18. Told

937 125 38
                                    

"Pagi bang," sapa Gama pada kakak keduanya yang tengah menyiapkan sarapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pagi bang," sapa Gama pada kakak keduanya yang tengah menyiapkan sarapan. Duduk di kursinya. Hari ini hari penting, dan Gama sudah siap lahir batin.

"Pagi yang mau lomba hari ini," Gama nyengir mendengar balasan Pandu. Celingukan sebentar. "Hema masih nginep di rumahnya Han ya bang?"

"Iya. Dia udah bilang Lo kan semalem?"

Gama mengangguk, mengaduk makanannya tak berselera. Sedikit sedih sebenarnya begitu Hema menelponnya kemarin malam, lapor kalau sedang mengerjakan tugas kelompok yang udah diburu deadline di rumah Han. Menghabiskan waktu sejam penuh untuk menceramahinya sekaligus menyemangatinya lomba hari ini. Harus pede lah, jangan mageran lah, dan yang terpenting; jangan malah nyari cewek!

Gama belike:

"Tolong jangan samakan saya denganmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tolong jangan samakan saya denganmu."

Sepertinya disekolah pun nanti mereka tidak akan ketemu, karena Gama harus berangkat setengah jam lebih pagi dan langsung menuju tempat lomba bersama mobil dari perwakilan sekolah. Jadi mungkin mereka bakal ketemu lagi setelah lomba selesai. Ini sama sekali bukan sesuatu yang serius sih. Tapi entah kenapa Gama merasa ada yang kurang.

Cukup, dia mulai alay sekarang

"Ululu adek gue yang mau lomba!" Pelukan Panji dari belakang membuat pemuda sipit itu hampir tersedak makanannya sendiri.

"Adek Lo kesedak itu!" Panji buru-buru mengurai pelukannya, nyengir sambil menyodorkan segelas air yang langsung diteguk habis Gama.

Gila, abangnya ini gak tau apa ya, kalau ada manusia yang meninggal cuma gara-gara kesedak?

"Udah bawa power bank belom?" Tanya Panji begitu Gama sudah tenang

"Hah?" Gama mengernyit, "Buat apa? Kan gak boleh bawa hp."

"Buat isi ulang semangat Lo itu lho. Kui rai opo kobokan? Kok butek banget!" Ledek Panji yang dihadiahi geplakan Gama.

Waktu sarapan berjalan dengan hangat. Agak terasa kurang karena satu kursi tidak terisi, tapi Abang kembarnya terus berceloteh. Lebih cerewet dari biasanya, membuat Gama hanya bisa mengangguki perkataan mereka. Akhirnya setelah semua siap, bungsu itu pamit berangkat sekolah sekalian meminta doa restu kakak-kakaknya. Naik sepeda seperti biasa, karna dari awal sudah menolak keras niat baik Panji yang ingin mengantar. Ketika kakinya hendak melangkah keluar, Gama teringat sesuatu.

Alur KamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang