Menjadi wanita yang bertanggung jawab atas semuanya sudah menjadi hal terindah untuknya.Namun,dalam masalalu dia selalu berusaha kuat untuk waktu yang berputar mengulang segala kenangan.
Setelah beranjak pada usia 32tahun,Park Minyeong dinikahi oleh kekasihnya yang sudah bersamanya selama beberapa tahun.
Kesuksesan suaminya hingga menjadi CEO untuk menggantikan mendianv ayahnya,satu-satu nya putra yang dipercaya.Berparas cantik,rapi dan konsisten dengan pekerjaannya sebagai dosen di suatu universitas (...).
Semua pintu mewah dari rumah yang sangat megah telah terbuka.Menyadari behwa sudah cukup lama berpindah,karyawan yang bekerja di rumahnya cukup banyak.Suami MinYeong telah mempekerjakan karyawan dalam jumlah yang cukup untuk membantu segala keperluan dan kegiatan di rumah (...).
Suaminya sangat tau dengan kesukaan istrinya,bunga dan taman yang berseri.Minyeong selalu dimanjakan suaminya meskipun memiliki putra pertama mereka."Nyonya..apakah tuan muda hari ini saya yang mengantar ke sekolah?".
Pertanyaan yang setiap pagi di lontarkan sopir pribadi untuk putranya,yang disiapkan suami Minyeong."Lanjutkan pekerjaan anda saja,saya tidak begitu yakin".Jawabnya dengan melontarkan senyuman kepada karyawannya.
Minyeong tidak dapat memastikan bahwa putranya akan berangkat ke sekolah,terakhir kali dia melihat putranya masih tidur dengan nyenyak.
Menurut putranya prinsip sekolah di AS dan korea sangat berbeda,setiap mengingat masa kekanakan putranya di AS dulu membuat Minyeong sangat merindukan masa kehamilan yang belum berada di korea.
Minyeong kemudian masuk ke ruangannya untuk melakukan pekerjaan sebagai dosen,segala urusan pekerjaan rumah sudah sangat ringan bagi Minyeong.
Namun yang membuatnya masih turun tangan adalah ketika putranya meminta untuk memakan masakannya.
Maka Minyeong akan turun tangan,sifat dan karakter putranya sangat berbeda dengannya.Hampir seperti appanya,yang dimasa remaja sangat manja,dingin dan juga tidak suka diatur.Kini matanya teralih pada suara dering yang berada di samping laptopnya,matanya menatap nama yang tertera..namun tangannya enggan menggapai.
Beberapa kali suara dering yang ia biarkan,jika menurutnya sangat tidak penting maka MinYeong enggan berhenti dengan aktifitasnya."Tiba-tiba saja aku merasa haus".
Beranjak dari pekerjaannya dan keluar ruangan menuju dapur di lantai bawah.
Hari yang pagi sangat baik untuk meminum air putih,hendak menuju ke kamarnya,kini pandangan teralih dengan putranya yang sedang bersantai di sofa ruang keluarga.
Dilihatnya jam tangan MinYeong kurang dari 30 menit putranya untuk sekolah."Apa sekarang alasan untuk tidak berangkat sekolah?".
Terdengar suara eommanya membuat Jay membuka mata.
Benar,namanya adalah Park Jay.Berusia 17tahun dengan paras yang tampan.Putra dari Park Dongwook dan Park MinYeong.
Tanpa ada jawaban dari Jay,MinYeong duduk di sofa samping Jay.
"Jika appa datang dan melihatmu bermalasan lagi,maka jangan salahkan jika kamu kena marah Jay".
Ucapnya dengan menatap Jay yang berbaring dengan menutup matanya,tidak tahu dia tertidur atau hanya bersantai.Tinn..
Suara klakson mobil terdengar dari luar rumah,jika sepagi ini ada kedatangan orang maka itu adalah ayahnya Jay.
Park MinYeong kemudian menyambut suaminya dengan sedikit resah.Park Dongwook memberikan tasnya pada karyawati dengan dokumennya untuk di letakkan pada ruangan kerja."Ada apa?".
Park Dongwook mampu membaca raut wajah istri nya yang cantik itu.
Tanpa jawaban Park MinYeong hanya melepas jas suaminya dan membawanya ke dalam.Terlihat Jay sudah bangun dan duduk dengan bermain ponselnya.
Park MinYeong merasa curiga dengan reaksi suaminya yang biasa saja melihat putranya tidak sekolah.Bahkan suaminya ikut bersantai di ruang keluarga.

KAMU SEDANG MEMBACA
He's my little brother√√[jaywon]
Fanfic"Aku membencimu sebagai orang lain,aku mencintaimu karena kau adikku.Jangan larang hyung untuk melakukan kemarahan". Situasi memburuk dengan derasan air mata mengalir dari Min Yeong,orang di sekitar memperhatikan dengan rasa ketakutan. "Dan kauu..."...