12. Really?

986 127 22
                                    

"Oh, yang sukanya pake earphone itu ya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oh, yang sukanya pake earphone itu ya?"

Han mengangguk. "Yoi. Yang selalu sendiri itu lho, di meja pojok kantin,"

"OMG!"

Untung mereka berempat di kelas. Jadi gak ada deh acara malu-maluan gegara teriakan toanya Saka yang alaynya udah ngalahin banci perempatan.

"Gak nyangka gue. Diam-diam menghanyutkan," Hema menanggapi gosipan hangat tentang pelaku pencurian kunci jawaban kemarin.

"Dan dari keterangannya ke kepsek. Ternyata dia juga yang selama ini penyebab dari hilangnya barang-barang anak kelas IPA 3," 

"WHATT demi?!" Udah ketebak kan siapa yang teriak.

"Katanya sih ya, ayahnya itu narapidana. Si Bagas ini cuma tinggal sama neneknya."

"Ibunya?"

"Pergi. Nikah lagi sama orang lain,"

"Ebuset Han, jangan ngadi-ngadi Lo. Emang tau darimana?"

Han menepuk dadanya bangga, "Oh, tau dong. Temen gue dari kelas lain kan banyak yang jadi admin gosip sekolah. Jadi koneksi gue luas bro."

"Bangga ya Lo?" Tangan Hema menoyor kepala sahabatnya itu cepat. Yang ditoyor mengaduh tak terima.

"Pasti anak broken heart sih."

Han gantian menyabet kening Saka, "Broken horse Bambang! Ujian toefl Lo tinggi nyogok ya?"

"Broken home ailah," Syafi menyaut mendengar kegoblokan dua sohibnya.

"Tapi bener juga sih.. anak kayak gitu kan gak dapet bimbingan dari ortunya. Ya otomatis lepas kendali lah!" Han berkata lagi. Kini beralih memainkan tutup bolpen Syafi. "Ya gak?"

"Yoi. Tetangga gue banyak kok yang broken home. Dan itu.. rerata mereka gak punya orang tua buat dampingin. Begindang."

Han tertarik, mendekatkan diri keraha Saka, " Terus.. terus.. gimana?"

"Ya.. banyak yang lepas kendali gitu. Ada yang suka ngerokok lah, pulang malem dari klub karna gak ada yang merhatiin mereka dirumah. Gak sopan sama tetangga. Kurang ajar deh perilakunya."

Syafi yang daritadi sibuk tak ikut nimbrung, mulai kehilangan fokus dari buku yang dibacanya. Matanya bergerak cepat ke arah seseorang yang tak disadari tak bersuara sedari tadi. Pemuda berbibir tebal yang diliriknya itu hanya diam. Memandangi sambil mencerna obrolan Han dan Saka yang entah kenapa terasa mengiris hati.

"Gue gak kurang ajar kok," Hema berujar pelan, "Saudara-saudara gue juga enggak."

Dua makhluk yang sedang asyik dengan bahasan mereka tiba-tiba tersadar setelah sekian lama. Mengutuk perbuatan mereka sendiri yang bisa-bisanya lupa hal penting beginian. "Hem, ki—"

Alur KamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang