Kimi menendang asal kerikil yang dia temui sepanjang jalan. Sesekali helaan nafas berat lolos dari bibir tipisnya. Meniup-niup poninya yang berjejer rapi, kalau kata Kimi itu poni rintik hujan andalannya.
Kimi merasa lengannya ditarik, reflek dia menoleh, matanya membelalak menatap kedua mata coklat bening milik Gava.
"Mau sampai kapan jalan salah arah?"
Kimi mengerjapkan matanya lalu menoleh ke samping kanan dan kiri. Dia baru sadar dia salah jalan, dan lumayan jauh. Dia kembali menoleh ke arah Gava lalu melihat ke sekitar. Nggak ada motor atau mobil Gava terlihat. Matanya berusaha melihat ke arah lain bukan menatap mata Gava dari jarak sedekat ini.
"Mau kemana?"
Kimi mengerutkan dahinya hingga alisnya bertaut saat melihat topi yang dipakai Gava, topi yang sering dia lihat di bus trans.
"Mau kemana?" tanya ulang Gava.
"Pulang," jawab Kimi masih melihat ke arah lain.
Dia merasa deg-degan dipegang Gava dan bingung. Kimi masih tetaplah bingung dengan perasaannya.
"Ayo pulang," ucap Gava kemudian diam.
Tak ada pertanyaan atau meminta jawaban keluar dari bibir Gava. Mereka berjalan bersisihan dalam diam.
Walau diam, Gava tak melepas pegangan tangannya yang sudah berubah jadi sebuah genggaman. Pandangannya ke depan menatap jalanan yang sepi hanya beberapa kendaraan yang melintas di jalan aspal di sisi kanannya.
Tak beda dengan Kimi yang berjalan menatap ke depan tapi dengan pandangan kosong. Pikirannya sudah tak di tempat sejak Gava menggenggam jemarinya, menyatukan jemari mereka. Ada perasaan hangat tapi juga takut bersamaan. Akankah pilihannya nanti itu tepat dan tak menyisahkan penyesalan? Benaknya juga berkata bahwa dia jahat, jika dia yakin tak akan pernah ada pilihan karena dia akan yakin dengan satu cinta dan tak akan tergoyahkan. Tapi sekarang dia merasa harus memilih padahal tak seharusnya dia memilih karena cowok yang menggenggam jemarinya bukanlah pilihan.
Sesampainya di halte mereka masih diam duduk di kursi tunggu, pandangan mereka bertemu sesaat tapi Kimi langsung menundukkan wajahnya. melirik tangan kanannya yang ada dalam genggaman Gava.
"Kamu mau ikut aku pulang?" tanya Kimi seraya bangkit saat bus jurusan 2A berhenti.
"Tiap hari aku juga ikut kamu pulang kalau tak ada rapat OSIS."
"Oh," ucap Kimi canggung lalu duduk di kursi penumpang.
"Nggak buka instagram?" tanya Gava dengan memiringkan wajahnya sedikit menunduk menatap Kimi.
"Hah?" reflek Kimi bingung.
Tangan kanan Gava merogoh ponsel keluaran terbaru berwarna hitam, menekan menu kamera dan mengarahkan padanya dan Kimi.
"Senyum dong," ucap Gava seraya memamerkan senyumnya yang sangat manis walaupun ekspresinya tetap cool sampai Kimi terpesona.
Saat itulah satu foto tercipta, Gava dengan senyumnya ke arah Kimi dan Kimi yang menatapnya kagum. Gava mengamati hasil foto tadi dengan senyum yang terus mengembang.
"Lihatlah, kamu diam saja cantik. Apalagi kalau senyum dan ketawa seperti dulu."
Pipi Kimi tentu saja langsung terasa berkedut karena tersipu, matanya kesana-kemari karena grogi dipandang intens oleh Gava.
"Akan ku share di instagram, tunggu ya."
Gava mengunggah foto mereka ke aplikasi instagram dengan hastag #love #mygirl #myfuture. Kimi hanya memandang tak percaya, dulu dia menunggu-nunggu siapakah yang akan jadi cewek pertama yang akan Gava unggah di akun isntagramnya. Ternyata dialah cewek itu, dadanya mengembang bahagia bak adonan kue tapi dia tak mampu berkata-kata.
"I love you," bisik Gava lirih di telinga Kimi.
Tangan Kimi reflek membekap mulut Gava karena kaget dan merasa senang dengan pengakuan Gava tapi juga malu.
"Diamlah," seru Kimi dengan wajah memerah.
Gava mengangguk mengiyakan tapi saat Kimi menarik tangannya Gava mengucapkan tiga kata sakral itu. Kimi langsung membuang muka karena malu, dia sampai tak sanggup melihat Gava. Rasanya seperti ditelanjangi saat Gava menatapnya dan mengucapkan kalimat cinta itu.
Trans menyelamatkan Kimi dari tatapan maut itu, bus berhenti di halte dekat rumahnya.
"Ngapain ikut turun?"
"Mau nganter kamu sampai depan rumah."
"Ngapain?" tanya Kimi lagi.
"Mau nganter sampai depan rumah," jawab Gava santai.
"Iya tau, tapi ngapain?"
"Memang ada larangan?"
"Terserahlah, ditanya balik nanya terus."
"Kalau ngambek gitu kamu gemesin.
"Udah sih jangan gombal terus, bikin panas telinga."
"Panas atau berdebar?"
"Aku kesel kulemparin tas kamu tuh lama-lama."
Gava hanya tersenyum tipis berjalan di sisi Kimi dengan kedua tangan masuk ke dalam saku. Tangan mereka tak lagi menggenggam.
"Liat telapak tanganmu coba," ucap Gava.
Kimi hanya menoleh ke arah Gava tanpa memberikan tangannya untuk diperlihatkan. Gava pun terpaksa menarik tangan Kimi lalu mengenggamnya lagi.
"Nah, gini lebih enak. Pas banget! Jari-jarimu kecil tapi aku akan terus melindungimu dengan tanganku yang besar."
"Gombal," ucap Kimi terlihat tak terpengaruh dengan ucapan Gava tapi hatinya sebenarnya berkata lain seperti tangannya yang tak minta untuk dilepas.
17042014
Bandara Adisucipto
Genggamanmu menyalurkan rasa nyaman, meningkatkan oksitosin yang mampu merelaksasikan tubuhku. Denganmu aku merasa lengkap.
![](https://img.wattpad.com/cover/32143806-288-k484979.jpg)
YOU ARE READING
Be My Boy
Novela JuvenilSERI 1 Apapun demi menjadi pacar orang paling tampan dan most wanted di sekolah akan Kimi lakukan. Ngalah, nurut, menguntit sudah menjadi kebiasaan Kimi. Semua demi kebahagiaannya! Mengganggu Gava adalah kebahagiaan tersendiri untuk Kimi. ...