11. Fact

1.1K 137 16
                                    

Juna menilik layar komputer

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Juna menilik layar komputer. Pemuda berkacamata yang dua minggu ini bekerjasama dengannya itu mendekat, tangannya menunjukkan sesuatu disana.

"Namanya Bagas Purnawira, kelas XI IPA 3. Dia yang waktu itu nyelinap buat nyuri di ruang arsip."

"Kalau dari gerak-geriknya di cctv, kayaknya dia kelabakan karna belnya udah mau bunyi. Jadi menurut saya, dia asal masuk ke kelas terdekat dan kabur lewat jendela."

"Terus, kenapa masukinnya ke tas Hema? Ni anak dendam pasti."

"Bapak ini kayak ibu-ibu ya? Kebanyakan liat sinetron India pasti. Bisa dilihat kursi Hema yang paling dekat dengan jendela, dan jendelanya tersambung ke balkon sekolah dimana banyak anak-anak yang nongkrong disana. Otomatis, kalau pelaku kabur kesana, dia bakal ketauan membawa bundelan tebal itu sama siswa lain."

Reksa bernapas sejenak, "Karna gak punya pilihan lain, akhirnya si Bagas ini buru-buru asal masukin dan kabur pas ada anak kelas yang masuk," dirinya kembali menunjuk pelaku yang langsung kabur dari jendela seiring dua siswi yang masuk ke kelas.

Juna menatapnya takjub setelah selesai mengecek sosok yang mirip Hema itu di layar. Yang entah kenapa, bisa terlihat lebih jelas di komputer Reksa. Sehingga bisa dipastikan kalau ini adalah bukti bahwa bukan Hema yang mencuri.

"Kamu.. ngehack cctv sekolah?" Pemuda didepannya hanya menaikkan alis. Menepuk-nepuk dada bangga.

"Terus kata Panji, cctv kelas lagi rusak. Kok kamu bisa?" Jujur. Siapa sih yang gak takjub bagaimana caranya ini anak bisa bobol akses yang bahkan tak ada kaitannya sama sekali dengan dia. Juga punya sistem untuk memperjelas gambar yang bahkan tak dipunyai pihak sekolah. Dan jangan lupa— meretas data siswanya.

"Mm.. saya jelasin pun kayaknya bapak gak bakal paham deh."

"Yeilah, mentang-mentang pinter belagu banget bocah." Juna mencibir. "Om sa, om! Berapa kali dibilangin sih, jangan panggil bapak."

"Iya deh iya."

"Jadi ini bukti yang kamu kirimin ke Panji pas waktu itu." Reksa mengangguk kecil sebagai balasan.

Masalah Hema memang sudah selesai saat itu. Ketika besoknya selepas insiden, Panji mendapat email kiriman dari orang tak dikenal. Sebuah rekaman cctv yang membuktikan segalanya. Membuat si sulung tergopoh-gopoh membangunkan Hema yang masih di pulau kapuk. Malah beralih menyukai hukuman yang kini terasa bagai liburan. Dan pada akhirnya hukuman skornya dibatalkan.

"Eeeh sebentar! Kamu tau darimana Hema ini keponakan saya? Tau sekolah disini juga? Kasusnya juga?!"

Telat. Juna baru ingat hal ini sekarang. Dia kan tidak pernah memberi informasi apapun ke Reksa perihal kehidupan pribadinya. Bagaimana bisa?

Reksa merotasikan bola matanya malas, "Saya aja bisa nemuin orang yang udah dinyatakan hilang lima belas tahun lalu. Gini aja mah gampang dong," ujarnya. Melirik sekilas pada Juna.

Alur KamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang