11. Satu-satunya

7 2 0
                                    

Kata-kata kasar itu segar sekali ingin ku tegak hingga habis. Lalu ku muncrat kan pada muka dunia. Karena mereka berani sekali membohongiku dengan segala keindahannya. Dasar ilusi! Mudah sekali aku terjebak... Mudah sekali aku bermandikan lumpur kesenangan yang mana aku sudah tahu kalau itu palsu.

Hah! Lucu sekali siklus hidup ini. Omong kosong soal kebaikan. Aku bahkan tidak bisa merasakan apa pun dari kata "baik" Semuanya membuatku gatal kalau mengingat tikus-tikus elit yang juga bermodalkan kata "baik" untuk menarik hati ribuan kucing jalanan. Murahan! Kau tak akan paham apa yang aku maksud tentang binatang-binatang itu.

Aku ingin bertanya kenapa bisa?

Aku bernapas tapi sesak

Aku melihat tapi gelap

Aku mendengar tapi sunyi

Semuanya palsu. Bohong!

Aku harus menahan, menahan sedikit lagi, ayo tahan lagi. Kamu itu orang dewasa, sudah sepantasnya bersikap baik. Kalau begitu tahan lagi. Kamu tidak bisa berbuat buruk. Nanti mereka tidak senang. Tahan terus... Tahan...

Tahan...

Tahan...

Lama-lama mulai terasa sesak...

Hingga tak ada lagi ruang untuk sabar

Dan aku melawan. Ya! Melawan garis-garis yang membatasiku.

TEROBOS SAJA!

SIAPA PEDULI

TOH MEREKA HANYA BERBICARA

SUDAH TEROBOS SAJA MOTOR DI DEPAN

Dan akhirnya semua kendaraan menjadi musuhku yang terlihat menyebalkan. Isi perutku terombang-ambing diseret angin. Mataku diserang ribuan kerikil, tapi pandanganku tetap fokus mencari celah. Bukan celah. Aku kan sedang menerobos. Jadi aku hanya berjalan lurus tanpa peduli apa yang ada di depan.

Suara klakson saling menyahut seperti gombalan manis lelaki kerdus. Diam! Aku tak bisa mendengar hal yang indah gara-gara klakson itu.

Laju sepeda motor semakin kencang meliuk-liuk di tengah papan abu-abu yang mereka sebut aspal.

Jangan halangi jalanku!

Pergi!

Biar saja mereka kudorong dan kutendang. Salah siapa memberiku garis-garis yang memuakkan.

Aku memang tidak bisa berbicara keras dan kasar tapi otot-otot tubuhku bergerak apa adanya, sayang! Jadi maafkan kalau aku terlihat menyebalkan dan membuatmu terluka!

Oh, tidak aku benar-benar minta maaf.

Jangan menangis lagi, sayang.

Sudah kubilang jangan menangis!!!

Kalian dunia tersayangku, tapi kalian pembohong.

Dan kini aku sedang mencari satu-satunya alasan agar aku mau tinggal dengan kesayanganku.








































Kamu tau monolog? Nah, bacanya seperti itu. Aku kangen sekali bermonolog seperti dulu saat sekolah.

11.01.21

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Today I Have a StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang