3. Aroma

28 8 3
                                    


.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


.

.

.

.

.

.

.

.










Hampir setiap sore, selalu hujan
Langit sesak akan awan hitam Menggumpal menjadi titik dimana tetes air meluncur.
Terjun bebas dari ketinggian
Menuju dasar bumi
Melewati ujung tanaman
Lalu menyatu dengan tanah

Begitu rupa yang terlihat di luar jendela. Suasana hujan yang selalu aku suka telah datang. Aroma yang khas-walau tidak ada tanah disekitar kamarku- membuat hati cukup tenang.

Aku selalu menyadari, bahwa setiap momen memiliki aromanya sendiri.

Hal paling sederhana adalah, saat aku gonta-ganti parfum. Misal, ketika SMP aku menggunakan parfum aroma permen karet.

Lalu saat SMA aku menggantinya dengan aroma teh hijau.

Jadi ketika aku mencium aroma teh hijau kembali, aku akan terseret pada momen SMA-ku.

Sama halnya dengan aroma saat hujan, aroma pedesaan, atau aroma jalanan yang penuh dengan kemacetan. *(kalo ini beneran ga suka)

Semua momen pasti memiliki aroma. Yang menjadi kunci saat kita mengingat kejadian di masa lalu.

.

.

.

.

.

.

"Dan untuk saat ini, aku mencium aroma gendeng yang basah."
.

.

.

"Yang membawaku ke masa kecilku."
.

.

.

"Ketika aku dan teman-teman. Pergi keluar membawa payung."

.

.

.
"Sore itu hujan mulai reda, digantikan gerimis kecil."
.

.
"Jalanan di daerah kami tergenang banjir. Tapi anehnya, aku begitu antusias membawa payungku. Menerobos banjir di jalan raya."

.

.

.

"Masa bodoh jika nanti sakit atau di marahi orang tua."
.

.
"Saat itu aku hanya ingin bersenang-senang."
.

.

.

.

.

.

.

Andai waktu itu datang lagi
.
Tapi mana mungkin terjadi
.
.
.
.
.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Saat rutinitas mengubah rutinitas yang lainya

Dari yang hanya bersenang-senang, menjadi tersedu-sedu.

.
.
.

Ketika tuntutan menjadi jalan hidup sebagian orang.

Perlahan kebebasan mulai redup.












5 Agustus 2020, 17:06

Today I Have a StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang