bukan 'Semoga kamu bahagia'.
-●● Juara Bertahan●●-
a/n :
Good bye Gam.
Deares buddy. Sejujurnya teteh nggak hafal member the boyz, jadi lumayan susah cari feelnya. Teteh harus dulu lihat Younghoon berulang-ulang biar kena feelnya, dan semoga ceritanya nyampek ke kalian yang baca.
Ini kubu Younghoon mana sini maju ayo..semoga suka💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Juara Bertahan
Storie breviSeperti kata Fiersa Besari, dalam liriknya yang seolah meledek betulan saya. Saya adalah pesaing terkuat laki-laki dalam posisi pertama itu. Saya pesaing paling tangguh yang sanggup menahan suka, tak terbalas. Saya, ialah juara bertahan, bertahan da...