Kimi sudah bete sejak dia turun tangga dan mendapati Abra duduk manis di meja makan. Rasanya ada ketakutan tersendiri melihat Abra tersenyum hangat padanya pagi ini. Dia tak mau mengalami luka yang sama, karena ditinggalkan itu menyakitkan. Ditinggal orang yang paling diharapkan setelah papanya pergi meninggalkan dia dan mamanya karena wanita lain adalah hal paling menyakitkan. Hilang sudah rasa kepercayaan untuk bergantung pada orang lain.
"Pagi Kimi."
Kimi hanya melirik sekilas Abra yang menyapanya lalu duduk mengunyah roti bakar coklat yang mamanya siapkan.
"Sayang, nanti berangkatnya diantar Abra aja ya jangan naik trans."
"Kimi nggak mau ngerepotin orang lain Ma."
"Aku nggak repot kok, sekalian mau muter-muter kota ini. Pasti udah banyak yang berubah."
"Aku mau naik trans. Ma, Kimi duluan ya." Kata Kimi lalu mengecup punggung tangan mamanya.
"Sama Abra aja, sekalin nanti pulangnya dijemput. Kamu temenin dia jalan. Abra kan mau ngelanjutin kuliah di sini."
"Kimi sibuk Ma."
"Kimi sayang, jangan bantah Mama. Ok?"
Kimi pun terpaksa berangkat diantar Abra, dia tak pernah bisa membantah mamanya. Karena hanya mamanyalah yang dia miliki saat ini. Sepanjang perjalanan Kimi memilih diam. Kimi benci saat-saat seperti ini, menahan bibirnya untuk diam dari pada semu perasaanya meluap di sini.
"Maafin aku."
Kimi menepis tanggannya yang disentuh Abra.
"Berhenti depan situ aja."
"Tapi ini masih jauh. Please Kimi, maafin aku."
"Aku udah maafin jadi tolong berhenti di depan."
Abra yang sangat mengerti sifat Kimi menghembuskn nafas panjang.
"Ok aku berhanti, tapi nanti aku jemput."
"Terserah, cepet berhenti."
Abra menepikan mobilnya tak jauh dari sekolah Kimi, menahan tangan Kimi saat Kimi akan keluar.
"Nanti aku jemput."
Kimi hanya melirik lalu keluar mobil begitu saja. Mengabaikan tatapan memels Abra padanya. Dia tak mau berbalik karena sekalia dia menatap wajah Abra keyakinannya akan runtuh.
***
"Eh, kamu dianter siapa tadi? Keren betul mobilnya." Tanya Kila seraya menyikut Kimi yang duduk di sampingnya.
"Salah lihat kali, aku naik trans." Jawa Kimi cuek.
"Elahhh pake ngelak lagi. Bilangnya mah jadian sama Gava tapi nyatanya punya pacar diem-diem. Nggak asyik ahhh."
"Itu Abra."
"What? Eh aku nggak salah denger kan? Kamu tadi bilang Abra?"
"Iya."
"Oh my God. Awas aja sampe aku ketemu dia, jangan harap dia bisa lolos dariku setelah ngilang begitu aja dan bikin sahabatku yang cantik ini jadi sedih."
Kimi bangkit mengabaikan ucapan Kila karena melihat Gava melintas di depan kelasnya. Dia langsung mengejar Gava dan menjejerinya.
"Kangen yah lewat-lewat kelas Kimi."
"Berangkat sama siapa?"
"Sendiri, habis pacar aku nggak mau jemput."
"Sana balik, ngapain ngikutin?"
YOU ARE READING
Be My Boy
Teen FictionSERI 1 Apapun demi menjadi pacar orang paling tampan dan most wanted di sekolah akan Kimi lakukan. Ngalah, nurut, menguntit sudah menjadi kebiasaan Kimi. Semua demi kebahagiaannya! Mengganggu Gava adalah kebahagiaan tersendiri untuk Kimi. ...