Seperti kata Fiersa Besari, dalam liriknya yang seolah meledek betulan saya.
Saya adalah pesaing terkuat laki-laki dalam posisi pertama itu. Saya pesaing paling tangguh yang sanggup menahan suka, tak terbalas.
Saya, ialah juara bertahan, bertahan da...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kamu kenapa ninggalin aku Jas ?" Jaffin menuntut, mempertanyakan soal Jasmin yang mengajukan sesi putus persis sehari setelah sidang skripsi Jaffin selesai.
"Aku ninggalin ? Loh..bukannya kamu yang tidak pernah melibatkan aku ?" Balas Jasmin mempertanyakan eksistensinya di hubungan mereka.
"Kamu segalanya Jas bagi aku. Gimana bisa aku nggak ngelibatin kamu !?" Ungkap Jaffin. Serius, kalimatnya tidak hanya berasal dari mulut semata. Tapi Jaffin juga pakai melibatkan hatinya.
"Kamu juga sempat jadi segalanya bagi aku Jaf" balas Jasmin tanpa mau mengalah soal menyukai Jaffin.
"Lalu sekarang aku harus ngapain Jas kalau kamu nggak ada. Aku udah nggak punya apapun lagi karena kamu segalanya. Aku masih belum bisa move on dari kamu" akui Jaffin
Benar, Jaffin memang belum bisa melupakan jejak-jejak Jasmin yang melekat lengket dalam setiap gerak geriknya.
Sebagaimana piring putih di meja makan bisa mengingatkan Jaffin tentang Jasmin yang sering diajaknya makan berdua. Atau ketika pandangan Jaffin bergeser ke arah sendok garpu juga mengingatkan bagaimana suapan-suapan Jasmin ketika sibuk menemaninya mengerjakan tugas kuliah. Belum lagi soal segelas air putih yang turut mencerminkan bayang-bayang Jasmin yang sedang tersenyum mengulur sebotol air mineral pada Jaffin yang sok ingin mencoba mie setan level 10. Bahkan sebuah deru nafas juga bisa mengingatkan Jaffin ke Jasmin. Aduh, pokoknya segala macam yang Jaffin temui serasa berkaitan dengan kilas-kilas Jasmin.
"Kita cari cara masing-masing untuk move on" balas Jasmin dingin, suaranya menggambarkan rasa jenuh yang berulang.
"Kenapa kita nggak bareng-bareng lagi aja ?" Nego Jaffin, ingin mengembalikan sosok Jasmin di ruangan semulanya, dalam hati Jaffin.
Dimana ruang yang diisi Jasmin terlampau megah, hampir-hampir memenuhi keseluruhan hatinya. Mungkin karena Jasmin cantik dan baik dan paling mengerti dia, dan paling pemaaf, sehingga ada banyak dan lainnya yang cukup menjadi alasan Jasmin punya ruang luas dihati Jaffin.
"Untuk apa ? Saling nyakitin ? Kamu bisa melakukannya sendiri kalau begitu. Jangan libatkan aku lagi" tegas Jasmin.
"Aku nggak bakal ngulangin lagi Jas. Serius, aku janji" Jaffin memohon dengan segala kemampuannya.