-SATU-

164 97 150
                                    

Pagi itu, seorang gadis dengan baju kemeja putih polos yang di padu dengan rok lebar berwarna coksu juga hijab pasmina dengan warna senada yang kedua ujungnya di selempang ke bahu kanan dan kirinya, ia tengah duduk di kursi taman yang ada di universitas tempatnya menimba ilmu. Tanpa sadar, gadis yang tengah membaca sebuah buku novel bergenre mysteri itu sedari tadi tengah di perhatikan seseorang dari kejauhan.

"Kali ini gue harus berhasil deketin dia," ucap seorang laki-laki bertubuh jangkung memakai kaus lengan panjang abu-abu polos model turtleneck yang lengan baju itu di naikan sampai tengah-tengah bagian lengan bawah tangan kekarnya, di padu dengan celana jeans hitam polos. Kini ia tengah menatap gadis yang belum lama ini ia sukai. Tak lama kemudian ia berjalan menuju tempat gadis itu.

Tap tap tap...

Mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat, gadis bermata cokelat itu segera menutup bukunya. Dengan jantung yang berdegup kencang tanda was-was, ia memberanikan diri menoleh keasal suara.

"Hai.." sapa seorang laki-laki berambut pendek model pompadour, yang tak lain adalah Gerald.

"Astaghfirulloh!" Gadis yang sering di sapa Caca itu pun terkejut ketika mendapati seorang laki-laki di belakangnya.

"Why?" tanya Gerald yang cukup terkejut dengan suara gadis di depannya yang sedikit berteriak.

"Huh! Kamu mengagetkanku!" Kesal gadis itu.

"Aaa.. sorry?".

Sejenak gadis itu menghela nafas "Baiklah," ucapnya kemudian. Lantas memilih kembali membuka buku yang sedari tadi ia baca.

Sedangkan laki-laki yang masih berdiri di belakang Caca itu sesekali curi pandang pada isi buku yang tengah di baca oleh gadis yang membelakanginya.

"Wow! Kamu suka novel ini?" tanya Gerald tiba-tiba yang lagi-lagi membuat Caca terkejut.

Astaghfirullohal'adzim gumam gadis berhijab itu pelan seraya meletakan telapak tangan kirinya di depan dada. Kali ini gadis itu menghentakan bukunya keatas meja lantas menoleh menatap tajam bola mata dengan iris berwarna grey milik laki-laki yang kini berada tepat di sampingnya, "Bisa tidak sih, jangan mengagetkan orang!"

"M-ma-maaf.." lagi-lagi lelaki itu meminta maaf dengan raut wajah sesalnya.

"Mau kamu apa sih?" tanya gadis itu dengan intonasi yang mulai merendah.

"Nama kamu," kata laki-laki itu dengan cepat, membuat Caca mengernyitkan keningnya.

Mengetahui kebingungan gadis di hadapannya itu, lantas Gerald segera mengulurkan sebelah tangannya "Gerald," ucapnya kemudian.

Sejenak Caca melirik uluran tangan laki-laki itu, tak lama kemudian ia tertawa terbahak-bahak.

Melihat itu, Gerald mengangkat sebelah alisnya, "Kenapa tertawa, ada yang lucu?" tanya laki-laki itu. Lantas segera menarik kembali tangan yang ia ulurkan tadi.

"Kamu yang lucu, seperti anak SD," ucap gadis itu yang masih tertawa ringan memperlihatkan sederet gigi putih serta lesung pipinya.

Manis Batin Gerald yang menahan senyumnya. Tak lama ia sadar dengan ucapan gadis di depannya itu, "A-anak SD?" bagaimana mungkin di usianya yang hampir 23 tahun itu di sebut anak SD?.

"Cuma ingin berkenalan saja kamu sampai mengendap-endap seperti orang yang misterius dan membuatku berkali-kali terkejut?" gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya, ia masih mempertahankan tawa ringannya.

"Mengendap-endap?" tanya Gerald tak percaya, "Mungkin kau terkejut karena terlalu sibuk dengan bukumu itu," ucap laki-laki itu sembari menunjuk buku di atas meja dengan salah satu jari telunjuknya.

Why Is It Different?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang