Part 7

10.2K 597 20
                                    

Biasakan vote terlebih dahulu sebelum membaca.

Happy Reading!

Malam ini, Selin dan keluarganya tengah melakukan makan malam. Hanya terdengar suara sendok yang beradu dengan piring. Hingga akhirnya, suara Adli membuat semua yang ada di sana terfokuskan padanya.

"Selin? Gallen?" panggil Adli yang sontak saja membuat kedua orang yang dipanggil itu menoleh kepadanya.

"Iya, Pah? Ada apa?" tanya Selin mewakili jawabannya.

"Papa mau kasih sesuatu sama kalian. Tapi, nanti setelah acara makan malam kita selesai."

"Hm, ya udah deh."

Mereka pun kembali melanjutkan makan malamnya sampai dengan selesai.

Selang beberapa menit kemudian, acara makan malam pun telah selesai. Kini, mereka hanya menunggu Adli yang akan melanjutkan perkataannya.

"Baiklah, Papa akan langsung saja," ujarnya. Lalu, ia pun merogoh saku bajunya untuk mengambil sesuatu dari sana. Kemudian, Adli pun menyodorkan 2 buah kunci ke atas meja.

"Ini adalah hadiah dari Papa, Mama, Bunda dan Ayah untuk kalian berdua," ujar Adli.

Selin dan Gallen mengerutkan dahinya bingung. "Itu kunci apa, Pah?" tanya Gallen penasaran.

"Ini kunci rumah. Kami semua membeli rumah itu untuk kalian berdua."

"Berarti Selin nggak akan tinggal di sini lagi, dong?" Selin menunjukkan raut wajah sedihnya.

"Iya, Sayang. Kami sengaja membeli sebuah rumah untuk kalian, supaya kalian dapat belajar berumah tangga, dan supaya kalian belajar mandiri," jelas Rima.

"Tapi, Selin mau tinggal di sini sama Mama sama Papa."

"Nggak, Selin. Kamu itu sudah menikah sekarang. Sudah seharusnya kamu mandiri, Sayang. Dan kamu harus belajar menjadi istri yang baik untuk Gallen," ucap Adli.

"Hmm. Tapi, Selin boleh kan kalo seandainya nanti Selin mau nginep di sini?"

"Boleh dong, Sayang. Kamu dan Gallen boleh nginep di sini kapan pun kalian mau," jawab Rima.

"Mulai besok, kalian akan pindah dan tinggal di rumah itu."

"Tapi, setelah pulang sekolah aja ya Pah kita pindahnya."

"Iya, terserah kalian saja. Yang penting besok. Oke."

* * *

"Makasih ya, Pak," ujar Selin sebelum ia akan turun dari dalam mobil sedan hitam itu.

"Sama-sama, Non," jawab Pak Tono, selaku sopir pribadi keluarganya.
Kemudian, Selin pun mulai menarik knop pintunya dan keluar dari dalam mobil. Langsung saja, ia pun memasuki halaman sekolahnya.

Sebenarnya, ia bisa saja berangkat bersama Gallen meski nantinya ia akan minta untuk turun di halte yang tak jauh dari sekolahnya, tapi ia tidak mau sampai ada satu orang pun yang melihatnya bersama Gallen. Jika sampai ada yang tahu, bisa-bisa rahasianya akan cepat terbongkar.

Ia berjalan sendirian menyusuri panjangnya koridor sekolah. Sudah lumayan cukup banyak murid yang sudah datang ke sekolah lebih awal darinya. Tak butuh waktu lama, akhirnya ia pun telah sampai di depan ruangan kelasnya dan ia langsung masuk ke dalam kelas.
Di sana sudah ada beberapa teman sekelasnya yang sudah hadir. Namun, ia tak melihat kedua sahabatnya ada di sana. Ah, mungkin sebentar lagi mereka juga akan datang.

Selin pun langsung mendudukkan diri di bangkunya, tepat di samping bangku Lia.

Ia menolehkan kepalanya ke belakang dan melihat beberapa teman sekelasnya yang sedang menulis. Seingatnya, pelajaran hari tidak ada tugas.

"Kalian nulis apa?" tanya Selin.

"Ini, kita belum selesai mencatat pelajaran Biologi," jawab Reyna, teman sekelasnya.

"Oh, Biologi."

"Emang lo udah selesai mencatatnya, Sel?" tanya Nissa.

Selin menganggukkan kepalanya. "Iya, punya gue udah selesai."

"Gue pinjem dong."

"Ya udah, sini ambil." Ia mulai membuka resleting tas nya dan mencari buku pelajaran Biologi miliknya.

"Nih!" ujarnya seraya menyodorkan buku itu pada Nissa.

"Bukunya gue pinjem, ya?"

"Iya."

Setelah itu, Nissa pun kembali duduk di bangkunya dan melanjutkan aktifitas mencatatnya. Tak lama kemudian, ia melihat kedua sahabatnya itu baru saja tiba di dalam kelas.

"Selin!!!" pekik Lia dan Siska secara bersamaan. Mereka berdua sontak berlari menghampirinya.

"Gue kangen banget sama lo!" ujar Siska seraya memeluk Selin erat.

"Iya, Sel! Gue juga kangen banget sama lo! Beberapa hari kemarin, lo izin ke mana si?"

Selin menyunggingkan senyumannya. "Iya, gue juga kangen banget sama lo berdua. Em... Kemarin gue pergi ke rumah Paman gue yang di Bekasi. Soalnya dia mau nikahin anaknya," jawab Selin mencari alasan. Untung saja otaknya sedang berjalan dengan lancar sehingga ia bisa mencari alasan dengan begitu mudahnya.

"Oh gitu."

"Selamat pagi anak-anak!" ujar seorang guru yang baru saja memasuki kelas mereka. Sontak, Siska dan Liana pun langsung duduk di bangku mereka masing-masing.

* * *

Bel istirahat sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu. Gallen dan kedua temannya kini sudah berada di rooftop sekolah. Saat ini, mereka hanya sedang tidak ingin pergi ke kantin, dan mereka hanya akan menghabiskan waktu istirahat mereka di rooftop.

"Len, waktu lo ngomong kalau lo mau dijodohin sama si Selin itu beneran?" tanya Darren. Ia masih merasa penasaran dengan apa yang pernah dikatakan oleh sahabatnya itu.

"Iya lah!"

"Terus, kapan nikahnya?" tanya Darren lagi.

"Udah."

"Hah?! Ma-maksud lo? Lo, udah nikah sama si Selin?!" pekik Angga shock. Gallen hanya menganggukkan kepalanya.

"Kapan?! Tega ya lo, nikah kagak ngundang-ngundang kita!"

"Kemarin. Waktu gue izin selama 3 hari itu, gue nikah," ujar Gallen jujur.

"Semua dari pihak sekolah, gak ada yang tahu tentang hal ini. Gue sengaja rahasiain pernikahan ini dari semua orang, karena gue gak mau orang-orang berpikiran buruk tentang gue dan Selin. Dan lo berdua, orang yang pertama kali tahu hal ini selain keluarga gue sama keluarga Selin. Gue ngasih tau lo berdua, karena gue yakin, lo berdua bisa jaga rahasia ini baik-baik. Lo berdua, bisa pegang kata-kata gue?" lanjutnya.

"Tenang aja, bro. Gue bakal jaga rahasia lo baik-baik. Gue jamin," jawab Darren seraya mengacungkan jempolnya.

"Iya, Len. Gue juga bakal jaga rahasia lo," ujar Angga.

Gallen menyunggingkan senyumannya. "Bagus! Lo berdua emang bisa dipercaya."





•••
Tbc

Makin kesini, kurasa ceritanya makin ngawur aja🙈😫maafin yaa:") habisnya si otak ku mampunya segitu:( tapi, yang penting sih aku bisa lanjutin cerita ini sampe end. Masalah seru atau nggaknya, itu cuma readers yg menilai:")

SUAMI RAHASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang