Biasakan vote terlebih dahulu sebelum membaca.
Happy Reading!
Kriiinng!!!
"Bel masuk udah bunyi tuh! Kita balik ke kelas, yuk!" ajak Liana saat ia telah mendengar suara bel masuk berbunyi.
"Yuk!" sahut Siska sambil hendak berdiri.
"Eh, lo berdua duluan aja, ya. Gue mau ke kamar mandi dulu," ujar Selin.
"Lah, lo mau ngapain?"
"Gue kebelet pipis! Bye!"
Selin pun lantas berlari untuk pergi ke kamar mandi perempuan. Ia sudah tak bisa menahannya lagi.
Selepas membuang air kecil, dan merapikan penampilannya di depan cermin yang berada di kamar mandi, kemudian Selin pun segera keluar untuk pergi ke kelasnya.Koridor sudah terlihat sepi, mengingat jam pelajaran ke lima sudah dimulai. Ia berjalan dengan tergesa-gesa karena ia ingin cepat-cepat sampai di dalam kelasnya. Namun, ketika di tengah perjalanan, ada seseorang yang menarik tangannya dan membawanya ke sebuah lorong yang sepi.
"Lepas! Sakit tau!" Selin menghentakkan tangannya dari cekalan tangan laki-laki itu. Lalu, ia menatap laki-laki di hadapannya itu dengan tatapan nyalang dan napas yang sedikit memburu.
"Ssts! Lo jangan berisik! Nanti, kalau ada orang yang liat kita berdua gimana?!" ujar laki-laki itu yang tak lain adalah Gallen, suaminya. Lebih tepatnya, suami rahasianya.
"Oh, iya! Gue lupa!" ucap Selin seraya menepuk jidat.
"Lo ngapain bawa gue ke sini?!" tanya Selin pelan.
"Gue mau kasih tahu sesuatu sama lo. Pulang sekolah nanti, lo pulang bareng gue."
"Apa?!"
Gallen memutar bola matanya malas. "Lo pulang bareng gue, Selin!" ulangnya.
"Lo nggak punya otak, ya?! Entar gimana kalo ada orang yang liat kita tiba-tiba pulang bar-- Mmpp!!!" pekikan Selin langsung terhenti karena Gallen telah membekap mulut gadis itu dengan telapak tangannya.
Napasnya memburu setelah ia berhasil melepaskan tangan besar yang membekap mulutnya itu. Ia menatap Gallen dengan ganas. Sementara itu, Gallen hanya menatapnya datar.
"Udah, pokoknya pulang sekolah nanti, lo tungguin gue di Halte. Lo jangan ke mana-mana, sebelum gue datang ke sana. Ngerti?" ucap Gallen.
"Iya, iya! Gue ngerti! Udah, sekarang lo minggir! Gue mau balik ke kelas!"
Gallen pun menggeserkan tubuhnya ke kiri dan memberikan jalan untuk Selin sambil menjulurkan tangan kanannya ke bawah sebagai isyarat mempersilahkan gadis itu untuk pergi. Setelah itu, Selin pun langsung pergi dan meninggalkan Gallen yang masih berdiri di sana.* * *
Seorang gadis tengah berdiri di halte yang tak jauh dari sekolahnya. Sudah sekitar 10 menit ia menunggu, namun seseorang yang sedang ditungguinya itu belum juga menampakkan batang hidungnya.
"Ck! Tu cowok mana sih?! Lama banget deh!" Entah sudah yang ke berapa kalinya ia menggerutu dan berdecak kesal.
Tak lama setelah itu, dari kejauhan ia melihat seseorang yang sedang ditungguinya itu sedang dalam perjalanan untuk menghampirinya.
"Lo darimana aja, sih?! Kaki gue sampe pegel-pegel gini nih karena nungguin lo!" semprotnya saat seseorang dengan motornya itu berhenti tepat di depannya.
"Udah. Sekarang lo gak usah banyak ngomong ya! Buruan naik!" titahnya. Tanpa banyak bicara lagi, ia pun langsung naik ke atas motor ninja merah milik laki-laki itu. Tak lama kemudian, motor itu pun melaju dan membelah jalanan Ibu Kota.
* * *
Setelah beberapa lama di perjalanan, akhirnya mereka telah sampai di tempat tujuannya. Gallen menghentikan motornya tepat di halaman depan sebuah rumah besar yang bernuansa serba putih itu.
Selin pun cepat-cepat turun dari motor ninja merah itu.
"Ikut gue," ujar Gallen setelah ia turun dari motornya. Lalu, ia pun berjalan mendahului Selin menuju ke arah pintu utama rumah keluarganya itu. Sementara Selin, ia hanya mengikuti lagkah kaki Gallen dari belakang.
Sesampainya di depan pintu utama, Gallen langsung saja membuka pintu itu yang kebetulan memang tidak dikunci.
"Assalamualaikum, Bun?" teriak Gallen saat ia sudah memasuki rumahnya.
"Bunda?"
"Bang Gallen? Abang ngapain di sini?" tanya seorang laki-laki yang umurnya 3 tahun lebih muda daripada Gallen.
"Bunda mana, Wil?" tanya Gallen.
"Bunda lagi di halaman belakang. Mau Willy panggilin?" tawar Willy.
"Boleh deh."
Setelah itu, Willy pun bergegas pergi untuk menemui bundanya ke halaman belakang rumah.
Willy Ardana Putra. Dia adalah anak kedua dari Ruslan dan Indira. Sepasang suami istri itu hanya memiliki 2 orang anak.Selang beberapa saat, akhirnya wanita yang sedang dicarinya pun kini telah tiba.
"Gallen?" tanya Indira setelah ia datang menemui putra dan menantunya. Gallen mencium punggung tangan wanita itu, kemudian diikuti oleh Selin.
"Kalian baru pulang?"
"Iya, Bun. Kita baru aja pulang," jawab Selin sambil tersenyum.
"Ayah lagi di kantor, Bun?"
"Iya. Ayah kamu masih di kantor jam segini. Emangnya kenapa, Len?"
"Gapapa. Bun, Gallen ke sini mau bawa sebagian barang-barang Gallen. Hari ini, Gallen sama Selin udah mutusin buat tinggal di rumah pemberian dari kalian," ucap Gallen.
"Iya, Bun. Kita udah mutusin buat tinggal di sana. Sekaligus belajar mandiri," timpal Selin.
"Jadi, Pak Adli udah kasih hadiahnya sama kalian?"
"Iya, udah."
"Syukurlah kalau sudah. Gimana? Kalian suka nggak sama rumahnya?"
"Kita pasti suka kok. Cuma, kita belum sempat liat rumahnya," jawab Gallen.
"Oh gitu. Niatnya kalian mau tinggal di sana sekarang?"
Gallen dan Selin mengangguk secara bersamaan."Terus, kamu mau bawa barang-barang kamu gimana? Kamu nggak sewa mobil bak sama orang?"
"Lah, iya ya. Aku lupa, Bun."
"Ya udah, gapapa. Entar biar Bunda suruh Pak Dadang untuk sewa mobil bak sama orang aja, ya." Gallen mengangguk.
"Sekarang, kamu bawa aja barang-barang kamu yang ringannya. Untuk barang-barang yang berat, biar nanti saja Pak Dadang yang mengantarkannya ke rumah kalian," ujar Indira.
"Iya, Bun."
Kemudian, Gallen pun bergegas pergi ke kamarnya untuk mengambil sebagian barang yang sekiranya bisa ia bawa dan cukup untuk dimasukkan ke dalam mobil. Sementara itu, Selin menunggunya di ruang tamu sambil mengobrol ria bersama Indira, ibu mertuanya.
•••
TbcPendek banget😫🙏tapi jan bosen² buat nungguin cerita ini sampe end ya.. Krn apa? Krn biar kalian tau semua isi dari cerita ini:)
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMI RAHASIA
Teen Fiction(𝐂𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐥𝐞𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩 𝐭𝐞𝐫𝐬𝐞𝐝𝐢𝐚 𝐝𝐢 𝐊𝐚𝐫𝐲𝐚𝐊𝐚𝐫𝐬𝐚) Cover mentahan from Pinterest • "Apapun yang sudah jadi takdir lo, lo nggak akan bisa menghindarinya. Dan apapun yang memang bukan takdir lo, maka lo harus merelakannya." Seli...