Seperti hari-hari pertama Kimi memasuki SMA Budi Utomo, sekarang dia sedang membuntuti cowok yang jadi cinta pandangan pertamanya. Gava, cowok paling populer di sekolah terutama populer di hatinya. Sudah setahun ini dia menjadi penggemar fanatik Gava secara terang-terangan tanpa malu. Walaupun Gava selalu memasang wajah bete saat melihatnya, tapi dia tak pernah nyerah. Karena mottonya jatuh tujuh kali bangkit delapan kali.
"Astaga Kimi kamu nggak ada bosennya yah. Aku yang lihat aja bosen apalagi Gava, yang ada dia muntah-muntah." Seru Kila teman sebangku Kimi sekaligus sahabat Kimi dari SMP.
"Ihhh bawel deh. Gava aja stay cool gitu kok." Kata Kimi nggak mau dianggap bikin muntah.
"Stay cool apanya? Ya ampun Kimi, udah sih ngejar Gava. Nurunin martabatmu aja tahu nggak?"
"Demi cinta Kila, apapun aku lakuin."
"Susah ngomong sama orang sarap."
"Udah sana hus hus..."
Kila melotot seketika diusir begitu. "Dikira aku kucing, hus hus hus." Gerutu Kila lalu keluar dari perpustakaan.
Kimi kembali mengintip dari balik buku yang pura-pura dia baca karena sang idola sedang duduk ganteng di perpustakaan sambil baca buku. Demi cinta, Kimipun rela menjadi penghuni perpustakaan yang menurutnya membosankan. Semua terasa menyenangkan karena kehadiran Gava, di mata Kimi Gava memancarkan aura kebahagiaan.
Walaupun sampai saat ini kehadirannya masih dianggap angin lalu bahkan dilupakan tapi Kimi tak akan menyerah.
"Hai, boleh duduk sini?" Tanya Kimi dengan senyum merekah mendekati Gava.
Gava hanya melirik Kimi sekilas lalu kembali melanjutkan membacanya. Tapi Kimi tak menyerah begitu saja, dia dengan terang-terangan menatap Gava lekat.
"Kapan ya kamu jeleknya? Lagi diem aja ganteng." Gumam Kimi dengan bertopang dagu menatap Gava.
Gava yang mulai jengah memukulkan buku yang dia baca ke kepala Kimi. "Kapan ya kamu nggak ganggu aku?"
"Kalau kamu udah mau jadi cowok aku." Kata Kimi seraya mengedip-ngedipkan matanya yang bulat dengan bulu mata lentik.
Gava hanya menaikkan sebelah alisnya lalu bangkit meninggalkan Kimi yang masih bertopang dagu menatapnya.
"Tunggu." Seru Kimi mengejar Gava yang sudah keluar perpustakaan.
Membuntuti Gava dari belakang tanpa rasa bersalah apalagi malu udah jadi tontonan anak-anak yang duduk di teras kelas. Kimi hanya berjalan di belakang Gava tanpa ada niatan ngajak ngomong ataupun mengganggu, dia hanya ingin melihat cintanya dari dekat. Itu alibi yang selalu dia ucapkan sebagai jawaban atas pertanyaan teman-temannya yang menganggap dia norak plus gila.
Menurutnya, masa SMA itu perlu diperjuangkan biar punya kenangan tak terlupakan. Kalau punya pacar macam Gava akan jadi kenangan indah sepanjang masa.
"Awww..." Pekik Kimi seraya mengusap-usap dahinya karena menabrak Gava yang tiba-tiba saja berhenti.
Kimi mendongak membalas tatapan Gava yang tajam padanya. Senyumnya kembali tercetak saat melihat wajah tampan Gava teramat dekat. Dia bisa melihat bola mata hitam Gava yang menjadi daya tarik dari tatapan elang Gava.
"Sempurna." Kata Kimi seolah terhipnotis oleh mata elang Gava.
Kimi kaget saat tangannya ditarik tiba-tiba oleh Gava, dadanya jadi berdebar hebat saat melihat tangannya bersentuhan dengan tangan Gava. Kimi jadi tertawa sendiri karena terlalu bahagia. Ini peningkatan lho, selama setahun ini Gava menganggapnya tak pernah nampak alias makhluk halus.
"Jadi kamu mau jadi pacar aku?" Tanya Gava setelah mereka sudah di pojokan sekolah yang sepi.
Kimi langsung mengangguk sumringah.
"Ok, tapi ingat!"
"Iya aku bakal inget terus kok kalau punya pacar seganteng kamu dan sepinter kamu." Kata Kimi bersemangat 45.
"Sekali jadi pacarku jangan harap bisa minta putus." Kata Gava penuh tekanan sampai otot di lehernya terlihat.
"Nggak akan, nggak akan minta putus. Janji!" Kata Kimi dengan dua jari terangkat.
"Jangan macam-macam dan harus nurut."
"Pasti, itu pasti. Aku kan penurut."
Gava memandang Kimi sekilas lalu pergi begitu saja.
"Eh tunggu. Berarti sekarang kita pacaran?" Tanya Kimi memastikan seraya jalan mundur karena sekarang dia ada di hadapan Gava yang tengah berjalan.
"Iya, jadi sekarang tolong jauh-jauh."
"Oh yes!! Eh tapi kok jauh-jauh?"
"Janjimu tadi mau nurut kan." Kata Gava yang kini sudah berhenti dan dijawab Kimi dengan anggukan.
"Ya sudah, terus kenapa sekarang nggak nurut?"
"Ok, ok aku nurut. Aku ke kelas dulu kalau gitu. Dadah my boy, sampai ketemu pulang sekolah." Seru Kimi riang, berlalu dengan bersenandung sepanjang jalan.
Tidak ada usaha yang sia-sia dan Kimi semakin yakin dengan motto itu. Hidup Kimi memang penuh motto perjuangan. Seperti hidupnya yang penuh perjuangan setiap harinya untuk menjadi pacar cowok most wanted di sekolahnya.
"Muka happy bener." Kata Kila melihat Kimi yang duduk di sampingnya dengan senyum sumringah .
"Aha... kamu pasti bakal syok atau mungkin serangan jantung seketika." Kata Kimi sok dramatis.
"Alahhh gayamu Kim, kapan kamu nggak lebay. Untung cantik, kalau jelek amit-amit dah."
"Eh sial ngatain amit-amit. Denger ya, aku sama Gava udah jadian!" Seru Kimi lalu menjulurkan lidahnya.
"Ngibul jangan lebay juga kali." Kata Kila nggak percaya.
"Ihhh bukannya syok maah nggak percaya, sahabat macam apaan sih kau." Gerutu Kimi seraya mengeluarkan bukunya dari dalam tas.
"Kalau kamu cerita habis dicuekin Gava aku baru percaya."
"Kejem. Tapi nggak apa, lihat aja nanti pulang sekolah aku bakal pulang sama pacar aku."
Kila menempelkan punggung tangannya di kening Kimi. Mau ngecek panas atau nggak, soalnya menurut Kila Kimi itu udah kebangetan ngayalnya. Dia tahu Kimi itu tergila-gila sama Gava sampai Kila kadang malu sendiri, tapi itulah Kimi. Cewek ceria dan nggak pernah ngeluh apalagi sedih. Jangan mikir Kimi itu bodoh, Kimi termasuk murid berbakat walaupun kelakuannya rada minus dalam hal mengejar cintanya.
"Aku nggak gila tauk!"
***
Kimi mondar-mandir di depan kelas Gava tapi yang ditunggu-tunggu nggak muncul juga. Akhirnya dia mengintip ke dalam kelas, matanymencari-cari sang buruan tapi nihil. Kelas udah sepi, padahal Kimi yakin belum lihat Gava keluar kelas.
"Boni, sini." Panggil Kimi.
"Apaan?"
"Pacar aku mana?"
Boni mengerutkan keningnya bingung. "Emang pacarmu yang mana?"
"Siapa lagi kalau bukan Gava, my boy yang ganteng itu."
"Astaga Kimi, lama-lama kamu makin nggak waras yah. Kebanyak nelen rumus fisika kali yah?"
"Ih rempong deh, tahu nggak pacar aku kemana? Capek nih nunggunya."
"Kalau kamu pacarnya telpon dong, tanya lagi dimana."
"Oh iya ya, Boni pinter deh. Genius!"
"Sumpah ya Kim, otakmu kebanyakan rumus fisika jadi geser gini kalau nyangkut Gava. Aku kasih tahu nih."
"Apaan?"
"Kamu kalau nggak norak gini sama Gava, yang demen sama kamu banyak tahu nggak. Udah cantik, otak encer. Sayang rada gini." Ucap Boni yang bertubuh tambun seraya membentuk simbol miring di jidatnya.
Sontak Kimi langsung memukulkan bogem maut ke perut Boni yang buncit lalu lari ngibrit takut diketekin Boni.
Kota Pelajar, 050215
Cerita pertama di saat hujan tengah menari di atas bumi
YOU ARE READING
Be My Boy
Teen FictionSERI 1 Apapun demi menjadi pacar orang paling tampan dan most wanted di sekolah akan Kimi lakukan. Ngalah, nurut, menguntit sudah menjadi kebiasaan Kimi. Semua demi kebahagiaannya! Mengganggu Gava adalah kebahagiaan tersendiri untuk Kimi. ...