"Maju Ki! Buruan!"
"Lo genti lah! Masa gue terus."
"Apaan! Dari tadi gue mulu juga yang maju. Lo sembunyi terus kayak kingkong di balik batu!"
"Lo kalik yang sembunyi!!"
"Maneh ya!" [Kamu ya!]
Gama menyumpal telinganya dengan jari. Mark masih fokus dengan hpnya. Gini nih kalau Luki tanding sama Wira. Petasan mercon semua mulutnya. Padahal yang gerak mah cuma jari.
"Berisik banget berdua!" Teriak Gama. Tadi sebenernya dia sudah usul biar salah satu tanding sama dia atau Mark aja biar gak rusuh. Tapi gini nih jawaban mereka,
"Gue terlalu kentang buat Lo yang French fried Gam," —Luki, karena Gama terlalu pro.
"Ama si bule?! Doi mbedain tombol aja masih puyeng!" —Wira, karena Mark terlalu noob.
Yah, ujung-ujungnya Gama sama Mark jadi penonton.
"Kenceng banget sih rakyat jelataku, gak bisa tidur Pangeran." Dari kamar ujung, muncullah Panji dengan kaos oblong putih dan rambut acak-acakan. Berjalan mendekati sofa. Ikut duduk disamping Mark. Nampak sekali pemuda sembilan belas tahun itu masih berupaya sadar dari kantuknya.
"Muntah bang." sembur Luki tanpa mengalihkan pandangan dari layar.
"Bang Panji gak mau mbuatin minum gitu? Gue gak keberatan loh bang." ujar Wira.
"Emangnya gue babu?!" Keempat sahabat itu tertawa. Emang paling asik nggodain bang Panji tuh.
Jadi ceritanya, karna ini hari Minggu yang sangat dinantikan, Gama sama yang lain berencana kumpul main PS. Tadinya mau di rumah Luki. Tapi gak jadi karena mama papa Luki baru ada di rumah. Kalau buat rusuh kan berabe. Apalagi kalau sampai kata-kata mutiara mereka keluar, bisa di black list dari daftar sohib sama orangtuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alur Kami
Fiksi Penggemar[Walaupun sudah tamat, tolong tetap dukung dengan voment ya :) ] Mereka berempat tak menyangka bahwa ternyata masa lalu mereka tak sesederhana kebanyakan orang. Bergelut dengan identitas dan masalah yang tak habis-habisnya, bisakah si petakilan, san...