Kimi melangkah ringan ke luar kelas, menenteng tas ranselnya yang hanya berisi novel dan komik. Kila melirik sahabatnya dengan kening berkerut, heran seharian ini Kimi terus senyum-senyum nggak jelas.
"Kamu kenapa sih? Nggak panas juga," tanya Kila dengan tangan menyentuh dahi Kimi.
"Lha emang aku kenapa?"
"Nggak sadar dari tadi senyum-senyum sendiri?"
Kimi malah mengedipkan sebelah matanya pada Kila.
"Heh, sarap emang ya," seru Kila yang ditinggal Kimi berjalan cepat. "Tunggu woi!"
Kimi mendadak berhenti, bukan karena seruan Kila tapi karena dihadang Gava yang bersandar di tiang beton menatapnya intens.
"Ikut aku!"
Kimi menaikkan sebelah alisnya, "harus? Wajib gitu?"
Tanpa membalas pertanyaan Kimi, Gava langsung menarik Kimi untuk mengikutinya. Kimi juga santai saja mengikuti langkah Gava yang lama-lama memelankan langkah hingga mereka bersisihan. Tangan Gava tak lagi memegang pergelangan tangan Kimi tapi pindah ke bahu Kimi.
"Jangan dikira cuma kamu yang bisa melakukan ini," bisik Gava tepat di telinga Kimi hingga Kimi reflek menjauhkan kepalanya.
"Maumu apa sih?" tanya Kimi.
"Kamu mau tahu?"
"Menurutmu?" tanya balik Kimi menaikkan sebelah alisnya.
"Mauku kamu ngerasain apa yang aku rasain mulai detik ini. Masuk!"
Gava memaksa Kimi masuk ke dalam Jukenya. Kimi hanya nurut karena bingung dengan keanehan Gava.
"Kita mau kemana?"
"Nganter kamu pulang."
"Tapi aku udah dijemput," ucap Kimi mulai panik karena Abra sudah menunggunya di luar.
"Tapi aku mau mengantarmu," balas Gava santai seraya menyalakan mobilnya dan tak menghiraukan Kimi yang memintanya berhenti.
"Gava aku nggak mau pulang."
"Mau kemana? Ngdate dulu di cafe Snow atau mau ke Gramedia tempat favoritmu?"
Kimi menyipitkan matanya heran Gava bisa tahu tempat favoritnya semua.
"Atau mau foto bareng di Timezone biar kita punya foto berdua? Jadi kamu nggak perlu stalking instagramku, kan udah punya sendiri."
Kimi mengatupkan bibirnya, semakin menyipitkan mata dan lipatan dahinya makin banyak. Heran Gava tahu banyak tentangnya.
"Kenapa? Aku juga bisa jadi sepertimu."
Pipi Kimi menggembung, dan berdecak sebal, "kamu menguntitku ya?" tanya Kimi curiga.
Gava tertawa mengacak poni pagar Kimi.
"Mau langsung pulang atau mau jalan dulu?"
"Pulang aja," jawab Kimi jutek.
"Ok, my girl"
Kimi membelalakkan matanya mendengar panggilan Gava. Dia tak menyangka Gava akan melakukan ini, membalas kelakuannya dulu. Kimi mendadak kesel kalau seperti ini, dia lebih suka membuat orang lain terganggu olehnya bukan dia yang merasa risih karena orang lain. Dia pikir dia bisa membuat Gava merasa kesal karena sikapnya yang berubah. Tapi nyatanya dia yang dibuat kesal.
"Kamu tahu rumahku?"
"Aku tahu lebih dari yang kamu bayangkan," jawab Gava lembali mengusap poni Kimi.

YOU ARE READING
Be My Boy
Teen FictionSERI 1 Apapun demi menjadi pacar orang paling tampan dan most wanted di sekolah akan Kimi lakukan. Ngalah, nurut, menguntit sudah menjadi kebiasaan Kimi. Semua demi kebahagiaannya! Mengganggu Gava adalah kebahagiaan tersendiri untuk Kimi. ...