heh bund gue add musik di mulmed itu buat diplay bukan cuma dipandangin doang hiks.
bukan hanya kamu freya yang terluka disini, gue juga terluka.
bagaimana pun juga dia adalah calon anak gue, darah daging gue, bagian dari diri gue.
gue juga merasa akan kehilangan.
tapi dibalik semua itu ada rasa penyesalan yang besar di dalam diri gue, tentang semua hal yang pernah gue lakukan sama kamu kala itu.
gue minta maaf, belum bisa jadi suami yang baik.
--jeffrey jung
setelah kurang lebih enam hari berada dirumah sakit, akhirnya gue dibolehin pulang oleh dokter malam ini setelah cairan infus ditangan gue habis.
gue menatap jendela luar, menyaksikan deras nya hujan di bulan januari. teringat ucapan dirga dikala itu.
flashback
"rey aku tau kamu terluka saat ini, tapi percaya sama aku jeffrey lebih terluka diluar sana."
"haha mana mungkin dirga."
"aku tau jeffrey freya, dia enggak sebajingan yang kamu pikir. jangan ambil keputusan yang salah ya?"
"maksud kamu?"
"aku tau kamu paham sama ucapanku barusan, yaudah istirahat gih aku pulang dulu ya?"
end
beberapa tetes air mata jatuh dan perlahan terjatuh membasai pipi gue. freya yang rapuh adalah dimana saat gue sendiri dalam suatu ruang. menangis bebas tanpa harus menahan malu, menangis puas tanpa ada yang memandang iba, terus menangislah diriku.
kejadian waktu itu terus saja berputar dikepala gue. merutuki diri sendiri atas kebodohan yang ada dalam diri gue.
'harusnya kamu disini bersama bunda Nak'- batin gue sambil mengusap perut rata gue.
tak lama dari itu pintu kamar gue terbuka menampakan seorang yang terlihat berbeda dari biasanya. raut wajah yang sulit gue artikan, kantong matanya yang menghitam, penampilannya sudah kacau, dan seluruh tubuh nya yang basah akibat guyuran hujan hari ini.
jeffrey masuk kemudian duduk di kursi sebelah ranjang gue. ditundukkan lah kepala nya, pandangan nya jatuh kelantai marmer ruangan ini. setelah itu menuntun jemari nya agar bertaut dengan jemari gue. tangan nya dingin, namun berbeda dengan keadaan hati gue yang berdegup kencang hanya karena sentuhan yang dia buat. gue takut.
"maaf, aku minta maaf." tubuh nya bergetar hebat saat ini dan gue liat dia nangis?
"aku tau ini sulit untuk kamu, tapi tolong maafin aku freya." badan kekar nya masih enggan untuk tenang, kedua bahunya masih bergetar hebat.
"kamu boleh minta semua yang kamu inginkan, tapi jangan pernah minta untuk pisah sama aku. aku gak bisa."
"engga ada yang gue mau selain pisah sama lo."
"tolong kasih aku kesempatan satu kali lagi buat memperbaiki rumah tangga kita."
"engga ada yang perlu diperbaiki, emang kita engga ditakdirkan untuk bersama. gue udah maafin semua nya."
"please freya, give me one chance to fix all this freya."
"merubah apa lagi? gue udah capek. mungkin sekarang adalah waktu yang tepat buat kita sama-sama healing diri masing-masing. gue janji bakal ganti semua uang yang pernah bokap gue pinjem sama lo setelah kondisi gue membaik, gue janji."
"no, bukan itu yang aku mau rey. aku minta maaf buat segala hal brengsek yang pernah aku perbuat sama kamu. please kasih aku satu kesempatan lagi untuk memperbaiki semua."
"kasih aku waktu buat mikirin semua itu jeff."
"berapa lama?"
"satu bulan."
"y-ya, thanks freya."
setelah mengucapkan kalimat tersebut jeffrey langsung keluar dari ruangan gue. saat ini diri gue masih membeku atas perlakuan jeffrey tadi. sebelum membuka pintu kamar dia kembali berlari kearah gue dan mencium pucuk kepala gue untuk pertama kalinya. rasanya ingin menyuruhnya tinggal dan menetap namun ego dan hati tidak berjalan dalam satu waktu.
malam ini gue pulang dijemput sama papah, mamah, dan adelle. tanpa ada jeffrey disini, karena itu adalah bagian dari permintaan gue.
sebelum pulang kerumah gue pamit kepada orangtua jeffrey yang ternyata ada disini juga. iya untuk satu bulan kedepan gue akan tinggal dirumah gue dulu untuk mengistirahatkan tubuh dan mental gue.
"freya, maafin mamah ya nak?" kata mamah jeffrey sambil memeluk tubuh gue.
"mamah enggak salah loh, freya baik-baik aja mah."
"selalu kabarin mamah ya nak? istirahat yang cukup ya?"
"iya mah pasti." kata gue sambil mengusap punggung mamah nya jeffrey.
selama perjalanan tidak ada percakapan yang keluar dari mulut kedua orangtua gue. hanya terdengar suara adelle yang terdengar khawatir dengan kondisi gue saat ini.
sampai nya dirumah adelle dan mamah menuntun gue untuk masuk kedalam rumah. rasanya sudah lama sekali tidak menginjakan kaki dirumah ini. rumah tempat gue pulang kala itu.
"freya mamah minta maaf sayang." kata mamah sambil berlutut dihadapan gue.
kemudian disusul papah dengan perlakuan yang sama. dengan cepat gue menyetarakan posisi gue sama dengan mereka walaupun rasa sakit langsung muncul akibat luka yang masih basah.
"jangan kaya gini pah, mah."
"maaf ya belum bisa menjadi orangtua yang baik, belum bisa menjadi pelindung freya, belum bisa menjadi tempat pulang untuk anak nya." kata papah hingga kedua bahu nya bergetar hebat.
"maaf sudah menjadikan kamu kambing hitam atas perbuatan papah selama ini, papah mu ini bodoh freya. papah bodoh karena telah mempercayakan kamu kepada orang yang salah."
"jangan bicara kaya gitu lagi pah. freya bangga punya orangtua seperti kalian. freya udah maafin kok."
"makasih sayang, sekarang semua keputusan ada ditangan kamu nak. mamah dan papah tidak akan ikut campur lagi urusan kamu sama jeffrey. papah siap kehilangan semua ini sayang."
"iya pah, makasih udah ngertiin aku."
"udah ayok berdiri semua nya, kenapa pada jadi duduk dilantai semua." kata adelle sambil membantu gue bangun.
🦋🦋🦋
akhirnya bisa up sekarang huhu!
adh gue bimbang nih buat nentuin hubungan mereka berdua kedepan nya.enak nya baikan apa udahan aja?
mau happy ending apa sad ending?
sad ending seru deh kelihatannya.jangan lupa like & vote teman-temen!
KAMU SEDANG MEMBACA
TUJUAN [ft; Jaehyun Jung]
FanficDisclaimer 16+ Benar, semesta kadang memang suka bercanda. Kadang ekspetasi dan khayalanku terbang terlalu tinggi, hingga akhirnya kenyataan dan realita memaksaku jatuh, hingga aku lama lama tercekik dengan fakta fakta kejam. Aku sebenarnya tau, ba...