4. Kisah

23 8 8
                                    

.

.

.

.

.

"Hal apa yang membangkitkan senyummu hari ini?"

.

.

.

.

"Jika pertanyaan itu datang padaku, maka aku akan menjawab... "

"Menyapa orang-orang yang aku temui saat berjalan kaki."

.

.

.

Terlalu lama di rumah memaksaku untuk membatasi interaksi dengan dunia luar secara langsung. Mungkin masih bisa melalui media sosial, atau bertemu orang rumah.

Tapi lingkaran interaksi ku hanya sebatas itu.

Kalau aku ingat kembali, dulu waktu aku sering berjalan kaki. Banyak sekali orang yang bisa aku sapa, tanpa perlu mengenal siapa mereka.

Sebenarnya itu jauh lebih nyaman ketimbang kita saling mengetahui latar belakang. Yang mana bisa memberi sekat di antara manusia.

Ini sering kali terjadi, kita saja yang abai soal ini. Saat kita mengetahui "ohh orang ini dokter." Tanpa disadari kita bersikap lebih sopan.

Atau saat mengetahui, "ternyata dia pengemis yang hidupnya luntang-lantung." Kita langsung menurunkan penilaian terhadap si 'dia'

Walaupun banyak yang membantah. Bilang, "aku ini tidak pandang bulu."

Boleh saja kalian membantah, tapi lebih banyak manusia yang mempunyai penilaian reflek.


Makanya aku lebih suka tidak mengetahui lebih jauh, latar belakang mereka yang berinteraksi denganku.

Kita di jalan yang sama, maka kedudukan kita sama.


Sejujurnya aku ingin bercerita lebih banyak. Tentang orang-orang yang aku temui di jalan, mereka memiliki ceritanya masing-masing. Aku selalu suka masa ketika aku sering berjalan.

Namun, aku tidak akan membahasnya hari ini. Mungkin lain kali, di halaman setelah ini.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Semua orang memiliki ceritanya masing-masing."

.

.

"Lalu bagaimana dengan kamu?"

.

.

"Sudahkah kamu bercerita?"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

6 Agustus 2020, 17:41






Today I Have a StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang